Sudah 7 tahun berlalu sejak aku masih mengingat keceriaan masa kecil dulu. Mama, Bude, Mas Awan. Bahkan gambaran wajah Mas Awan sudah hampir pudar dari ingatanku. Sosok seorang kakak sekaligus sahabat sejak kami masih sama-sama perlu ibu masing-masing untuk sekedar cebok. Saudara yang selalu melindungi ku ketika aku jatuh dari pohon hingga menggores lutut ku dan menangis. Atau meminjami ku PSP nya walau tidak ada banyak daftar game disana untuk membuang kebosanan sore ku yang jenuh. Aku rindu masa-masa itu.
Aku akan terus melamun di bangku taman sekolah jika bukan karena Handphone ku yang bergetar. Ya, tidak akan ada yang mau repot-repot men-chat pada waktu seperti ini selain Tika.
"Udah makan sayang?" Tika menambahkan beberapa stiker cinta.
"Blm." Balasku singkat.
"Mau makan bareng?"
"Aku blm balik."
"Sejak kapan kamu peduli sama sekolah mu?" Sekarang Tika mengirim rekaman suara. Dari sedikit suara riuh di balik suaranya, dapat kutebak sekarang dia di kampus.
"Entahlah, sejak beberapa saat yang lalu mungkin." Balas ku beralasan, tetap dengan chat.
"Kuliah sore ku di cancel sama dosen, mau jalan ke mall, sayang? Kamu kayaknya capek." Tika masih tidak menyerah.
"Kita baru saja pulang dari Bali dan menginap selama 3 hari, aku gak bisa bolos lagi untuk hari ini." Balas ku beralasan, lagi.
Tidak ada balasan, hanya di read. Bagus, dia merajuk. Kutebak sekarang dia berlari menghampiri teman-temannya yang super ribut itu sebagai pelarian dari penolakan ku barusan. Baguslah, setidaknya aku tidak harus kemana-mana lagi. Aku hanya ingin sendiri saat ini. Memandang para siswa siswi lalu lalang. Beberapa diantaranya membawa buku tebal bertuliskan KUNCI SUKSES LULUS UN dengan font besar pada sampulnya. Beberapa lagi tertawa riang dengan teman satu kelompoknya. Entahlah, hobi ku dari dulu selalu menjadi pengamat para makhluk bumi yang menggemaskan ini. Melihat seberapa fokus nya manusia menjalani hidup mereka. Jangan tersinggung, aku tidak bermaksud buruk. Tidak ada yang salah dengan itu, hanya saja kadang aku suka tergelitik dengan bagaimana drama kehidupan ini dapat membuat seseorang begitu emosional. Ya, mungkin aku hanya merasa aman berada di zona ku sendiri. Mengamati dunia terus berputar, sementara aku sibuk membawa kaki ini terus berjalan menontoni mereka.
Di sisi lain, di depan kantor, Bu Rima dan beberapa guru lainnya berbincang santai sambil tertawa. Salah satu diantara guru-guru itu masih muda. Tunggu dulu, ada guru baru? Dia terlihat familiar. Perawakannya tinggi dengan leher agak panjang, rambut sedikit kecokelatan, dan pakaian rapi, tentu saja. Dia menenteng sebuah tas hitam berbentuk gitar. Tidak, itu lebih kecil, itu tas biola. Guru musik? Ah, mungkin dia hanya mirip dengan aktor yang terkenal belakangan ini. Tidak ada jawaban lain kenapa dia terlihat begitu familiar bukan?
Bel tanda masuk kelas berbunyi. Ahhhh shit. Belajar, hal paling membosankan yang tidak ingin kulakukan lagi. Aku sudah terlalu hebat untuk itu, aku bercanda. Aku tidak ingin menyombong, sungguh. Hanya ingin pamer saja. Ah lupakan.
Kelas mulai ramai. Tempat dudukku berada paling belakang.
"Eh, bay. Sekarang mata pelajaran apa ya?" tanya ku pada Bayu yang duduk didepan ku.
"Seni budaya, ki. Gila, jadwal aja sampe gak tau lu." Balas Bayu sewot. Hanya kubalas dengan senyuman singkat. "Lu dari mana aja, ki? Udah dari kemaren gak masuk, tiga jam pelajaran hari ini dibolosin pula, gak sekalian aja lu berhenti sekolah disini?"
Pertanyaan seperti ini sudah sering kuhadapi dari beberapa orang yang ku kenal di sekolah. Well, cuma Bayu yang paling sering ngajak aku ngobrol, jadi cuma dia yang ku kenal. Dan seperti biasa, jawaban yang akan kuberikan adalah, "Biasa..."

KAMU SEDANG MEMBACA
Boys in Boots : Lucifer
Roman pour AdolescentsKisah cinta antara guru dan murid SMA. -cerita ini mengandung unsur LGBT, jadi tidak dianjurkan buat yang homofobik. -serial pertama dari big novel yang akan dibuat dimasa mendatang. -akan ada sedikit unsur sex bernuansa bromance atau kakak adik. **...