"Jika kamu adalah aku, apakah hatimu sekeras batu? Yang akan menantikanku,walau kau tahu aku tak pernah menganggapmu"
-Anindita Zahra-
***
Saat ini Arsal sedang berada di kantin bersama keenam sahabatnya. Ini jam istirahat kedua. Sebelumnya mereka melaksanakan shalat dzuhur berjamaah di masjid sekolah.
"Masa kemarin si Dhefin ditendang sama cewek", ucap Zhafir yang sedang mengunyah permen karet.
Danny yang sedang bermain games di handphonenya mendongkakkan kepala melihat Dhefin di depannya, "beneran, Fin? Ada cewek yang gak tau siapa lo?"
Dhefin hanya memutar bola matanya. Malas. Hanya masalah kecil tapi menjadi besar gara-gara Zhafir.
"Gak, itu bukan tendangan. Tuh cewek lagi ngelus kaki gue".
"Idiih.. bohong tuh. Dia sampe mau nangis gara-gara ditendang". Ingin rasanya Dhefin menyumpal mulut Zhafir yang dower itu.
"Serius? Tawuran aja lo ga nangis, masa kaki dielus dikit aja nangis", ledek Arjun.
"Kebanyakan nonton Dora ya gitu. Jiwa lakinya terkikis". Arsal yang hanya memperhatikan pun ikut meledek Dhefin.
"Tapi cewenya lumayan. Cantik. Cuma kelakuannya kaya gak pernah masuk kandang". Dhefin hanya diam mendengar ocehan Zhafir.
"Gebet aja, Fin. Siapa tau cocok", ucap Danny.
"Yakali, yang ada KDRT mulu sama tuh bocah".
"Kekerasan Dalam Ruang Tidur maksud lo?" Danny menaik turunkan alisnya menggoda Dhefin.
"Hiyahiyahiya.. anak Pak Haji udah tau main ranjang", seru Arsal.
"Gue aduin bokap lo, biar lo disuruh ngaji lima puluh juz", ucap Dhefin sambil menunjuk Danny.
"Keliatan gak pernah ngaji nih bocah. Al-Qur'an itu adanya tiga puluh juz", Arjun melempar tusuk gigi ke arah Dhefi.
"Kenapa lo telat, Sal?" Raphael bertanya kepada Arsal.
"Ban bocor. Dan dengan bangsatnya lo semua gak angkat telfon gue. Temen kaya anjing lo semua".
Dhefin hanya tersenyum menunjukkan giginya yang putih, " tadi ada si kumis baplang, Sal. Kita mana berani sama tuh guru, apalagi gue, bisa digantung hidup-hidup sama eyang".
Arsal hanya berdecak sebagai tanggapan ucapan Dhefin. Matanya menyusuri sekeliling kantin. Mencari seseorang yang dia tunggu. Tak lama kemudian, seorang gadis memasuki area kantin. Dia berjalan ke arah tukang siomay. Ikut berdesakan dengan siswa lain yang mayoritas laki-laki.
Arsal bangkit dari duduknya. Dia mendatangi penjual siomay tersebut. Lebih tepatnya kepada gadis yang mengantri paling belakang.
Teman-temannya hanya diam memperhatikan. Tidak ikut campur. Mungkin ini saatnya Arsal membuka mata dan hatinya.
"Gue yakin tuh cewe bakalan digebet sama Arsal", ucap Dhefin.
"Iya bener, gue aja awalnya kaget tuh doi datengin cewe", timpal Naja yang baru datang karena duduk menemani pacarnya.
"Doain aja", hanya itu ucapan Raphael. Dia tidak ingin ikut campur lebih jauh.
"Tapi gue gak yakin", semuanya menoleh ke sumber suara. Danny sudah berhenti bermain game.
"Kenapa gak yakin?" Tanya Arjun.
Danny menggelengkkan kepalanya, "Lupain dah, yang penting kedepannya Arsal gak ngerasain yang namanya putus cinta", ucap Danny.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARISELA
Ficção AdolescenteDanial Arsalan Syahreza. Sesuai namanya yang berarti anak laki-laki seperti singa yang selalu bertahan dan melawan musuhnya. Dia tidak percaya dengan yang namanya cinta. Ainuha Suraya Marisela. Gadis yang memiliki tujuan hidup hanya untuk membalas d...