Part 2

100 22 5
                                    

"Andrea." Seseorang memanggil perempuan itu. Perempuan yang merasa namanya di panggil menoleh lalu menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas siapa yang memanggilnya. Kerena yang memanggil namanya berada di ujung koridor sedangkan ia berada jauh dari sana.

Ketika perempuan itu mengetahui siapa yang memanggilnya. Perempuan itu tersenyum tipis. Senyuman itu terlihat sangat manis sekali. Yang memanggil menghampiri perempuan mungil, berparas cantik dengan senyuman manisnya itu. Ia menghampiri lalu memeluk perempuan cantik itu. Perempuan yang di peluk itu membalas pelukannya dengan hangat. Pelukan yang 2 tahun mereka berdua rindukan.

"Andrea." Reyna sedikit meneteskan air matanya. Andrea hanya menganggukan kepala sebagai jawabannya untuk meyakinkan bahwa ini tidak mimpi.

"Lo pindah ke Jakarta kenapa enggak ngasih kabar ke gue?." Tanyanya sambil melepaskan pelukannya lalu menghapus air matanya yang jatuh.

Dia Listi Reyna Dewita, sahabat kecil Andrea. Perempuan itu lebih sering di panggil Reyna.

Mereka berdua memang sudah 2 tahun tidak bertemu karena Andrea pindah dan tinggal selama 2 tahun di Bandung. Keluarga Andre pindah karena Ayahnya ada bisnis yang harus di selesaikan di sana. Mereka berdua memang tidak terputus dalam hal berkomunikasi. Tetapi selama 2 tahun keduanya ingin sekali berjumpa untuk saling berbagi cerita dan memastikan keadaan keduanya baik-baik saja. Dan di waktu, serta tempat ini mereka bertemu.

"Woii, kenapa engga kasih kabar ke gue lo mau ke Jakarta?. Buseehh dah gue nanya dari tadi kaga di jawab anjir." Tanyanya lagi dengan nada yang terdengar kesal.

"Harus baget?." Jawabnya santai.

"HARUS LAH HARUS BANGETTT KASIH TAU GUE." Balasnya dengan nada yang tinggi.

"Oh." Andrea hanya ber-oh ria sebagai jawabanya.

"Yeh, masih aja yah lo kek gini ke inces Reyna. 2 tahun lu ngapain aja di bandung? Nemenin orang betapa? Hah? Apa nanem duren?." Tanyanya ngaur entahlah habis makan angin dari mana si Reyna ini.

Mereka berdua berjalan menuju ke taman belakang sekolah. Mereka berdua duduk di bangku panjang taman berwarna coklat.

"Tadi gue ketemu bunda maya di ruang kepsek. Gue kira mata gue kotok, salah liat orang eh pas gue deketin ternyata bener itu bunda Maya. Berarti mata gue masi waras buat liat orang, ehehe." Jelasnya sambil cengengesan membuat Andrea bergidik ngeri melihatnya. Andrea lagi-lagi menjawabnya dengan dua huruf, oh.

"Rey." Panggilnya dengan nada yang cukup serius. Kali ini Andrea ingin sekali cerita kepada Reyna tentang sesuatu yang sangat penting.

"Hhooii?." Jawabnya sambil menoleh ke arah Andrea.

"Lo tau nggak 2 hari yang lalu itu?. Yang waktu kita chat lewat line?." Tanyanya dengan serius.

"Iya, kenapa dah emang. Kek nya kaga ngapa-ngapa dah sama chat di line itu, kita juga nggak bahas yang penting-penting amatt kan?." Jelasnya tetapi sambil menyelidik.

"Yaa emang engga kenapa-napa, gue cuman mau bilang kalo besok libur. Udah itu doang." Jelasnya santai tanpa beban namun terdengar konyol di telinga Reyna. Ingin sekali Reyna mengiris hidung mancung milik Andrea. Lalu ia tempelkan ke hidungnya yang kekurangan tulang itu.

"GUE JUGA TAU KALO BESOK LIBUR REAAAAA. BELOM AJA TUH PIKIRAN LO GUE ELAP PAKE LAP KETOPRAK YANG BAUNYA BUMBU KACANG SAMA BAWANG PUTIH." Reyna membalas dengan nada yang cukup tinggi. Membuat Andrea semakin menjadi untuk menertawakannya. Keduanya lalu tertawa bersama.

"Senin gue udah mulai sekolah dong." Di tengah mereka berdua tertawa Andrea berbicara tiba-tiba.

"Emang gue nanya? Engga yaa sori." Reyna membalas dengan nada jengkel tapi Andrea tau itu hanya bercanda. Reyna hanya membalas dendam dengan pertanyaan Andrea yang konyol tadi. Tetapi cukup menghibur keduanya.

RAMONATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang