Changkyun mengkerutkan alis seiring dengan terbukanya kedua kelopak mata. Cahaya dari lampu neon yang menerobos masuk ke retinanya membuat kepala Changkyun berdenyut nyeri sekaligus pusing. Bau obat obatan dan alkohol menyeruak di indra penciuman anak itu.
Butuh beberapa saat untuk Changkyun menyadari dimana dirinya berada sekarang. Lalu Changkyun teringat akan kejadian tadi pagi yang menimpanya, ia tersadar sedang berada di rumah sakit sekarang dan mendapati kepala yang di perban dan kaki yang di gips. Jujur Changkyun tak bisa merasakan apa apa pada kakinya, tapi Changkyun tidak peduli. Changkyun duduk bersandar di sandaran ranjang rumah sakit dan menatap nyalang ke luar jendela yang sudah menampakan langit gelap yang dihiasi rembulan dan bintang bintang
"Kenapa?... Kenapa aku tak mati saja?... Apa malaikat maut tak mau mengajaku pergi ke tempat Eomma? Aku merindukanya..." Lirih Changkyun pelan
Tiba tiba ada yang membuka pintu ruangan Changkyun, seseorang yang tak dikenal dan sangat asing untuknya. Seorang pria, dia nampak canggung dan mendekati Changkyun perlahan lahan.
"Eum... Kau sudah sadar?"
"Sudah"Hanya itu percakapan yang terjadi diantara mereka lalu setelah itu mereka diam ditelan kesunyian. Pria sedikit besar yang baru masuk itu duduk di sofa yang agak jauh dari ranjang Changkyun. Sejujurnya Changkyun penasaran akan sesosok pria yang berada seruangan denganya itu, namun Changkyun enggan berinteraksi dengan siapapun kecuali dengan keluarga Shin. Jadi, Changkyun hanya berasumsi bahwa mungkin pria ini yang menolongnya? Atau malah yang menabraknya?
"Aku..." pria itu membuka pembicaraan. Tapi Changkyun tak peduli dan masih dengan aktivitasnya memandangi langit malam.
"Namaku Jooheon dan aku minta maaf, tadi pagi aku tidak sengaja menabrakmu. Aku masih dalam keadaan mengantuk, aku benar benar minta maaf" ucap pria itu penuh penyesalan dan Changkyun tak menolehkan kepalanya sedikitpun
"Kata dokter, kepalamu membentur aspal dengan keras dan membuatnya mengalami pendarahan hebat jadi mungkin kepalamu akan terasa sakit untuk beberapa hari kedepan. Dan... Kakimu mengalami fraktura yang cukup parah hingga mengharuskanmu dirawat di rumah sakit selama beberapa hari, mungkin kau tak merasakan apa apa karena kakimu berada dibawah pengaruh bius. Dan untuk biaya administrasinya semua sudah aku yang tanggung" lanjutnya.
"Kenapa?... Kenapa kau membawaku kesini?" Gumam Changkyun lemah
"Ne?"
"Kenapa kau membawaku kesini? Jika saja kau biarkan aku mengalami pendarahan sampai darahku habis lalu aku mati, mungkin aku sudah bertemu dengan orang yang kurindukan sekarang ini"Jooheon hanya bergeming di tempatnya, tak tahu harus merespon apa.
"Aku-"
"Sudahlah, kau pasti bekerja besok, pulanglah sekarang karena aku sudah baik baik saja. Dan aku sudah memaafkanmu, lagipula itu bukan sepenuhnya salahmu, aku juga kurang hati hati, aku minta maaf"Mendengar dirinya disuruh pulang, Jooheon langsung menolaknya mentah mentah. Ia pikir setidaknya ia harus menemani Changkyun hingga pagi atau sampai ada keluarga Changkyun yang menemani.
"Aku yang bertanggung jawab menjagamu setidaknya sampai ada seseorang yang menemanimu" ujar Jooheon
Mendengar itu, Changkyun tersenyum kecut.
"Sampai kapanpun kau menunggu seseorang untuk datang menjagaku, tak akan ada seorang pun yang akan datang."
"Kalau begitu, aku akan disini menjagamu hingga kau keluar dari tempat ini. Dan selama kau masih disini, kau akan menjadi tanggung jawabku"Jooheon mendekat ke ranjang Changkyun dan duduk di tempat duduk yang telah disediakan.
"Siapa namamu?"
"Changkyun"
"Nama yang bagus"Lalu kembali terjadi keheningan beberapa saat hingga Jooheon kembali bersuara
"Sebenarnya aku ingin menghubungi orang yang kau kenal, tapi aku tak menemukan keberadaan ponselmu"
Tak ada jawaban. Changkyun masih diam
"Aku minta maaf karena telah membuatmu berada disini, pasti kau bosan ya?"
"Tidak juga, mungkin jika aku bisa memilih aku ingin menghabiskan sisa hidupku berbaring disini"
"Kau itu masih muda, perjalanan panjang masih menantimu. Tak seharusnya kau bicara seperti itu"
"Meski begitu, jalanan yang akan kulalui sudah terbaca seperti apa dan disana hanya ada batu batu besar yang menghalangi jalanku hingga aku harus berhenti untuk melaluinya"
"Kau harus menghancurkan batu batu itu dan kembali berjalan, semua orang punya batu di kehidupanya dan caramu mengancurkan batu itu, itulah bukti yang akan kau laporkan pada malaikat nanti bahwa kau memang bisa menjalani hidup"Changkyun tersenyum kecut. Sudah sering Changkyun mendengar kalimat seperti itu. Mereka hanya bisa menasihatinya tanpa mau masuk kedalam hidupnya untuk sekedar merasakan sepedih apa hidupnya.
"Ya, anggap saja kau benar" Changkyun dengan pandangan yang menerawang jauh ke depan.
Jooheon sebenarnya tidak tahu menahu masalah sebesar apa yang menimpa Changkyun hingga dari matanyanya saja tak terdapat sedikitpun kehidupan, disana hanya terdapat tatapan sendu yang menyiratkan kekosongan. Tapi Jooheon yakin pasti Changkyun sedang mangalami masa masa sulit.
"Hei jangan melamun seperti itu, aku memang tidak tahu apa apa tentang yang terjadi padamu. Tapi cobalah untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiranmu setidaknya untuk sehari ini saja untuk memulihkan kondisimu. Sekarang tidurlah" Ucap Jooheon lalu mengusap surai coklat Changkyun disertai senyuman yang sangat manis dan tulus.
Changkyun mendongak, menatap Jooheon dengan tatapan yang sulit diartikan. Jooheon sendiri bingung kenapa dia bisa mengusap kepala orang yang bahkan baru mengobrol denganya beberapa menit yang lalu seakan akan dirinya sudah sangat dekat dengan bocah di hadapanya ini.
"Ah maaf, aku... tidak sengaja melakukanya" Ucap Jooheon sedikit membungkuk
"Tidak apa apa" Jawab Changkyun spontan dan langsung membalikan badan memunggungi Jooheon.Sepertinya Changkyun malu, dan entah kenapa membuat kedua ujung bibir Jooheon tertarik ke atas. Changkyun terlihat sangat manis bahkan saat pertama kali Jooheon mengangkat tubuh kurus itu memasuki mobilnya tadi pagi dalam keadaan berlumuran darah di kepalanya. Katakan Jooheon sudah gila sekarang tapi memang itulah yang terjadi, bahkan dengan hanya melihat punggung Changkyun pun terlihat menggemaskan bagi Jooheon.
Jooheon buru buru menggelengkan kepalanya cepat dan menyadarkan pikiranya. Oh ayolah ada apa dengan dirinya ini. Tidak mungkin dirinya jatuh hati pada seorang bocah yang menjadi korban kelalaianya sendiri dalam berkendara.
Jooheon berbalik dan hendak keluar ruangan dan saat di ambang pintu ia kembali berbalik
"Changkyun-ssi, aku akan keluar sebentar dan akan kembali. sepertinya aku tidak akan pulang dan menemanimu disini seperti janjiku tadi"Tidak ada jawaban melainkan Changkyun yang masih setia memunggungi Jooheon. Sepertinya ia telah tidur. Lalu Jooheon kembali melanjutkan langkahnya.
Sebenarnya Changkyun tidak tertidur, lebih tepatnya ia hanya pura pura tidur. Changkyun merasakan ada yang aneh dengan dirinya. Seperti ada ribuan kupu kupu berterbangan dalam perutnya, dan pipinya kini telah memerah sedari tadi.
Senyuman dan usapan yang Jooheon berikan tadi terasa sangat tulus dan merasuk hingga ke ulu hati Changkyun.
"Sadarkan dirimu Lim Changkyun, tidak mungkin kau menyukai seorang pria" monolog Changkyun yang sedang berusaha menetralkan jantungnya yang berdetak tidak normal.
TBC^^
Vote dan sempatkan berkomentar jika mau ya^^ yanha butuh kritikan karena work ini masih jauh dari kata bagus^^Terimakasih^^ 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me {JooKyun}
FanfictionHOMOPHOBIC JANGAN MENDEKAT!! -JooKyun Story- Changkyun yang lemah, rapuh dan tak tersentuh. Jooheon yang lembut, penyabar, dan penuh kasih sayang. Sedikit demi sedikit Jooheon mengisi kekosongan jiwa Changkyun dengan segala kasih sayangnya, menghan...