Part 6

42 7 0
                                    

Enam bulan sudah berlalu sejak Andrea menginjakan kaki di sekolah Grissham. Dengan arti selama enam bulan juga Andrea menjadi bahan The Trouble. Semua orang tau kalau ini bukan atas nama The Trouble melainkan dendam Galeno terhadap Andrea.

Bukan berarti selama enam bulan Andrea tidak memiliki teman. Punya, tapi mereka tidak bisa membantu Andrea karena Galeno mengancam kalau ada yang melindunya maka orang tersebut yang akan menggantikan Andrea.

Enam bulan sudah berlalu, Andrea sempat merayu ayahnya untuk di pindahkan sekolah ke yang lain. Tetapi ayahnya tidak menggubris rayuan Andrea. Namun, Andrea bernapas lega karna hari ini adalah hari terakhir semester artinya ia tidak perlu lagi menerima teror dari The Trouble.

Hari ini adalah hari pengambilan rapor. Andrea dan Reyna sedang menunggu orang tuanya di depan gerbang hitam yang tinggi. Andrea berharap bundanya datang lebih cepat karna ia takut akan di ganggu oleh The Trouble. Andrea melihat mobil yang tak asing baginya, ia bernapas lega kali ini.

"Rey, bunda udah dateng." Andrea memegang bahu Reyna, Reyna menganggukan kepalanya meng- iya kan.

"Gue duluan ya ke kelas." Lanjut Andrea, Reyna masih tetap fokus menatap jalanan yang di padati oleh banyak kendaraam beroda dua ataupun beroda empat. Reyna tidak menjawabnya. Andrea lalu bergegas menghampiri bundanya.

"Bun, nanti abis ngambil rapor langsung pulang aja ya? Bunda liat rapor Rea di rumah aja, jadi kalo nilai Rea ada yang kurang memuaskan, bunda bisa ngomelin Rea di rumah. Oke bun?." Andrea sangat antusias buat cepat-cepat pulang, karna takut akan teroran The Trouble.

Maya tidak mengerti apa maksud anak perempuannya ini. Apa maksud yang di ucapkan oleh anaknya itu dengan satu nafas?. Entahlah.

"Bun, Andrea tunggu mobil aja boleh?." Tanya Andrea.

"Lah? Emang boleh anaknya ngga ikut ke kelas? Tadi wali kelas kamu ngasih info ke bunda anaknya suru ikut juga ke kelas." Jelas Maya yang membuat Andrea badmood.

"Tapi bun, Rea pusing banget. Bunda tau kan kelas Rea dimana? Itu loh yang sebelahan sama kelas MIPA." Andrea tetap pada pendiriannya untuk berdiam di mobil saja sambil memainkan benda pipih hitamnya itu.

"Bunda ajak abang Alandra aja deh, kan anak bunda juga. Sama aja kan? Rea beneran lemes banget bun." Banyak alasan yang di keluarkan oleh Andrea tetapi Maya tidak memperdulikannya.

"Ya emang bang Alandra anak bunda. Tapikan yang sekolah disini kamu. Mau bunda coret dari KK, kalo ngga mau ikut ke kelas?." Maya mengancam.

"Ih bunda mah ngancemnya begitu." Andrea mengerucutkan bibir bawahnya.

"Yaudah ayo." Lanjut Andrea dengan nada lemas sambil menggandeng tangan bundanya.

"Aduh, jauh ya? Nanti asem urat bunda kambuh lagi haha." Andrea mendengar bundanya berbicara seperti itu bergidik ngeri.

"Ngga bun, tuh ada di ujung situ." Andrea menunjuk lantai tiga, membuat Maya menganga. Andrea terkikik geli melihat ekspresi bundanya itu.

***

"Bun, ayo langsung pulang aja. Liat rapor Rea di rumah aja sambil ngopi." Ucap Andrea tak berdosa.

"Gimana rapor si Reyna?". Tanya Maya kepada Alata. Orang tua Reyna. Reyna mencium tangan Maya. Begitupun dengan Andrea.

"Ya alhamdulillah deh." Ucap Alata sambil menunjukan barisan gigi yang cukup rapih.

"Wah, Andrea pasti bagus nih rapornya." Lanjut Alata sambil mengelus lengan Andrea.

"Ngga juga kok tante." Andrea tersenyum tipis.

"Rea, lo udah ngembaliin buku di perpus?." Tanya Reyna.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAMONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang