Part 1

119 21 4
                                    

"Woi,cepetan ngapa." Seisi kelas mulai berkicau,sedangkan lelaki tersebut hanya memasang muka yang sangat datar seakan tak berdosa sama sekali.

Pak Nurdin pun hanya menggelengkan kepalanya melihat anak murid yang di kagumi satu sekolah itu. Seperti biasa lelaki itulah yang membuat teman-temannya berkicau sekarang.

"Ayo nak cepat, jangan buat jam pulang teman-teman kamu terhambat. Kasihan tuh si Lola udah nungguin Anton di depan kelas dari tadi." Tubuh pak Nurdin mengarahkan ke depan pintu kelas. Seisi kelas pun ramai dengan tawaan.

Lola memang sedang berada di depan kelas X-II Bahasa. Tapi dia tidak sedang menunggu Anton. Dia hanya sedang menunggu Listi, temannya. Lola tidak menyadarinya kalau ia sedang di tertawakan saat ini.

"Ko jadi saya sih pak?." Anton pun berdecak sambil memasang muka abstraknya. Dengan ekspresi yang seperti itu membuat seisi kelas kembali ramai dengan tawaan murid.

Anak-anak dari kelas Bahasa sudah keluar semua, lelaki itu keluar paling akhir. Ketika sedang berjalan di koridor dan menuruni anak tangga lelaki yang bernama Galeno Dhabit itu menaikan alis kanannya. Dia melihat seseorang yang sebelumnya belum ia lihat, tapi dia tidak memperdulikannya. Lelaki itu melanjutkan perjalanannya.

"Gal." Seseorang memanggil dari belakang, ia merasa namanya di panggil pun berhenti. Tidak menoleh tetapi yang memanggilnya itu menghampiri. Ketika menghampiri keduanya berjalan bersama di koridor.

"Gal." Panggilnya lagi. Galeno hanya berdeham sebagai jawabannya.

"Lo hari ini basket?." Tanyanya sambil sedikit mendongak ke atas karna tubuh Galeno cukup tinggi. Lelaki itu hanya mengangkat kedua alisnya mengartikan sebuah jawaban iya.

"Oh, yaudah deh gue duluan ya." Ucapnya dengan nada berharap ingin di antarkan pulang. Galeno hanya menganggukan kepalanya lalu berlalu dari perempuan itu.

***

Brukkkk

"Awww." Desis perempuan itu sambil mengusap keningnya yang terbentur dada besar lelaki yang menabraknya itu.

"Kalau jalan tuh liat-liat ngapa sih." Omelnya masih sambil mengusap keningnya yang masih sedikit sakit. Tanpa menoleh untuk melihat siapa yang menabraknya, perempuan itu menyadari berkas untuk pindah sekolahnya terjatuh. Perempuan itu berdecak sambil merapihkan berkas yang berantakan itu.

"Ya ampun, berkas gue jatoh semua." Ucap perempuan itu sambil mengasihankan diri sendiri. Setelah selesai membereskan berkas yang terjatuh, perempuan itu berdiri untuk mengomeli siapa yang menabraknya tadi.

Siswa-siswi yang masih ada di sekolah untuk mengikuti eskstrakulikuler hanya berbisik-bisik melihat perempuan asing tersebut. Mereka yang menonton terlihat greget karna lelaki Most Wanted berdiri di depan perempuan yang entah siapa. Biasanya Galeno akan pergi begitu saja, tidak memperdulikan apa yang terjadi. Tapi entahlah habis kesabet apa lelaki ini!?.

"AAHHH COBA GUE ADA DI POSISI CEWEK YANG ADA DI DEPAN GALENO, GUE ENGGA SEGAN BUAT PELUKKK!!!." Ucap seseorang perempuan yang termasuk dalam daftar pengagum Galeno.

Bukan pengagum lagi, tapi memang suka.

"YA AMPLOPPP GAL MUKA LO BEGITU GUE KOK TETEP SUKAA?!! LO ENGGA MAIN DUKUN KANN?ENGGA KANN??."

"KRESEKK MANA KRESEKKK?GUE MAU BUNGKUS YANG INI AJAAA ENGGA JADI BUNGKUS BAKWAN MBAK RIRI."

Semuanya hanya iri pada perempuan yang sedang berdiri di hadapan Galeno. Hanya berhadapan saja semuanya pada histeris, apa lagi sampe tiba-tiba di gendong?.
Perempuan itu tidak menyadari bahwa ia sedang di tonton oleh siswa-siswi yang masih ada di sekolah. Bahkan kalau sadar ia pun tidak peduli. Dia hanya ingin protes saja sekarang.

"HEH LO ITU KALO JALAN PAKE MATA." Mulailah protesan dari perempuan yang bernama Andrea Felisa. Galeno tampak biasa saja, seperti biasa juga. Dia memasang muka datarnya dan pandangannya lurus kedepan. Tidak memperdulikan apa yang di ocehkan perempuan itu.

"HEH LO BISU APA TULI?GUE LAGI NGOMONG SAMA LO." Protesnya dengan nada yang lebih tinggi lagi. Galeno menatapnya. Ketika di tatap oleh Most Wanted di sekolah Grissham ini, Andrea seketika menganga sampai sebutir menetes dari mulutnya yang langsung ia usap dengan tanganya.

"Udah?." Akhirnya satu kata keluar dari mulut lelaki itu. Tapi bukan itu jawaban yang di inginkan oleh Andrea. Baru saja Andrea ingin membuka mulut untuk menjawab, Galeno sudah berlalu dari tempat yang tadi ia berdiri.

Sangattt menyebalkan. Tapi ganteng. Jadi sayang buat nonjok.

"HEHHHHH, GUE BELOM SELESAI NGOMONG YAAA SAMA LO." Omelnya sambil berdecak lalu menghentakan kaki ke lantai sekokah. Perempuan itu lalu melihat keselilingnya. Banyak yang sedang memperhatikannya saat ini. Dia baru saja menyadarinya.

"Ya allah Rea lo peol bangettt sih? Kenapa lo ngga nyadar kalo lo sedang di tontonin dari tadi sama manusia di sekolah ini?". Umpatnya dalam hati.

***

Hola...

Gimana nih part 1 nya?

Ceritanya kependekan?

-Iya aku sengaja pendek dulu eheee:v. Tapi part berikutnya bakalan panjang kok.

JANGAN LUPA VOTE & COMENT YA!.

Ohyaaa maklumin yaa, ini tuh cerita pertama aku jadi yaa gitu deh:v

Aku mau kasi info kalau sekarang tuh hari jum'at.

Udah c itu doang wkwk.

LOPYU!. BABAI...

RAMONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang