Lunch

6.1K 1.1K 74
                                    

"Jaemin-ssi, apa temanmu suka sushi?"

"Atau hamburger?"

"Masakan china?"

"Italia? Aku tahu restoran italia yang enak."

"Atau malah dia suka masakan china?"

Jaemin berusaha kerasa menahan emosinya yang sudah diubun-ubun agar bisa tersenyum ramah pada sang atasan. Ketua tim nya itu sudah uring-uringan sejak tadi. Menganggunya dengan pertanyaan tak berbobot seputar temannya. Demi tuhan, Jaemn sekarang sedanh pusing mengurus laporan ini dan itu.

"Ketua tim, Lee Haechan itu pemakan segalanya. Mau kau ajak makan hamburger, spageti, atau apapun itu asal dia tak mengeluarkan uang sedikitpun dia tak akan menolak. Jadi, bisakah aku melanjutkan pekerjaanku lagi?"

"Maaf, Jaemin-ssi."

"Tidak apa, ketua tim. Aku tau kau sedang kasmaran. Itu bisa dimaklumi."

Jaemin boleh berkata begitu di depan Mark tapi nyatanya dia masih mendumal di dalam hati. Betapa berisiknya sang ketua tim yang sedang kasmaran dan itu mengganggu sekali.

"Waktunya makan siang. Kalian segeralah makan siang. Jangan pikirkan kerjaan dulu kesehatan lebih penting. Aku duluan."

Lagi-lagi Jaemin mendumal karena tingkah ketua timnya itu. Pukul dua belas tepat memang waktunya makan siang. Dengan semangatnya, sang ketua tim sudah berkata demikian saat masih kurang satu menit lagi menuju pukul dua belas tepat.

"Ketua tim sedang kenapa? Dia terlihat buru-buru."

Chaeyeon mendekatkan kursinya pada Jaemin kemudian berbisik. Dia tadi masih sibuk mengetik kemudian dikagetkan dengan suara ketua tim yang menabrak pintu. Heran sendiri dia dengan kelakukan ketua timnya yang tiba-tiba hilang wibawa.

"Sedang kasmaran. Biarkan saja."

"Serius? Wah beruntung sekali orang yang ditaksir ketua tim."

"Chaeyeon, percayalah kau lebih baik dari dia. Kau tau istilah cinta itu buta, kan? Jadi, jangan merendah."

"Ya ya ya, Na Jaemin. Hari ini makan siang dengan Jeno atau bagaimana?"

"Dengan Jeno. Mengapa harus denganmu saat aku punya pacar? Aku akan menunggu Jeno selesai menginterview anak baru."

"Aku sakit hati ya, Jaemin-ssi. Baiklah aku akan makan dengan yang lain. Duluan, Na."

Perkenalkan, namanya Lee Jeno. Pacar Na Jaemin yang belum pernah dibawa kerumah sama sekali. Tolong bilang pada Lee Haechan untuk berhenti curiga pada Jaemin dan Mark.

#####

Mark berlari menuju lobi bahkan sampai rela menggunakan tangga darurat karena lift penuh. Dia tak mau membuat Haechan menunggu. Ini acara makan siang berdua pertama mereka. Semuanya harus memberikan kesan yang baik.

Mark merapikan penampilannya terlebih dahulu sebelum melanjutkan langkahnya menuju lobi. Dia memaki dirinya sendiri dalam hati yang masih kalah cepat karena Haechan sudah menunggu di lobi.

"Haechan-ssi, maaf sudah membuatmu menunggu."

"Tak apa, Mark-ssi. Jam makan siang kantor kan memang pukul dua belas tepat. Ini bukan salahmu."

Mark tersenyum kikuk sambil menggaruk tengkuknya. Tetap saja ini salahnya. Kantor ini punyanya juga secara tidak langsung. Apa jam makan siang harus dimajukan saja mulai besok?

"Jadi bagaimana interviewnya?"

"Kita cerita sambil makan siang saja bagaimana? Aku hanya punya satu jam sebelum aku harus masuk kerja."

Mark mengangguk dan memimpin jalan menuju basement. Dalam otaknya masih berpikir keras restaurant mana yang akan dia tuju.

🌺

Berakhirlah mereka di sebuah cafe dengan nuansa klasik tempat Haechan bekerja. Haechan pamit untuk berganti seragam sekalian absen sedang Mark mencari tempat yang enak.

"Tak apa ya kita makan siang disini?"

Haechan kembali dengan membawa nampan berisi dua gelas ice coffee serta satu kotak makan bertingkat. Haechan menaruh nampannya diatas meja sedang dia memilih duduk di kursi yang berhadapan dengan Mark.

"Aku dimana saja tak masalah."

Haechan meletakkan satu ice coffee dihadapan Mark dan satu lagi untuknya. Dia sekarang sedang sibuk dengan kotak makan bertingkat berwarna biru dengan gambar boneka beruang diatasnya. Persis seperti milik keponakan Mark yang masih berada di sekolah dasar.

"Untung aku membawa banyak hari ini. Hanya telur gulung dan kimbab tapi lumayan mengenyangkan kok. Poin tambahannya ini lebih sehat dan higenis karena aku membuatnya sendiri. Mau mencobanya?"

Haechan menyodorkan sepasang sumpit pada Mark. Tentu Mark terima dengan senyum merekah kemudian dia menyumpit kimbab dan memasukkannya ke dalam mulut. Dia kunyah perlahan sambil menatap Haechan yang menunggu responnya dengan mata berbinar.

"Bagaimana? Enak?"

"Enak sekali. Aku sudah lama tak makan masakan rumah. Ini membuat aku rindu pada ibuku."

"Kalau begitu habiskan saja, Mark-ssi."

"Aku sudah kenyang saat melihat orang dengan lahap memakan masakanku."

Haechan tersenyum manis. Kedua tangannya digunakan untuk menyangga kepalanya yang sedang menatap lurus pada Mark. Bagaimana Mark bisa makan dengan tenang jika seperti ini?

"Bagaimana dengan interviewnya, Haechan-ssi?"

Memang pada dasarnya Haechan itu suka bicara. Dipancing dengan pertanyaan sederhana seperti itu oleh Mark sudah membuat Haechan berbicara panjang lebar dan tanpa henti. Obrolan mereka pun mengalir dengan sendirinya.

🌺

Mark kembali ke kantor dengan perasaan yang penuh dengan bunga. Dia tersenyum sepanjang jalan sambil menenteng beberapa cup coffee di tangan kanan dan kiri. Oleh-oleh buat anggota timnya.

"Jisung, tolong bagikan pada yang lain."

Mark menyuruh salah satu anggotanya yang bernama Jisung. Dia anak baru di tim sekaligus yang termuda. Wajar saja jika dia yang paling sering disuruh.

"Besok kalau kau disuruh pesan minuman, pesan dari tempat itu saja."

Jaemin mau protes saat diberi mango smoothie oleh Jisung bukan americano ataupun Ice coffee seperti milik Chaeyeon.

"Disitu ada namamu, Sunbae. Jangan salahkan aku."

Jaemin mana tega menyemprot Jisung habis-habisan karena anak itu terlihat ketakukan sekali. Ya memang Jaemin yang paling suka mengomel dan memprotes ini dan itu di dalam tim.

"Temanmu bilang kau tidak boleh minum kopi terlalu sering, Jaemin-ssi."

Lee Haechan, sialan. Belum lagi Mark yang terlalu dimabuk asmara juga sama saja menyebalkannya.

"Sunbae, ambil punyaku saja. Biar mango smoothienya aku yang minum."

Jaemin langsung tersenyum lebar dan bertukar dengan Jisung. Memang Park Jisung ini menggemaskan sekali.

Gotta Go ; MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang