Begitulah setiap malam - Warih Wisatsana

59 2 0
                                    

Begitulah setiap malam kami bertemu

meniru tetes air menembus dinding

membayangkan seekor anak burung

tidur semusim di liang batu

Bila kami jemu berbagi cerita

Ia membujukku mengenakan topeng ibumu

Berulang meyakinkanku

bahwa tubuhmu hanyalan pualam angan

genangan kenangan yang sekejap lenyap

sewaktu tangan menyentuhnya perlahan

Tubuh yang kelak jadi rabuk akar mati

biarlah kini menjelma sebatang pohon tua

di mana sepasang tupai melayang riang

tak peduli siapa pencipta patung di taman ini

tiruan dirimu yang ingin tersipu sepanjang hari

Bila aku berbaring murung di ranjang

dan enggan berbagi pandang

Seketika dirinya berpura gila

bagai seorang ayah yang gelisah

berdiri di ambang pintu hingga petang

menunggu di bungsu yang tak kunjung pulang

Atau jadi seorang kekasih putus asa

serupa tugu batu penyendiri

berdiri di simpang jalan

hingga lampu kamarmu padam

Lalu memekik dari lantai empat

mengejutkan orang-orang lewat

menduga dirinya akan nekat meloncat

Di waktu lain ia tercenung di kamar mandi

semalam membasuh wajah berkali-kali

merasa diri seekor ikan terbang terlupakan

mengigaukan nama-nama sungai dan lautan

Segera kurayu ia mengunjungi rumah piatu

seorang tua dengan langkah ragu tak sampai ke pintu

mengucapkan selamat datang seraya tertawa hampa

Kubisikkan padanya bahwa kelak begitulah nasib kita

ia hanya tersenyum seolah satu hal yang lumrah saja

Bila kami tak kunjung merasa bahagia

ia menari di depanku

menanggalkan satu persatu masa lalunya

sengaja menghalangi jalanku ke pintu

sambil berulang memecahkan piring

agar suara marahku tak terdengar nyaring

Begitulah setiap malam kami bertemu

berkali merayakan hari kelahiran

saling menyalakan lilin di depan cermin

mengecup kening dan meraba wajah masing-masing

yang entah kenapa selalu saja akhirnya serupa

2012

SUAR PUISI - @secarikpesandisakubajumuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang