Part 4

74 14 5
                                    

---

"Gal, ini gimana?." Tanya Denby sambil melirik seseorang perempuan mungil yang tengah terbaring di atasnya.

"Iya Gal, gimana? Udah sore banget nih gue mau pulang." Ucap Anton dengan nada khawatir karna takut kedua orang tuanya mengkhawatirkannya.

"Pulang." Ucap Galeno dengan nada datarnya.

"Kalau kita semua pulang ini cewek gimana?." Ketus Beltran.

"Gue yang anter." Tanpa berpikir panjang Galeno berucap dengan nada datarnya, pernyataan tersebut membuat teman-temannya terkejut.

"Serius lo mau anter nih cewek?." Tanya Devian memastikan. Karna Galeno tidak pernah mau untuk mengantar cewek dengannya menggunakan kendaraannya.

"Lo tau emang nih cewek tinggal dimana?." Lanjutnya Devian.

"Ta-." Belum selesai Galeno melanjutkan jawabannya dehaman seseorang yang terbaring di atas ranjang membuat seisi UKS mengubah posisinya untuk melihat keadaannya, tidak dengan Galeno.

Adinda lalu mendekat ke ranjang yang tengah terbaringi seseorang perempuan yang sedari tadi tidak kunjung sadar. Benar saja Andrea sudah sadar sekarang. Adinda lalu membantu Andrea bangun untuk duduk.

"Gu-gu-e dimana?." Tanya Andrea sambil memegangi kepalanya yang masih terasa sedikit pusing.

Andrea menjelajahi kesekelilingnya, untuk mengetahui dimana dirinya sekarang?. Andrea teringat bahwa dirinya habis pingsan karna sudah lari di lapangan sebanyak 150 kali.

"Lo minum dulu." Adinda lalu menyodorkan segelas air biasa ke Andrea, Andrea menatapnya sebentar dengan tatapan bingung lalu menurutinya untuk minum.

"Lo tenang dulu ya." Lanjut Adinda.

Teman-temannya sekarang sedang membisu saja tetapi dengan raut wajah penuh kekhawatiran membuat Adinda mengetahui bahwa teman-temannya juga peduli dengan keadaan Andrea yang seperti ini. Teman-temannya sangat menyesali dan merasa bersalah karna berlebihan untuk Andrea berlari di lapangan.

"HEEHH, SEKARANG JAM BERAPA? GUE HARUS PULANG, BUNDA PASTI NYARIIN GUE."

Seisi UKS melongo melihat Andrea yang langsung berbicara dengan nada tinggi. Andrea sangat takut kalau bundanya mengkhawatirkannya. Andrea melihat jam kulit yang melingkar di lengannya, yang menunjukan pukul 17.48.
Andrea langsung ingin bergegas untuk turun lalu pergi dan pulang. Sambil memegangi kepalanya yang terasa sedikit pusing Andrea mendekat ke sofa untuk mengambil tasnya lalu menggendongnya dan bergegas untuk pulang. Ketika ingin bergegas untuk keluar dari ruang UKS, lengan Andrea di tahan oleh Devian.

"Lo pulang biar di anter sama Galeno." Ucapnya membuat lelaki yang di sebut namanya tersebut menaikan alisnya.

"Lo aja." Ucapnya datar.

"Lo yang tadi pengen nganter dia pulang kan?." Tanya Devian  dengan nada ketus.

"Tadi." Balasnya enteng.

"Anter nih cewek, lo ngga segan buat bopong dia ke mobil lo lagi, kan? Karna dia udah sadar." Tanya Devian membuat Galeno cukup geram.

Andrea hanya terdiam kaku, lengannya masih di genggam oleh Devian. Teman-temannya hanya terdiam melihat dua lelaki yang sedang berdebat depannya ini begitupun dengan Andrea.

"Tadi." Ucap Galeno datar untuk kedua kalinya.

"Ngga usah sosoan mau ngenterin nih cewek kalo ujungnya ngga jadi. Lo lagi belajar PHP ya, Gal?." Devian tersenyum licik.

Galeno tidak terima Devian mengatakan hal seperti itu kepadanya. Galeno menarik kerah baju Devian membuat genggaman Devian ke Andrea terlepas. Tubuh Devian sedikit menjijit ketika di kerah bajunya di tarik oleh Galeno.

RAMONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang