Cerita di Angkringan Baru Depan Gang

4.3K 534 56
                                    

Sebagai biasanya para kawula muda, Jeno ngumpul bareng teman seperjuangannya di pos ronda depan kos-kosan. Ada 5 orang: Hyunjin, Jinyoung, Sunwoo, Sanha, dan juga dirinya. Bukan hanya seperjuangan, tetapi juga rekan satu tahun. Kelima-nya sama-sama lahir di tahun yang sama, menjadikan obrolan mereka begitu akrab dan nyambung meski ngalor-ngidul. Sering sekali mereka ditegur sebab berisik di hampir tengah malam, yang dibalas mereka dengan cengiran canggung dan permintaan maaf dari kelima-nya. Tak jarang juga, bapak-bapak ikut mereka ngumpul untuk membahas masa muda, menjadikan cerita mereka sebagai petuah yang harap-harap dapat berguna kedepannya.

Namun, untuk momen ini, hanya ada mereka berlima. Bermula dari pertanyaan Jinyoung mengenai masa SMA, kemudian bercabang sana-sini tak sesuai alur, namun masih nyambung sehingga tak ada yang pundung. Sunwoo yang hobi bergitar tak jarang memainkan gitarnya membetuk sebuah melodi yang dipadukan suara dalam dari Jinyoung. Yang lain kadang ikut bersenandung yang diakhiri gelak tawa meski tak ada yang lucu. Jeno juga, kadang dia bermain gitar dengan kunci asal namun anehnya membentuk melodi bagus. Sanha yang suka berceletuk asal membuat lirik untuk lagu tersebut. Dibantu yang lain, maka terciptalah sebuah lagu berdurasi dua menit lebih tigapuluh sembilan detik yang berjudul 'Kating galak untung cantik'. Inspirasinya dari kating mereka yang memang galak, namanya Kak Saerom.

Sekarang pukul 9, dan mereka belum mengisi perut karet mereka. Terlalu asyik mengobrol dan bernyanyi membuat mereka lupa soal perut.

"Mau makan apa kita?" Sunwoo yang mendeklarasikan diri sebagai ketua dari mereka membuka suara. Tak lupa dia menyandarkan gitar coklat tua-nya di dinding.

"Hemat-hemat, jangan lupa." Hyunjin mengingatkan.

Jinyoung menghembuskan napas panjang, "Yaah, baru mau bilang go-food KFC aja."

"Miskin aja belagu, lo." Siapa lagi kalau bukan Sanha.

"Beli pulsa aja ngutang, sok mau beli KFC." Jeno ikut menimpali. Dia memang 'human julid' kedua setelah Sanha.

"Anjir, kerad lo pada."

Sunwoo menepuk bahu Jinyoung yang memang di sebelahnya, "Memang kenyataannya miskin, jangan menampik, sayang."

"ANJER, JIJIK!" buru-buru Jinyoung menjauh dari Sunwoo yang sudah memasang wajah layaknya om-om pedofil. Dia mendekat ke Jeno, yang langsung mendorong jauh dirinya. "Lo juga jangan ke gue, kampret!"

"Mampus, ditolak!"

"Ngenes banget sih, nasib lo, Jin. Turut berduka aja deh gue, semoga lo tenang."

"GUE BUKAN MAU MATI, GOBLOK-astaghfirullah, Bunda maafin Jinyoung ngomong kasar."

"Gak dimaafin."

"Bangke."

"Lo bangke."

"Anjir!"

"Et, udah kenapa! Kok malah ribut. Dasar human negara berflower, apa-apa ribut." Sunwoo menengahi.

"Ah, lo mah gak seru, Woo! Gue suka keributan, jadi ayo lanjutkan keributan kalian!" Sanha, julukannya 'si kompor' selain 'si human julid'.

"Jangan diselesain dulu, ini kacang belum abis." Jeno, oknum kompor kedua yang masih ngupas kacang dari tadi.

"Mau makan kaga sih lo pada?" Sunwoo bertanya setelah berusaha keras mengontrol tangannya agar tidak melayang ke wajah empat manusia itu.

"Ya mau lah, bego. Gue laper gini."

"Ya udah. Gue tau kita harus beli apa."

Keempatnya ribut, "Apa-apa?!"

"Tadi gue denger ada angkringan baru di depan gang. Katanya sih enak, murah juga. Cocoklah buat kita anak kos-kosan. Daripada mie terus, mau mati muda? Gue sih ogah, masih mau punya anak-bini," kata Sunwoo panjang lebar.

CitrapataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang