Buku harian - Arvianti Armand

80 6 0
                                    

Selalu ada langit tak berwarna
dan perempuan yang menulis di bawah langit seperti itu.

28 Oktober

Hujan mengubah jalanan musim kemarau semacam cermin
yang mengganti namaku jadi Biru.

kita adalah sepasang roh yang dikutuk gentayangan
selamanya. Dan hari ini, di tikungan itu, kita kembali
bertabrakan. Tak ada guruh, juga petir. Kita cuma saling
bercakap dengan datar. Dan menatap. Aku menawarkan
payung. Kamu mengangguk. Lalu kita pulang bersama
dengan teduh.

Jalan-jalan sempit. Tangga yang sambung-menyambung,
Dinding-dinding yang saling berdesak (tapi telah kebal
Pada klaustrofobia). Polisi yang basah kuyup. Kucing hitam
Yang menggigil di atas tembok. Pintu-pintu yang terkunci.
Apartemen-apartemen kosong. Jendela yang tak
memantulkan apa-apa selain gelap…

Tak ada yang lebih jauh dari bentang di balik tirai hujan di
tepi payung.

Ketika hujan berhenti, matahari telah pergi. Langit pekat, dan
kita tahu, tak akan ada pelangi.

Kata satu suara dari film lama:
Cinta adalah tentang waktu. Tak baik bertemu orang yang

tepat terlalu cepat atau terlambat.

Tapi hujan telah mengubah wajahmu semacam cermin yang
mengganti namaku jadi Biru.

SUAR PUISI - @secarikpesandisakubajumuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang