Awal Kisah Rumit

28 2 2
                                    

Anda mengenal saya cuma sebatas nama. Anda tidak mengenal kehidupan saya. Berhenti mengomentari kehidupan orang lain dari sudut pandang anda.

Danial Arsalan Syahreza

***
"Aarrggghh!! Sial!!" Arsal menendang ban depan motornya yang bocor. Bel masuk sekolah berbunyi lima menit lagi, itu artinya Arsal akan terlambat. Kini Arsal sangat bingung bagaimana caranya ia bisa pergi ke sekolah.

Ini semua gara-gara Arya—adik kandung Arsal— yang meminta mengantarkannya ke sekolah. Awalnya Arsal menolak dengan alasan bahwa Arya juga memiliki motor sendiri. Namun adiknya itu ternyata menggadaikan motornya untuk membayar uang taruhan dari balapan liar yang sering Arya ikuti.

Meskipun baru menginjak usia 15 tahun—kelas 3 SMP–— Arya sudah mengenal dunia kelam. Taruhan, balapan, club, kadang tak jarang dia sering mengikuti konfoi yang berujung tawuran. Sikapnya hampir sama dengan Arsal.

Namun mereka berdua sangat mematuhi peraturan orang tuanya. Kedua orang tuanya mendidik mereka berdua menjadi orang yang bertanggung jawab atas semua tindakannya. Karena berbakti kepada orang tua itu wajib, bukan? Dan sesibuk apapun orang tua, tidak boleh menelantarkan anaknya dalam mendidik mereka. Karena orang tua adalah sekolah pertama untuk anaknya dan menjadi contoh serta tuntunan bagi mereka.

Jika saja Arsal menolak keinginan Arya, maka adiknya itu mengancam akan melaporkan kepada ayahnya bahwa semalam Arsal pergi ke club dan pulang lebih dari yang dijadwalkan. Tentu saja Arsal tak ingin itu terjadi. Dengan terpaksa dia mengantarkan adiknya ke sekolah hingga akhirnya terjebak di pinggir jalan dengan ban motor yang bocor.

Beberapa kali Arsal menghubungi semua sahabatnya satu persatu. Namun tidak ada yang menanggapi, "emang ya, temen sama buah-buahan tuh sama. Sama-sama muncul pas ada musimnya doang".

Arsal terus daja menggerutu di pinggir jalan. Ia sangat sial hari ini. Di saat dirinya dilanda kebingungan, ada angkot yang berhenti di depannya. Dia berfikir sejenak, apakah ia harus naik angkutan umum sambil berdesak-desakan?

Gak ada pilihan lain.

Arsal langsung masuk ke dalam angkutan umum tersebut dan memilih duduk di pojok belakang sebelah kiri. Dia tidak peduli dengan motornya karena seorang temannya yang bekerja di sebuah bengkel sedang dalam perjalanan untuk membawa motornya.

Arsal menghela nafas untuk menghilangka  kejengkelannya dan menghembuskannya. Dia merasa sedikit perasaan jengkelnya hilang sebagian.

Pandangannya menyusuri setiap wajah penumpang yang ada. Rata-rata penumpangnya orang dewasa dan ada juga anak kecil. Mungkin dia anak dari salah satu penumpang.

Saat matanya sedang meneliti setiap penumpang, dia baru menyadari ada penumpang perempuan yang mungkin seumuran dengannya. Dan parahnya lagi, perempuan itu tepat berhadapan langsung dengannya.

Perempuan itu sedang memejamkan matanya. Entah itu dia sedang mengantuk atau sedang menikmati sensasi di dalam angkut. Yang pasti perempuan itu terlihat sangat menikmatinya. Dia memakai jaket berwarna hitam namun seragam yang dia kenakan masih terlihat. Tidak terdapat nametag di seragamnya.

Saat Arsal sedang memperhatikannya, perlahan-lahan mata yang terpejam itu terbuka. Dalam beberapa detik Arsal terpaku terhadap mata hitam pekat itu. Mata itu menunjukkan sedikit keterkejutan melalui sorot matanya. Perempuan itu lamgsung menengok ke kanan dan ke kiri seakan sedang memastikan sesuatu.

MARISELATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang