Aku terbangun pada pukul 4 sore
Mimpi buruk dan lupa mengenakan
Selimut tebal. Di balik tirai jendela
Kamarku, keresahan mengintip
Seperti seorang pencuri yang gagal
Di ujung gang. Dadaku rentan
Sesak napas. Mantan pemilik kamar
Ini tidak becus merawat atap
Yang terkelupas oleh desah
Meskipun sedang menulis
Aku selalu membuat kopi sore
Dua cangkir. Siapa tahu, setelah
Sibuk seharian di kantor kata-kata
Kau pasti akan butuh kopi
Dan butuh ruang untuk tenang
Aku hanya ingin memastikan
Kau baik-baik saja. Seperti
Matamu yang butuh libur
Akhir pekan
Selebihnya kesunyian kau
Dan aku kita urus setelah
Ciuman bekerja sesuai jadwal
Sebelum padam puisi ini
Karena lain hal
Bandung, di sore hari
Memang terlihat jangkung
Dan bahaya. Bagi mereka
Yang putus asa di awal bulan.
Tidak lagi bisa menampung
Beban air mata di saku masing-
Masing
Aku tidak ingin melihat
Kesedihan di mata mereka
Beterbangan bagai burung
Gagak yang tersesat di hutan-
Hutan. Aku pun tak ingin
Meminjam kesedihan mereka
Untuk meyakinkan dirimu
Kalau aku memang sedang
Menunggu ciuman itu bekerja
Sesuai jadwal yang telah
Kau dan aku tetapkan
2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAR PUISI - @secarikpesandisakubajumu
PoésieSuar puisi adalah satu segmen yang dihadirkan di kanal youtube SECARIK PESAN DI SAKU BAJUMU, berisi Kumpulan puisi penyair Indonesia yang disajikan dalam suara--sebentuk apresiasi pada penyair-penyair Indonesia | Deklamatris dapat dijumpai di instag...