Malam sabtu yang dingin, ditemani dengan suara rintik hujan yang lebat serta petir yang bergemuruh. Tidak besar memang, tapi suara ledakan petir sukses membuat seorang anak adam meringkuk ketakutan.
Waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari, changkyun meringkuk di pojok kamarnya, tubuh kurus itu diapit oleh lemari pakaian dan sebuah nakas. Keringat dingin membanjiri pelipisnya, dengan tubuh yang bergetar hebat dan air mata yang berderai membasahi pipi. Dan satu lagi changkyun bergumam ketakutan seolah meminta pertolongan.
"Eomma"
Hanya kata itu yang sedari tadi changkyun sebut, satu kata yang penuh dengan arti. Disaat seperti ini, changkyun ingin didekap oleh seorang ibu, diberi kecupan penenang hingga ia tertidur di pelukan orang tersayangnya itu. Tapi apa daya, sosok yang didambakanya saat ini sudah tak diketahui keberadaanya. Enta beliau sudah mati atau masih bernyawa pun changkyun tidak tahu.
Changkyun amat merindukan ibunya, changkyun tumbuh besar bersama sang ibu dan satu orang kakak laki laki yang amat ia sayangi. Bertanya tanya kemana sosok sang ayah? jangan pernah tanyakan itu barang sekalipun. Changkyun sendiri pun tak menganggap dirinya punya seorang ayah, dan membenci ayahnya lebih dari apapun. karena ayahnya lah yang membuat dirinya menderita hingga kini.
Badai petir dan hujan membawa kembali ingatan pahit yang ingin sekali Changkyun hapus dari memorinya
---
Flashback...
"Ahahahah... hyung hentikan..." Pekik seorang anak berusia lima setengah tahun yang tengah terkapar digelitiki oleh seorang yang lebih tua darinya, Lim kihyun sang kakak.
"Inilah hukumanmu jika berani mencuri makanan... aigooo bahkan untuk satu sendok es krim pun kau tidak memintanya secara baik baik... terimalah hukumanmu..." Ucap Kihyun sambil terus menari narikan jemarinya di pinggang sang adik.
"Ahahha hyung hentikan jebal... aahhaah mian mian aku tak akan melakukanya lagi aku janji... ahahah" Ucap Changkyun terbata bata tak kuasa menahan tawa dari rasa geli yang menggelitikinya.
Kihyun menyudahi aktivitasnya menggelitik dan tersenyum
"Dengarkan hyung, mengambil barang orang tanpa seizinya adalah perbuatan mencuri dan itu tidak boleh dilakukan... arra?" Ucap Kihyun sembari mengacungkan telunjuknya di depan mata Changkyun."Arrasseo kapten!" Ucap Changkyun bersemangat sembari meletakan tangan di pelipis membuat posisi 'hormat'.
"Aigooo... dongsaengku yang manis" Ucap Kihyun sambil mengacak ngacak surai coklat Changkyun."BRUAKK!!!"
Terdengar suara dobrakan pintu yang sangat kencang hingga membuat dua anak di dalam rumah terperanjat kaget. Kihyun segera membawa Changkyun ke kamar dan bersembunyi di dalam sebuah lemari pakaian.
"Hyung..." Lirih Changkyun ketakutan dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya entah sejak kapan.
"Sssst... uljima uljima... kau percaya pada hyung kan? semua akan baik baik saja hyung janji" Ucap Kihyun menenangkan sembari mengusap surai Changkyun sayang dan mengecupi pucuk kepala anak itu."PRANG!!!"
"BRUK!!"
"YAK!"Suara benda pecah, kerusakan properti, dan bentakan seorang pria paruh baya memenuhi seisi ruang keluarga. Ruangan yang seharusnya diisi dengan tawa hangat, kebahagiaan, dan kasih sayang itu berbalik fungsi di rumah kediaman keluarga Lim.
Kihyun semakin mengeratkan dekapanya kepada sang adik seolah memberikan rasa aman pada orang tersayangnya itu. Tapi bukanya merasa baikan, isakan Changkyun justru lebih kencang dari sebelumnya, tidak mengeluarkan suara memang, tapi isakan tertahan yang tercekat itu semakin menjadi jadi. Bagaimana tidak, suara bentakan sang ayah bergema hingga ke seluruh sudut ruangan rumah.
"BRAK!!"
"LIM KIHYUN! LIM CHANGKYUN! KELUAR SEKARANG!"Terdengar bentakan sang ayah tepat setelah menggebrak pintu kamar. Yang dipanggil diam membeku dengan sekujur tubuh yang bergetar. Kihyun mendekap Changkyun yang sudah meloloskan satu buah isakan dari mulut mungilnya.
"Ssstt, gwaenchana gwaenchana... hyung bersamamu" Ucap Kihyun seraya mendekap tubuh kecil itu lebih dekat dengan tubuhnya. Takut, ya itulah yang dirasakan Kihyun saat itu. Bohong jika melihat gelagatnya yang menenangkan Changkyun seolah tak terjadi apa apa. Kihyun melakukan itu demi adiknya, ia harus lebih kuat dari adiknya."BRAK!!" Ayah mereka membuka paksa lemari yang dimana didalamnya terdapat dua anak yang meringkuk ketakutan, saling membagi rasa aman. Tanpa aba aba, sang ayah menarik kerah baju kedua anaknya dan menyeret mereka selayaknya menyeret hewan keluar kamar.
Ayah mereka menggusur kedua tubuh mungil itu ke luar rumah, hingga saat melewati ruang keluarga, Changkyun menjerit dengan sangat keras.
"EOMMAAAAA!!!" Teriakan yang menyatakan keterkejutan dan sedih itupun sangat memilukan hati bagi siapa saja yang mendengarnya. Bagaimana tidak, Changkyun kecil berusia lima setengah tahun melihat dengan kedua bola matanya sendiri dimana sang ibu terkapar tak berdaya, bersimbah darah yang berasal dari perutnya, sebelum kesadaran sang ibu belum seluruhnya habis, sang ibu tersenyum tipis kepada Changkyun yang tengah menjerit histeris. Disisinya terdapat sebuah pisau berlumur darah yang masih basah. Sudah bisa ditebak siapa pelakunya, siapa lagi jika bukan manusia keji yang tangah menyeret kedua anaknya sendiri.Dan kihyun? sudah pasti sama terkejutnya dengan sang adik. Pertahananya sudah tak kuasa ia bendung lagi hingga membentuk sungai kecil di kedua sisi pipinya. Melihat orang terkasihnya terkapar tak berdaya sungguh mengiris hati Kihyun.
Seolah tuli, sang ayah tak menghiraukan jeritan histeris anaknya dan terus membawa kedua tubuh mungil itu ke arah pintu lantas membanting kedua tubuh itu dengan kasar dan tak manusiawi. Tubuh Changkyun terpental ke arah rerumputan yang basah oleh air hujan, sedangkan tubuh Kihyun membentur sebuah meja kayu yang setengah lapuk.
"PERGI SEJAUH MUNGKIN JIKA KALIAN TAK INGIN BERNASIB SAMA SEPERTI WANITA SIALAN ITU" Bentak sang ayah lantas membanting pintu, menghiraukan kedua anaknya yang menggiggil diterpa dinginya suhu malam hari, ditambah hujan yang turun saat itu.
Changkyun berdiri dan menghampiri sang kakak dengan terburu buru. Alangkah kagetnya anak itu saat melihat luka di lengan kakaknya yaitu luka lebam berwarna biru keunguan yang mengeluarkan darah.
"Ani... Andwae... Darah.... Ani hyung, kau tak boleh mati... kumohon jangan mati..." Histeris Changkyun saat melihat darah menetes dari lengan sang kakak.
"Uljima Changkyunaa... hyung tidak apa apa... hyung tidak akan mati, hyung selalu disini bersamamu" Kihyun memeluk tubuh Changkyun kedalam dekapanya.
"Kkajja kita tinggalkan tempat ini" Ujar Kihyun menatap adiknya dengan senyum simpul dan erangan tertahan.Saat keduanya hendak beranjak, sesuatu terlontar dari mulut Changkyun.
"Tapi Eomma..." Lirih Changkyun.
Lirihan penuh kesedihan itu sukses membuat Kihyun meneteskan air mata kembali, mengingat keadaan ibunya yang terakhir kali ia lihat dengan darah di sekujur tubuhnya.
"Changkyuna... lihat mata hyung... Eomma wanita kuat, hyung yakin pasti eomma masih hidup" Ucap Kihyun meyakinkan dan mengusap surai adiknya itu.
"Kkajja, kita pergi" Ucap Kihyun meninggalkan tempat yang selama ini ia sebut 'rumah' sembari menggandeng tangan adiknya.TBC
.
.
.
.
.Semoga suka dan jangan lupa tinggalkan jejak^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me {JooKyun}
FanfictionHOMOPHOBIC JANGAN MENDEKAT!! -JooKyun Story- Changkyun yang lemah, rapuh dan tak tersentuh. Jooheon yang lembut, penyabar, dan penuh kasih sayang. Sedikit demi sedikit Jooheon mengisi kekosongan jiwa Changkyun dengan segala kasih sayangnya, menghan...