3

925 116 28
                                        



Malam berganti pagi, Changkyun terbangun dari tidurnya lalu meregangkan tubuhnya yang terasa sakit dan pegal, tentu saja karena sejak tadi malam, Changkyun tertidur di lantai. Waktu menunjukan pukul 05.00 itu berarti Changkyun tertidur selama 3 jam, itu bagus karena biasanya Changkyun tidak tidur bahkan untuk 1 jam pun.

Karena hari ini hari sabtu, Changkyun harus mengantar koran dan susu. Changkyun hidup sendirian, jadi ia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya. Selain bekerja sebagai pengantar koran dan susu, Changkyun juga bekerja sebagai pelayan di salah satu restoran italia.

Setelah selesai mandi dan menggunakan pakaian hangat berupa sweater over size dan celana training, Changkyun pergi ke pusat penerbitan koran dan susu dengan menggunakan sepeda. Matahari masih enggan menampakkan dirinya, udara pun masih sangat dingin menerpa kulit hingga menusuk ke tulang.

Setelah mendapatkan apa yang ia cari, Changkyun melajukan sepedanya untuk berkeliling. Saat Changkyun berhenti di sebuah flat, munculah sesosok pria tinggi dan tipis bak sebuah boneka kertas. Pria tersebut nampak terburu buru, terlihat jelas dari cara berjalanya yang mundur sambil memakai sebelah sepatu kanannya. Oh jangan lupakan juga muka bantal dan baju seragam yang tak rapi sama sekali, dan pria itupun berteriak dari luar.

"Hyuung... aku berangkaaaAI KKAMJJAGIYA" seru pria itu dilanjutkan dengan pekikan terkejut karena hampir saja menabrak Changkyun dan sepedanya, bahkan pria tersebut hampir saja terjengkang kebelakang bila ia tak berpegangan pada tempat duduk boncengan sepeda Changkyun. Changkyun hanya melihat datar kelakuan pria itu, bahkan mungkin ia tak sadar bahwa Changkyun sudah memperhatikanya sejak tadi.

"Eei Changkyuna, kau ini menyebalkan sekali, kalau aku terjatuh dan bajuku kotor eomma akan marah padaku" gerutu Hyungwon.
"Hyung selalu saja terlambat, kau punya ponsel dan kenapa kau tidak memasang alarm eoh? pabo. Lagipula ini hari sabtu kenapa kau pergi sekolah?" balas Changkyun balik menggerutu.
"MWO!?" ucap Hyungwon membelalakan mata lalu mengecek sesuatu di ponselnya.
"Apa apaain ini?! jadi aku mandi dua menit hanya dengan dua gayung air tanpa sabun untuk pergi ke sekolah pada hari sabtu? sungguh sebuah penghinaan kepada seorang Shin Hyungwon, kenapa dunia begitu menyebalkan? haais" ucap Hyungwon.
"Kalau begitu, mati saja. mungkin akhirat akan lebih adil untukmu" ucap Changkyun sembari melemparkan sebuah koran pada Hyungwon yang langsung ditangkapnya, karena lemparan Changkyun terlalu tiba tiba Hyungwon kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Sedangkan Changkyun pergi berlalu mengayuh sepedanya tanpa menghiraukan ocehan ocehan Hyungwon.

Changkyun melaju membelah kota di tengah dinginya udara pagi hari. Sudah ada beberapa kendaraan di jalanan menandakan orang orang memulai aktivitas mereka. Ada beberapa juga orang yang memilih untuk berjalan kaki menikmati segarnya udara pagi hari untuk sekedar melepas penat dan stress ke udara, mungkin.

Setelah Changkyun menyelesaikan pekerjaanya, Changkyun memutuskan pergi ke taman sebelum pulang untuk melihat anak anak tk yang sedang bermain dibawah pengawasan sang guru yang sibuk berteriak memperingatkan ini itu. Changkyun duduk di hamparan rumput dekat sepedanya diparkir, mengamati.

Tapi dibalik tatapan seriusnya itu, Changkyun sedang menerawang jauh ke belakang di dalam pikiranya. Beberapa tahun lalu, bersama sang kakak.

Flashback...

Setelah kejadian dimana Changkyun dan Kihyun diusir dari rumah, mereka tidak tahu harus kemana. mereka luntang lantung kesana kemari mencari tempat untuk mereka bermalam.

"Hyung... aku ingin pulang, diluar dingin dan aku sudah sangat mengantuk" ujar Changkyun kecil sembari mengucek ngucek matanya lucu.
"Eumm.. jjangkkanman Changkyuna, hyung sedang mencari tempat yang bagus untuk kita tidur" jawab Kihyun melirikkan matanya kesana kemari.
"Kenapa kita harus mencari tempat tidur hyung? di rumah kan kita punya kasur" ucap Changkyun polos. Kihyun menghentikan aktivitasnya, ia berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Changkyun dan menggenggam kedua tangan anak kecil itu lembut.

"Dengar Changkyuna, kita sudah tidak punya rumah lagi. Anggap saja Eomma sudah tiada, dan kita tidak mungkin hidup bertiga hanya dengan Appa sedang kau tahu sendiri perlakuanya terhadap kita" Tangan Kihyun kini beralih mengusap lembut surai kecoklatan Changkyun. Satu tetes air mata lolos dari mata kecil Changkyun, perkataan kakaknya tadi seolah membawa balik ingatan pahit mengenai ibunya yang sekarat beberapa jam lalu.

"Tidak perlu menangis Changkyuna, hyung akan selalu bersamamu, kita harus percaya bahwa Eomma akan selalu mengawasi kita dari surga, dan kita juga harus percaya bahwa Eomma berada di sekitar kita tanpa kita sadari. sudah jangan menangis" jemari Kihyun menuntunya untuk menghapus jejak air mata sang adik, lalu membawanya ke dalam dekapan hangat.

"Sekarang mari kita berjalan sedikit lagi, setelah kita menemukan tempat yang bagus, kita langsung tidur" Kihyun bangkit dan menggandeng tangan adiknya. Changkyun hanya diam.

Setalah mereka berjalan beberapa meter kedepan, mereka menemukan sebuah bangunan dengan teras keramik yang cukup luas. Tanpa menunggu lagi, Kihyun langsung menarik tangan Changkyun mendekat ke bangunan tersebut.

Mereka duduk di tepian teras.
"Hyung... aku takut" lirih Changkyun
"Gwaenchana, ingat hyung dan Eomma akan selalu bersamamu. kau mengantuk kan? sini.. sandarkan kepalamu pada paha hyung" ujar Kihyun sembari menepuk nepuk pahanya. Changkyun yang memang sudah mengantuk pun menidurkan tubuhnya dengan kepala yang ditopang oleh paha Kihyun. Sedangkan Kihyun tidur dengan posisi duduk bersandar pada tiang teras.

Flashback off

Changkyun tersadar dari lamunanya seiring dengan suara anak kecil yang menginterupsinya
"Paman, apa kau tahu dimana temanku bernama Gaeun?" tanya anak itu. Changkyun tidak tahu harus berkata apa karena ia tidak pernah berinteraksi dengan anak kecil sebelumnya. Changkyun malah bangkit berdiri dan pergi melaju bersama sepedanya meninggalkan si anak tadi.
"Kenapa paman itu aneh sekali?" Ucap anak tadi sambil kembali menikmati permen kapasnya yang berwarna pink.

Di perjalanan Changkyun merutuki dirinya sendiri. Ia merasa bersalah kepada anak tadi karena meninggalkanya begitu saja. Toh, anak itu juga hanya bertanya, kenapa Changkyun sebingung itu?

Changkyun terus melajukan sepedanya tanpa sadar lampu jalan bagi pengendara sepeda telah berganti warna menjadi merah. Changkyun melajukan sepedanya dengan kecepatan tetap dan datanglah sebuah mobil hitam dari arah berlawanan.

Setelah jarak antara mobil dan sepeda Changkyun tinggal 3 meter, Changkyun tersadar dari lamunanya dan diiringi dengan klakson mobil dan suara decitan ban mobil. Seketika tubuh kurusnya terpental dan terjatuh menghantam jalanan, sepedanya ringsek akibat benturan, kepalanya berdarah dan mengeluarkan cairan merah dengan jumlah yang tak sedikit. Darah Changkyun membanjiri aspal di sekitar kepalanya.

Sedikit demi sedikit orang orang berkumpul mengerumuni Changkyun, hanya mengerumuni tidak ada satu orangpun yang berniat menolongnya. Hingga sang pemilik mobil keluar dari mobilnya dan berlari mendekati tubuh Changkyun.

Pemuda itu menggunakan jas dengan name tag di dada kananya yang bertuliskan 'Lee Jooheon'. Ia membalikan kepala Changkyun dan memanggil manggil untuk beberapa saat hingga akhirnya Changkyun dibawa ke rumah sakit bersama mobil Jooheon.

TBC






Vote juseyoo🙏❤
Kalau mau komentar juga boleh, satu kata dari kalian membangkitkan jiwa optimisme yanha^^

Stay With Me {JooKyun} Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang