Sudah tiga jam Arjune menunggu di ruang tamu rumah Raya. Niatnya kemari hanya ingin memastikan bahwa Raya baik-baik saja. Saat kejadian tadi pagi di koridor sekolah, Arjune ingin sekali menghampiri Raya dan membelanya. Namun tatapan Raya yang seolah melarangnya untuk melakukan itu.
Hari sudah malam dan sebentar lagi akan turun hujan. Namun yang ditunggu belum juga menampakkan diri. Arjune terus saja menghubungi Raya, tapi nomornya sedang tidak aktif.
"Tuh anak kapan pulangnya, sih?" Arjune mengacak rambutya. Dia sudah frustasi karena dia tidak tahu keberadaan Raya.
Arjune dilanda rasa bosan. Dia berkeliling di sekitar ruang tamu. Banyak hiasan yang dipajang di sekitar ruangan ini. Hiasa dengan harga yang fantastic itu dibeli dari berbagai Negara di dunia. Mengapa Arjune tahu? Dia mengetahui hal-hal kecil yang berkaitan dengan keluarga Raya.
Perhatiannya teralihkan pada sebuah bingkai foto yang berada di sudut lemari kaca besar. Disana ada dirinya yang diapit oleh dua orang gadis kecil dengan wajah yang serupa. Jika orang lain yang melihatnya mungkin mereka akan mengira bahwa gadis itu adalah satu orang yang diedit menjadi dua.
Di foto itu adalah Arjune saat berusia delapan tahun. Tersenyum memandang salah satu gadis kecil di antara mereka. Dari dulu sampai sekarang perhatiannya hanya pada gadis itu. Apalagi semenjak salah satu diantara mereka pergi, Arjune memutuskan untuk terus menjaga gadis itu.
Tangan Arjune terangkat. Jemarinya perlahan-lahan menyentuh permukaan foto tersebut. Seluruh dinding di ruangan itu perlahan mengelupas. Memudar. Lalu hilang. Digantikan dengan latar sebuah halaman belakang rumah Raya. Dada Arjune sesak. Kerongkongannya kering. Perih. Rasanya seperti ada batu tajam yang menggelinding di tenggorokannya. Dia terlempar ke kilasan masalalu.
Arjune berdiri di samping pohon mangga yang rindang. Pohon ini adalah saksi kebersamaan Arjune dengan Raya dan Sela. Di pohon ini Arjune dan Sela biasanya duduk di salah satu dahannya. Sedangkan Raya selalu duduk di bawah pohon dengan buku bacaan.
"Ih, Arjune curang! Harusnya kamu berhenti di Negara punya Sela. Kok malah di sampingnya, sih?!"
Arjune membalikkan badannya saat mendengar suara cempreng yang sangat dia kenal. Di sana ada dirinya saat kecil bersama dua orang gadis yang seusianya. Bibirnya menyunggingkan senyum saat melihat kenangannya bersama teman masa kecilnya. Arjune ingat, saat itu mereka sedang bermain monopoli dan Sela mengira Arjune curang.
"Sini Sela bantu pindahin punya Arjune". Sela hendak mengambil orang-orangan milik Arjune namun Arjune lebih dulu mengambilnya.
"Aku gak curang". Arjune menyembunyikan miliknya di belakang punggungnya. "Sela yang curang. Kan, Sela udah gak punya uang. Makanya Sela mau mindahin punya aku biar dapet uang", lanjutnya.
Sela menyilangkan tangannya di dada. Bibirnya mengerucut menunjukkan ketidaksukaan atas perkataan Arjune.
"Siniin dadunya. Giliran Raya yang main". Raya kecil mengambil dadu yang ada di depan Arjune. Dia mengocok dadu tersebut lalu melemparnya. Satu dadu menunjukkan dua mata dadu dan satu lagi menunjukkan satu mata dadu.
"Tiga! Raya masuk penjara! Hahahaha". Sela tertawa senang karena kembarannya itu mendapatkan tiga mata dadu yang menjerumuskan dirinya ke dalam penjara.
"Gak boleh! Raya gak boleh masuk penjara". Arjune kecil memandang Sela dengan tatapan yang tajam.
"Kenapa gak boleh? Kan curang kalo gitu". Sela membalas tatapan Arjune.
"Aku gak akan biarin Raya masuk penjara. Aku bakalan jagain dan belain Raya". Arjune kecil memandang Raya dengan tatapannya yang lembut.
Sela memandang Arjune dan Raya secara bergantian. Dirinya merasa Arjune pilih kasih kepada Raya. "Kalo Sela masuk penjara juga, bakalan dijagain sama Arjune?"

KAMU SEDANG MEMBACA
MARISELA
Teen FictionDanial Arsalan Syahreza. Sesuai namanya yang berarti anak laki-laki seperti singa yang selalu bertahan dan melawan musuhnya. Dia tidak percaya dengan yang namanya cinta. Ainuha Suraya Marisela. Gadis yang memiliki tujuan hidup hanya untuk membalas d...