Sudah dua minggu Haechan menyandang gelar sebagai pengangguran. Tugasnya hanya satu sekarang menjadi pembantu rumah tangga yang baik. Memasak makanan dan membersihkan rumah merupakan kegiatannya sehari-hari.
Haechan ikut bangun pagi seperti Jaemin dan Renjun. Dia bahkan bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapan. Menu pagi ini adalah sandwich serta segelas susu.
"Selamat makan!"
Jaemin berucap dengan semangat sebelum mengigit bagian pinggir sandwich buatan Haechan. Begitupula dengan Renjun. Beda dengan Haechan yang hanya makan sereal saja.
"Kenapa kau malah makan sereal?"
Jaemin yang bertanya. Aneh saja padahal dia yang memasak tapi dia tak ikut makan.
"Hanya ingin."
Begitulah Haechan. Jalan pikirannya tak dapat ditebak. Biarkan saja dia melakukan apa yang diinginkannya. Selama masih bisa ditolerir maka dia akan diam saja.
"Kau akan apa setelah ini? Bermalas-malasan? Menonton drama?"
Renjun bertanya untuk mengikis rasa sepi di meja makan. Aneh biasanya mereka selalu ribut saat makan.
"Begitulah."
"Kau harus melakukan sesuatu yang bermanfaat, Chan."
Jaemin ikut buka mulut. Haechan dan tampilannya sudah tidak enak di pandang. Dia benar-benar menjadi pengangguran sejati. Kegiatannya dirumah hanya memasak dan beres-beres setelah itu dia akan bermalas-malasan sambil menonton tv.
"Kau tak mandi?"
Jaemin bertanya seraya menatap temannya sinis. Dia tiba-tiba mencium bau tak sedap. Menganggu nafsu makannya saja.
"Nanti sore saja."
"Sejak kapan?"
"Apanya?"
"Kau tak mandi."
"Kemarin lusa?"
Renjun sudah bersiap memukul Haechan dengan buku namun segera ditahan oleh Jaemin.
"Lagipula untuk apa aku mandi jika aku hanya berdiam diri dirumah."
Biarkan saja. Biar Haechan melakukan semua yang dia inginkan. Jangan dikekang. Takut dia akan semakin kambuh dan akan merepotkan semuanya.
Renjun selesai lebih dulu kemudian disusul dengan Jaemin. Haechan yang terakhir. Dia benar-benar menikmati sereal dengan sebaik-baiknya. Setiap suapan diselipi dengan senyum. Seperti sedang syuting untuk CF.
"Aku duluan."
"Renjun, tunggu."
Langkah Renjun tertahan oleh ucapan Haechan. Dia berbalik dan mendapati Haechan menyodorkan kotak makan dan botol air padanya.
"Salad dan jus. Karena kau pasti mendapat makan siang jadi aku bawakan ini saja. Agar kau tidak minum kopi di sekolah."
"Tumben?"
Renjun mengangkat sebelah alisnya seraya menatap curiga ke arah Haechan.
"Hanya sedang senang memasak."
Renjun tak bertanya lagi. Dia memasukkan kotak makan serta botol air ke dalam tasnya. Setelah itu dia berpamitan lagi dan meninggalkan rumah.
"Mana bekal untukku?"
Jaemin menagih. Rasanya tak adil jika Renjun dibuatkan sedangkan dia tidak.
"Agar hemat jadi aku buatkan salad dan makan siang."
Haechan menyodorkan dua tempat makan yang berbeda. Dia sengaja menaruh salad di tempat yang transparan agar memudahkan temannya nanti.
"Awas saja jika tidak enak."
Jaemin mengancam dan Haechan hanya tersenyum saja. Moodnya sedang sangat bagus pagi ini.
"Aku berangkat."
Selepas Jaemin berpamitan, Haechan segera membereskan meja makan. Dia menemukan satu botol air yang tertinggal di meja dapur. Jus milik Jaemin lupa terbawa. Segera Haechan berlari keluar rumah. Beruntung Jaemin baru keluar dari pagar.
"Jaem, jusmu."
"Jus apa? Pasti alpukat, kan?"
"Iya, Renjun juga alpukat kok."
"Tidak mau. Aku bosan."
Haechan memaksa agar Jaemin mengambilnya namun segera ditepis oleh sang teman.
"Berikan saja pada temanku. Dia pemakan segala."
Jaemin menggeser tangan Haechan yang memegang botol air berisi jus alpukat kesebelah kirinya.
"Haechan-ssi, selamat pagi."
Haechan baru sadar jika sedari tadi ada Mark Lee yang memperhatikan dia dan Jaemin bertengkar.
"Untukku? Terimakasih."
Mark mengambil botol air yang disodorkan Haechan dengan senyum yang mengembang sempurna.
"Tenang. Aku suka alpukat. Tapi aku lebih suka semangka."
Haechan mulai sadar situasi saat mencium bau tak sedap yang tiba-tiba menguar kala angin berhembus. Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun dia segera masuk ke rumah.
"Pasti dia menciumnya. Tenang Haechan. Bisa jadi hidungnya sedang bermasalah. Mari kita mandi dan mempercantik diri."
Diluar rumah masih ada Jaemin dan Mark. Jaemin mengibas-ngibaskan tangannya di depan hidung. Lihat saja nanti jika anak itu belum mandi juga dia berjanji akan mengajak Renjun untuk mengguyurnya bersama-sama.
"Ketua tim, kau tak mencium apapun kan?"
"Mencium apa? Parfum barumu?"
Jaemin hanya tersenyum canggung. Beruntung bau temannya itu tak tercium oleh Mark tapi masalah parfum barunya itu membuat malu.
"Ayo, bahaya jika kita telat."
Mark masuk ke mobil lebih dulu kemudian disusul oleh Jaemin. Dari jendela, Haechan memperhatikan mereka.
"Jadi, mereka pacaran?"
Jangan tuduh Haechan cemburu. Dia masih pusing memikirkan masa depan. Jangan ungkit-ungkit dulu masalah hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gotta Go ; Markhyuck
Short StoryHaechan bukannya menolak akan keberadaan Mark. Hanya saja setiap pertemuan mereka terlalu memalukan bagi Haechan. Mark Lee x Lee Haechan © Stuturu