Part 6 -Selembar Kertas

33 2 0
                                    

Tepat pukul 07.00, bel sekolah Tunas Bangsa akan di bunyikan dan gerbang sekolah akan di tutup kembali. Tak ada kata ampun lagi untuk siswa-siswi yang telat.

Callista dan Talia berjalan menyusuri koridor sekolah untuk menuju kelasnya. Mereka terlihat tergesa-gesa sebab lima menit lagi bel akan di bunyikan sedangkan kelas mereka berada di lantai dua mereka harus menaiki tangga satu persatu.

Koridor sekolah nampak ramai di penuhi siswa-siswi yang hendak masuk kelas ataupun yang masih santai duduk di teras depan kelas. Callista menghiraukan sapaan dari kakak kelas yang hanya ingin modus. Berbeda dengan Talia yang terlihat lebih eksis ketika di sapa oleh kakak kelas. Menebar senyuman sana sini, bahkan masih sempat mengobrol di jam mepet seperti ini, tetapi bukan Talia sok caper ia hanya bersikap baik dan menghormati kakak kelasnya. Callista yang hanya diam tak banyak juga yang menganggap dirinya culun dan sok jual maahal.

Bruuk

“Aww …,” pekik Callista yang tubuhnya sudah tersungkur ke lantai sebab tabrakan seseorang.

“Cal, Lo …,” ucap Talia khawatir, “woy hati-hati dong kalo jalan. Yaah, main kabur aja tuh orang gak tanggung jawab banget sih!” Teriak Tania sebal pada orang yang menabrak sahabatnya itu.

Callista buru-buru mengambil buku yang berserakan di lantai. Sedangkan Tania masih saja ngomel gak jelas padahal orang itupun sudah tak terlihat lagi batang hidungnya. Begitulah Tania, tak akan bisa diem.

“Pagi anak-anak,” sapa seorang guru dari pintu kelas.

“Pagi Bu,” jawab siswa seisi kelas.

Sebelum pelajaran di mulai biasanya guru selalu mengabsen terlebih dahulu, sama seperti yang di lakukan guru di depan. “Baiklah anak-anak hari ini masuk semua ya. Sekarang kumpulkan tugas dari ibu Minggu kemarin,” pintanya bicara yang kemudian di bilang alih ketua kelas untuk mengumpulkan tugas.

“Lia, kamu ada lihat kertas tugas aku nggk?” tanya Callista dengan mengobrak-abrik isi tasnya.

“Lah, man gue tau, Cal! Gue kan enggak nyontek Lo kali ini,” jelasnya dengan memandang bingung pada Teman sebangkunya.

“Aduh masa iya sih ketinggalan,”ujar Callista dengan wajah bingung, “tapi seinget aku semalem udah aku masukin ke buku Matematika deh.”

Callista sangat takut jika dirinya mendapatkan hukuman dari Bu Sukma. Apalagi guru itu sangat galak dan susah untuk di bujuk. Dirinya begitu yakin kalau tugas dari Bu Sukma sudah ia kerjakan dan di masukkan ke dalam buku. Namun, sepertinya hari ini dirinya terkena sial. Dari pagi sudah di tabrak orang sampai terjatuh di tambah lagi tugas Bu Suk yang tiba-tiba hilang.

***

“Michael saya sudah berkali-kali bilang sama kamu kalo di pelajaran saya harus rapi tidak urak-urakan seperti ini!” bentak seorang guru cowok dengan memandang penampilan Michael yang selalu saja terlihat seperti anak berandalan.

Michael dengan santainya malah justru senyum-senyum sendiri tanpa rasa takut ataupun bersalah. Bagaimana bisa di seperti itu kalau bukan karena dia cucu dari pemilik sekolah Tunas Bangsa. Keberadaannya itulah yang ia manfaatkan untuk mendapatkan apa yang ia mau di masa mudanya. Tak jarang ia justru mengancam siapapun yang berani menghukumnya ia pastikan keesokannya orang itu sudah tidak lagi menginjakkan kaki di gedung sekolah.

“Sekarang kamu keluar, berdiri di depan kelas,” suruh   guru tersebut dengan jari menunjuk ke pintu kelas. Dengan langkah sok cool Michael keluar kelas. Bu Rini hanya geleng-geleng melihat tingkah siswanya yang aneh seperti Michael.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CallistaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang