Silau oleh pikiran sendiri, ia bertanya berulang
cahaya atau gelapkah yang menyesatkan bayang-bayang
dan membuat mereka menangis semalaman di dindingBayang-bayang berdesakan dengan bayangan lain:
sebuah tiang gantungan, kepala lunglai terkulai
taman senyap hari tua, bangku kayu bisu
pohon sebatang kara, dan burung gagak penyendiriKadang ia merasa bayang-bayang melayang dari dinding
merabanya dengan riang atau murung, dingin seakan
sentuhan tangan si mati, hangat seolah belaian kekasihKadang ia tergoda menyentuhkan tangannya ke terang
membujuk bayang-bayang agar menjelma burung kecil
meronta-ronta tertahan, lepas bebas dari genggaman
lalu seketika terbang menghilang ke dalam remang dindingBayangan menggenangi kenangan, bayangan seseorang
yang berulang datang membujuknya bunuh diri
berbaur kilau pisau di nadi juga kilatan cahaya jembatan
di mana arus sungai tak putus menderas di bawah sanaLalu bila cahaya pergi terang menghilang di ujung petang
akankah bayang-bayang berdiam kekal dalam penyap dinding
menunggu burung kecil menjelma tangan terulur perlahanBerulang ia bertanya, cahaya itu ruh, dan gelap sungguhkah tubuh?
2017
****
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAR PUISI - @secarikpesandisakubajumu
PoesieSuar puisi adalah satu segmen yang dihadirkan di kanal youtube SECARIK PESAN DI SAKU BAJUMU, berisi Kumpulan puisi penyair Indonesia yang disajikan dalam suara--sebentuk apresiasi pada penyair-penyair Indonesia | Deklamatris dapat dijumpai di instag...