"Bin, aku diterima!"
Haechan bersorak riang sambil berjalan terburu-buru menghampiri Soobin yang berada di ruang ganti. Dia menunjukkan email yang diperoleh pada Soobin. Email resmi dari kantor Jaemin yang menyatakan kalo dirinya telah diterima dan resmi masuk minggu depan.
"Selamat, Chan! Aku ikut senang mendengarnya."
Mereka saling berpelukan dan meloncat-loncat dengan riang. Jika seperti ini tak akan ada yang percaya keduanya sudah hampir berkepala tiga. Terlihat seperti anak sekolahan yang baru lulus kemarin.
"Minggu depan kau akan resign dan meninggalkanku? Yah, aku jadi sedih membayangkannya."
Suasana berubah menjadi sendu. Haechan baru dua bulan bekerja di cafe ini dan berteman dekat dengan Soobin. Rasanya tak tega jika harus berpisah minggu depan padahal dia nyaman sekali dengan teman-teman barunya ini. Bosnya pun ramah dan pengertian.
"Nanti aku akan sering-sering berkunjung setelah pulang kerja."
"Jadi pelanggan ya? Tidak boleh meminta diskon dengan dalih harga teman."
Haechan tertawa menanggapi penuturan Soobin. Memang dia sering sekali curi-curi kesempatan untuk bisa mencoba tiap-tiap menu yang ada di cafe. Bosnya pun tak marah asal jangan banyak-banyak saja katanya.
"Sebentar, temanku menelpon."
Haechan keluar dari ruang ganti untuk mengangkat telpon. Ada panggilan masuk dari Hina. Pasti temannya itu ingin mengabarkan kalau dia juga diterima disana.
"Halo, Hina-ssi?"
"Haechan-ssi, bagaimana ini? Aku ditolak dan aku bingung sekali. Apa kau punya kenalan yang bisa memberiku pekerjaan? Aku harus membayar uang sewa dan biaya sekolah adik-adikku."
Rasa senang Haechan terganti dengan rasa bingung. Dia tahu bagaimana latar belakang keluarga temannya itu. Masalahnya dia hanya part time di cafe saja sekarang sedang toko kue sudah dia lepas dan bertukar sift dengan temannya di cafe agar malam hari bisa free. Dia mau bersantai saja dirumah kala malam hari sambil menonton drama di ruang tv.
Ada kemungkinan jika Haechan resign dari cafe, dia bisa menyarankan Hina mengganti posisinya. Tapi, apa pekerjaan part time bisa menyambung hidup Hina? Tentu saja tidak. Dia bahkan menggunakan gaji part timenya hanya untuk membayar kelas memasak sedangkan untuk makan sehari-hari dia menumpang pada Renjun dan Jaemin.
"Hina-ssi, nanti aku bantu mencari. Sekarang aku harus kembali bekerja. Kau harus tetap semangat ya? Aku berjanji akan membantumu."
"Terimakasih, Haechan-ssi. Aku tutup ya."
Haechan kembali ke ruang ganti setelahnya. Masih ada Soobin yang sedang duduk dan sibuk bermain game di ponselnya. Ini belum waktunya pergantian jadwal. Masih ada sekitar lima belas menit lagi.
"Bin, jangan bosan ya? Aku rasa kau akan bertemu denganku lagi minggu depan, minggu depannya lagi dan seterusnya."
🌺
Keputusan Haechan sudah bulat dan dia mendapatkan dukungan penuh dari Soobin. Dia tak langsung pulang seusainya dari cafe. Ada janji dengan seseorang di taman dekat rumahnya pukul tujuh.
"Haechan-ssi, maaf membuatmu menunggu lama."
Haechan ada janji dengan Mark. Dia mengajak Mark bertemu secara mendadak dan langsung disanggupi oleh Mark. Masih ingat sekali rasanya kala Jaemin berkata Mark adalah anak bosnya. Mark pasti bisa membantu menyelasaikan permasalahan ini.
"Tidak masalah. Duduklah, Mark-ssi."
Mark mengisi ayunan kosong disebelah Haechan. Tak ada yang berbicara lagi setelahnya. Haechan masih mencari kata-kata yang tepat untuk memulai obrolan sedang Mark sedang syahdu memandangi Haechan dari samping.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gotta Go ; Markhyuck
Short StoryHaechan bukannya menolak akan keberadaan Mark. Hanya saja setiap pertemuan mereka terlalu memalukan bagi Haechan. Mark Lee x Lee Haechan © Stuturu