Tiga : Tak terduga

29 4 0
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak setelah membaca, Happy reading 😉

****

"Duh Dis, Malu  tau gak gue." Kiara mencak-mencak tak karuan, dia tidak tau lagi harus menyembunyikan wajahnya dimana lagi, apa dia harus pergi ke Korea untuk operasi plastik dan merubah wajahnya ? Pasalnya, insiden tadi sangat memalukan dan membuatnya merasa jengkel sekarang.

"Sama kali Ki, gue juga. lagian disini tuh, gue yang paling malu tau gak." Dista tak mau kalah, dia mencoba menyadarkan Kiara kalau dirinyalah yang sebenarnya paling dirugikan atas insiden itun.

"Lo sih Dis ngegas ! Kalau lo tadi sans, pasti gak bakalan kayak gini, hari pertama masuk sekolah bakalan aman, temen-temen yang lain juga gak bakalan natap remeh kayak tadi."

Ketika Kiara mentraktir Dista dikantin, mereka berdua memang menjadi pusat perhatian. Tak sedikit  murid baru yang mencemooh mereka, baik secara tersembunyi maupun terang-terangan, dan terus terang saja, kuping Kiara seakan mengepulkan asap merah saking tak tahan mendengarkan tuduhan yang mereka dapatkan.   

Dari pintu masuk kantin sampai ke tempat mereka duduk, mereka sudah mendapatkan sapaan yang tak mengenakkan, ada yang dengan sengaja mengeraskan suaranya ketika Kiara dan Dista sedang berjalan melewati mereka, bahkan tak sedikit yang mengatai Kiara dan Dista caperlah, cari sensasi lah, pengen terkenallah, dan alhasil, ketika mereka sedang berjalan, entah itu mau ke wc, ke luar kelas, atau kemanapun itu, mereka berdua pasti di hadiahi tatapan remeh ketika berpapasan  dengan murid baru yang lain. 

Sungguh, itu bukanlah hal yang menyenangkan dihari pertama memasuki jenjang SMA.

Seharusnya, mereka bisa berkenalan satu sama lain, minimal mencari teman dan lingkungan baru, tapi ini? boro-boro teman baru, disapa saat berpapasan saja tidak.

"Maafin gue Ki, tadi gue terlalu semangat soalnya, jadi ngegas banget hehe." Dista mencoba menenangkan Kiara, padahal disini, dialah yang sebenarnya paling terkena imbasnya.

"Iya dis, salah gue juga sih, bertanya pada waktu yang gak tepat, dan mungkin ini juga karma buat gue."

Kepala Dista langsung berputar empat puluh lima derajat ketika mendengar ungkapan Kiara, karma ? Karma apa ?.

"Karma ? Maksud lo Ki ?" Dista bertanya, meminta penjelasan.

Kiara pun langsung merubah mimik wajahnya sedih, lalu,

"Karma karna gue sama sekali gak dengerin penjelasan materi yang disampein."

Dista terkejut, sedetik kemudian Kiara tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha, Sumpah Dis, muka lo udah kayak kucing kehilangan induk, cengo banget, Haha ! Serius banget sih lo."
Kiara pun menyenggol bahu Dista dengan bahunya.

Dista tak terima dengan perkataan Kiara barusan, lalu dengan sengaja ia mengetuk kepala Kiara menggunakan bolpoint yang memang sedari tadi ia pegang.

Tukk !

"Aduh !, Pala gue, Sakit, sakit banget tau Dis." Kiara mendramatisir ucapannya, seolah sakit akibat pentukan bolpoint dikepalanya sangatlah fatal.

"Ye, Lebay lo mbak !"

Dista yang tau jika Kiara akan membalas tindakannya, langsung berlari keluar kelas, alhasil adegan saling mengejar diantara merekapun tak terhindarkan.

"Woi Dis, Berhenti gak lo !"

Kiara mencoba mengejar Dista, dan lagi-lagi, mereka kini menjadi pusat perhatian muba yang lain.

"Fyuh, Capek gue Ki."

"Sama Dis, gue juga. Lagian lo sih, pakek kabur segala."

"Kalau gue gak kabur, nyawa gue bisa-bisa melayang."

KANAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang