Haechan masih tak mengerti dengan situasi yang terjadi saat ini. Jaemin tiba-tiba saja menyuruhnya untuk berpakaian rapih seperti orang kantoran. Padahal dia sudah siap dengan pakaian casualnya untuk pergi ke kelas memasak.
"Aku sudah mengirim surat lamaranmu ke kantorku. Hari ini interviewnya jadi ayo berangkat."
Haechan awalnya menolak habis-habisan kemudian datang Renjun yang mengomel panjang lebar. Bilang dia tak menghargai usaha Jaemin lah, menyia-nyiakan kesempatan besar lah. Dia hanya sudah nyaman dengan serangkaian rutinitasnya yang baru.
"Haechan-ssi?"
Haechan dikagetkan dengan keberadaan Mark yang tiba-tiba menghampirinya. Dia saat ini sedang menunggu di depan ruangan untuk interview. Ada sepuluh atau lebih orang lain yang juga menunggu sepertinya.
"Maafkan aku yang membuat Jaemin repot dan tidak bisa menemanimu."
"Tidak apa. Aku sudah terlalu sering merepotkannya."
"Teh dipagi hari bagus untuk kesehatan."
Mark memberikan cup minuman yang katanya adalah teh. Haechan tentu saja menerimanya. Mana mungkin dia menolak kala dia tak membawa minum atau makanan sama sekali.
"Terimakasih, Mark-ssi."
"Haechan-ssi? Kau juga melamar disini? Wah kebetulan sekali."
Hina, dulunya teman kantor Haechan, datang menghancurkan suasana penuh kecanggungan antara Mark dan Haechan. Gadis itu tersenyum lebar pada Haechan kemudian menunduk sopan pada Mark.
"Bagaimana kabarmu, Hina-ssi?"
"Kurang baik. Aku lelah melamar kesana kemari, interview kesana kemari tapi berakhir tidak ada yang tembus. Semoga ini yang terakhir. Kau tau kan aku tulang punggung keluarga? Lalu, bagaimana denganmu?"
"Aku? Aku mencoba part time. Mengambil dua part time di siang dan malam sudah melelahkan sekali."
Mark tersenyum memperhatikan interaksi dua orang di depannya. Dia juga ingin mengobrol sesantai itu dengan Haechan. Mari berusaha lebih giat lagi.
"Haechan-ssi, sudah waktunya masuk, jadi aku harus kembali keruanganku sekarang."
"Ah iya, Mark-ssi. Terimakasih untuk tehnya. Titip salam juga untuk Jaemin."
Mark mengangguk kemudian berpaling pada Hina. Dia menyerahkan cup teh lainnya pada gadis itu. Niatnya ingin diminum bersama Haechan sambil mengobrol santai tapi belum sempat.
"Untuk teman Haechan-ssi. Terimakasih telah membuatnya lebih santai. Dia gugup sekali tadi sejak tiba. Temani dia sampai selesai ya?"
Hina tak langsung menerimanya. Dia melirik pada Haechan meminta penjalasan. Yang dia dapatkan malah anggukan dari Haechan, pertanda dia harus menerima teh pemberian Mark.
"Terimakasih. Aku akan menemani Haechan sampai selesai dan memastikannya tidak gugup lagi."
Mark tersenyum kemudian kembali menoleh pada Haechan. Mereka saling beradu tatap selama beberapa detik hingga Haechan yang memutus duluan kala Mark menyunggingkan senyum.
"Good Luck, Haechan-ssi."
Mark kembali tersenyum kemudian mulai melangkah pergi. Baru beberapa langkah dia berbalik dan kembali pada Haechan.
"Hmm... begini Haechan-ssi, aku bingung bagaimana mengatakannya ya."
Mark menggaruk tengkuknya sambil tersenyum canggung. Otaknya benar-benar bekerja keras untuk menyusun kata-kata saat ini.
"Katakan saja, Mark-ssi. Apa itu titipan dari Jaemin?"
Mark menggeleng ribut. Haechan makin mengerutkan dahi.
"Lalu apa?"
"Ma..mau makan siang denganku?"
Haechan nampak terkejut sedang Mark gugup setengah mati menunggu jawaban Haechan. Beda dengan Hina yang berusaha menahan tawa melihat adegan penuh keju di depannya saat ini.
"Kau bisa ajak temanmu atau Jaemin jika merasa tak nyaman. Aku hanya ingin mengajakmu makan siang bersama sungguh. Tidak ada maksud apa-apa. Jadi, bagaimana?"
"Sampai bertemu saat jam makan siang kalau begitu?"
Mark tersenyum sumringah. Dia tak membalas apapun lagi dan lansung melangkah pergi. Langkahnya sangat bersemangat sekali sampai beberapa kali tak sengaja menabrak orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gotta Go ; Markhyuck
Short StoryHaechan bukannya menolak akan keberadaan Mark. Hanya saja setiap pertemuan mereka terlalu memalukan bagi Haechan. Mark Lee x Lee Haechan © Stuturu