Pukul 12 siang netra Changkyun masih setia terpejam. Sejak kemarin Changkyun benar benar tak melakukan apapun selain berbaring dan mengistirahatkan tubuhnya. Hanya terjaga untuk sarapan dan makan obat, setelah itu kembali tidur.
Entahlah, tak ada yang tahu apakah Changkyun benar benar tertidur atau hanya sekedar diam mengatupkan kedua kelopak mata. Keadaan ruang rawat Changkyun begitu sunyi hanya terdengar suara beberapa alat medis dan hembusan nafas Changkyun yang teratur dan tenang.
Changkyun terlihat begitu damai menikmati kesunyian dan juga kehangatan sinar surya yang menerobos melalui kaca jendela. Hingga suara pintu terbuka menginterupsinya. Tanpa membuka mata, Changkyun sudah mengetahui seseorang tengah berjalan mendekati ranjang tempat ia berbaring.
"Eoh? sepertinya infusnya sudah mau habis, apa dokter tidak mengetahuinya?" monolog pria yang tak lain dan tak bukan adalah Jooheon.
"Sudah tahu, mereka bilang akan mengganti infusku malam nanti" saut Changkyun tanpa membuka mata
"E-eh? kau terbangun? apa aku mengganggumu? apa bicaraku terlalu keras"
"Ya, sangat mengganggu"
"Maaf"Pada akhirnya Changkyun membuka mata dan menolehkan kepalanya pada sang lawan bicara
"Kenapa kau kemari? apa jam kerjamu sudah berakhir?"
"Belum, sekarang ini sedang jam istirahat jadi aku kemari untuk melihat keadaanmu"
"Untuk apa? aku bukan anak kecil, aku baik baik saja dan aku juga sudah terbiasa mengurus diriku sendiri. Jangan pedulikan aku, jalani saja kehidupanmu seperti biasanya"
"Kau ini kenapa? selalu saja menolak niat baik orang lain. Lagipula gaya bicaramu itu terlalu sarkas, lembutlah sedikit dan panggil aku hyung"
"Aku tak butuh orang lain, aku bisa mengurusi diriku sendiri"Jooheon menghela nafas, bagaimanapun ia sendirilah yang membuat bocah ini berbaring disini.
"Baiklah baiklah, terserah kau saja"Netra Jooheon menelisik ke sekitar ranjang Changkyun, tak ada satu barang apapun yang tertangkap milik Changkyun
"Apa keluargamu belum membawakan barang barangmu? lalu apa yang kau lakukan saat aku bekerja? hanya tidur saja?"
"Eum"
"Jawab pertanyaanku dengan benar, berapa nomor ponsel orang tuamu? akan kuhubungi sekarang"
"Sudahlah, begini saja aku tidak apa apa"Suara Changkyun melembut dan memutar tubuhnya membelakangi Jooheon. Jooheon bingung, apakah ada yang salah dengan ucapanya barusan? Jika diperhatikan, punggung Changkyun terlihat sangat rapuh dan kesepian. Jooheon mengulurkan tanganya untuk mengusap punggung Changkyun, tapi diurungkanya kembali.
"Kau pergilah, jangan kacaukan jam kerjamu" Changkyun bergumam kecil tapi masih bisa terdengar.
"Tak usah khawatir, aku bekerja di perusahaan ayahku jadi aku bisa masuk kerja kapanpun aku mau. Berikan alamat rumahmu, aku akan kesana untuk mengambil barang barangmu. Barangkali ponsel?"
"Tidak perlu, rumahku berantakan"
"Aku kan kesana untuk mengambil barangmu, bukan untuk menginap. Kau ini sulit sekali, hanya beritahu aku dimana letak rumahmu lalu aku pergi kesana untuk mengambil barangmu dan kembali lagi kesini, sudah begitu saja"
"Rumahku masuk gang kecil sebelah mini market 24 jam yang terletak tak jauh dari universitas starship" Changkyun mengucapkanya dengan tempo cepat, dan terdengar agak ketus"Alamat macam apa itu? Beritahu yang benar"
Changkyun terlihat kesal lalu terduduk dan membalikan tubuhnya dengan buru buru sambil memasang wajah masam, sedangkan Jooheon terlihat terkejut dengan pergerakan yang tiba tiba itu.
"Aiss kau ini berisik sekali, tadi aku tak memberitahukan alamatku kau malah mengomel, tadi aku sudah mengatakan dimana rumahku kau tetap mengoceh, suaramu itu seperti nenek nenek penjual odeng, berhenti bicara dan pergi ke rumahku dan bawakan ponselku serta beberapa novelku di meja kamar, jika kau belum sampai disini saat jam 2 siang, akan kurobek mulutmu itu" Changkyun menatap Jooheon dengan tatapan membunuh dengan rasa kesal yang sudah memuncaki ubun ubunya. Dan tadi adalah kalimat terpanjang yang Changkyun ucapkan selama beberapa tahun terakhir.Jooheon bergeming ditempatnya dan menatap lurus Changkyun seperti orang bodoh. Terkejut? atau terpesona? entahlah, tapi kedua pipi Jooheon terlihat memerah.
'manis'
Jooheon tanpa sadar mengucapkanya di dalam hati, dan tetap tak berkedip untuk beberapa saat
"Apa sekarang kau tuli? Apa kau akan terus berdiri disitu seperti orang tolol? Oh, sepertinya mulutmu benar benar ingin kurobek. Enyah kau dari sini, dan singkirkan ekspresi menjijikan itu"
'apanya yang manis, lihatlah mulut kasarnya itu. jooheon, kau pasti sudah gila menyebutnya manis'
"Baiklah, baiklah. Aku pergi sekarang, jadi berhentilah mengoceh" Jooheon memutar tubuhnya dan melangkah keluar ruangan.
"Cih, mengoceh katanya. Dia sendiri yang begitu cerewet. Tapi tunggu, berapa kata yang aku ucapkan tadi? argh memalukan sekali, awas kau gendut" Changkyun menatap tajam pintu masuk seolah olah pintu tersebut adalah Jooheon. Ingin rasanya Changkyun mencabik cabik wajah tampan Jooheon. Tunggu, apa? tampan? ARGH MENYEBALKAN
***
Di perjalanan, Jooheon tak henti hentinya mengumpati Changkyun. Dengan netra yang fokus pada jalanan dan kedua tangan yang sibuk mengendalikan stir mobil, mulut Jooheon setia melontarkan kekesalan yang ingin sekali ditumpahkanya pada Changkyun.
"Anak menyebalkan itu, tak bisakah dia sedikit lebih lembut? seharusnya dia memanggilku hyung atau apa saja yang lebih enak didengar, apa tadi? dia memanggilku tolol? aku penasaran dimana ibunya, pasti dia sangat kaget anaknya memiliki tutur kata yang buruk seperti itu"
Kedua alis Jooheon semakin bergandengan, dengan bibir tebalnya yang masih setia mendumel.
Akhirnya Jooheon sampai didepan mini market yang dimaksud Changkyun, ia pun keluar dan mencari gang yang akan menuntunya menuju rumah Changkyun.
Jooheon berjalan memasuki gang satu satunya di sekitar situ, dan berhenti di persimpangan gang. Ia bingung harus mengambil jalan yang mana
"Sudah kubilang alamatnya tidak jelas, ah aku jadi tersesat begini. Harus kemana aku" Jooheon celingukan sambil menggaruk belakang kepalanya. Memutar badan kesana kemari untuk menemukan seseorang yang dapat ia tanyai.
Beruntung ada seorang pria jangkung yang menepuk pundak Jooheon yang malang itu.
"Bisa kubantu?"Jooheon mengenal suaranya, ia membalikan badan dan mendapati Hyungwon yang balik menatap kaget.
"Lebah? sedang apa kau disini? astaga aku sangat merindukanmu" Hyungwon memeluk Jooheon singkat, dan Jooheon pun membalas pelukan singkat tersebut
"Haha aku juga merindukanmu, apa kabarmu? apa kau lanjut ke univ impianmu itu?"
"Tidak, aku gagal tes dan aku mendaftarkan diri ke univ lain, bagaimana denganmu? kau jadi mengambil alih perusahaan ayahmu itu?"
"Yah, begitulah. Ayahku memaksaku untuk jadi penerusnya, dan suatu saat aku akan menjadi penggantinya. Kau tahu? pekerjaanku yang sekarang saja sudah membuat kepalaku pening, apalagi saat aku sudah menggantikan posisi ayahku"
"Yak, bersyukurlah kau punya pekerjaan. Setidaknya pekerjaanmu keren, kau tidak harus menanam padi dan hanya harus mengurusi dokumen dokumen saja"
"Dokumen saja, iya sangat mudah mengatakanya"Jooheon memalingkan wajah dan teringat dengan niat awalnya datang kemari.
"Ah aku lupa, aku kemari ingin mendatangi rumah bocah bernama Changkyun. Kau tahu dimana rumahnya?"
"Changkyun? kau kenal darimana dengan dia?"
"Nanti saja aku cerita, ceritanya panjang"
"Eum, baiklah. Aku antar"Mereka berdua pun berlalu menuju rumah Changkyun, dan sampailah mereka di depan sebuah rumah kecil.
"Dua hari belakangan ini aku tidak melihatnya. Tidak tahu pergi kemana, tapi kelihatanya rumah ini kosong"
"Dia di rumah sakit"
"RUMAH SAKIT!?"
"Jangan berteriak, pergilah menemaninya. Rumah sakit hanlim ruangan 102"
"Yak! kau berhutang penjelasan padaku gendut!"Hyungwon berlari terburu buru sedangkan Jooheon hanya melihat datar punggung temanya itu.
"Dasar tusuk gigi"
TBC
Maaf yanha slow update sekali ㅠㅠ
Ayo tekan bintangnya^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me {JooKyun}
FanfictionHOMOPHOBIC JANGAN MENDEKAT!! -JooKyun Story- Changkyun yang lemah, rapuh dan tak tersentuh. Jooheon yang lembut, penyabar, dan penuh kasih sayang. Sedikit demi sedikit Jooheon mengisi kekosongan jiwa Changkyun dengan segala kasih sayangnya, menghan...