Bel istirahat sudah berbunyi. Itu tandanya kantin akan segera penuh oleh siswa siswi yang ingin mengisi perut.
"Kantin yuk. Gue laper banget belom sarapan tadi pagi." rengekku pada Sye dan Della.
"Yuk." Della langsung berdiri dari bangkunya dengan semangat.
"Bentar ih." Jawab Sye yang sedang menyalin catatan yang ada di papan tulis.
"Aelahh. Keburu kantin rame Sye. Ntar ga dapet tempat. Ayok ih."
Aku mengerucutkan bibirku dan menyahut pulpen yang di gunakan Sye untuk menulis.Kemudian Sye bangkit dari duduknya dengan ogah ogahan.
"Kurang ajar emang. Anak nya siapa sih.""Anaknya mami Rosa. Wlee." Aku menjulurkan lidahku ke arah Sye yang tampak kesal.
Della pun hanya tertawa melihatnya.
Benar kataku. Kantin sudah sangat padat dipenuhi manusia manusia kelaparan. Namun mayoritas yang memadati kantin adalah kakak senior.
Jika saja aku jadi kepala sekolah. Aku akan membangun sepuluh kantin agar murid muridku tidak berdesak desakan seperti ini.
"Kalian mau makan apa? Biar gue pesenin." Tawar Della padaku dan Sye.
"Gue mie ayam sama es jeruk." Jawabku.
"Gue batagor sama jeruk anget." Sahut Sye.
Setelah itu Aku dan Sye berjalan menyusuri kantin untuk mencari tempat duduk.
"Penuh semua deh Al." Gerutu Sye.
"Lo sih lama banget nulisnya." Balasku memanyunkan bibir.
"Lama apanya. Orang pulpen gue lo sahut." Ucap Sye tidak terima.
Aku mendengus kesal.
"Duduk sini aja." Aku menolehkan kepalaku ke arah sumber suara.
"Eh Kak Belva kan?" Aku tersenyum padanya.
"Udah dibilang Belva aja ga pake kak."
Aku hanya tertawa singkat menanggapinya.
Dia duduk bersama Bagas, Brian ,dan Bio.
"Siapa Al?" Bisik Sye.
"Nanti gue kasih tau." jawabku juga berbisik.
"Gapapa nih gue duduk disini?" Tanyaku lagi pada Belva.
"Gapapa. Santai aja."
Kemudian Aku dan Sye duduk berhadapan dengan ke tiga cowok itu.
Walaupun aku sudah mengenal mereka. Namun rasanya duduk berhadapan di kantin seperti ini sedikit canggung. Karena mereka adalah senior seniorku.
Terlihat sedari tadi beberapa murid entah senior maupun seangkatan denganku melirik ke arahku dengan tatapan tidak suka disertai tatapan iri.
Itu membuatku sedikit risih.
"Eh liat deh Alea duduk sama mereka. Gue juga mau." Kurang lebih begitulah bisikan bisikan lirih yang dapatku dengar.
"Al kenalin dong." Celetuk Bagas sambil melirik Sye. Benar kata Baron, cowok satu ini memang tidak bisa melihat cewek cantik sedikit saja.
"Oh iya. Kenalin ini Sye temen gue."
Sye mengangguk pelan dan menampakkan wajah sok manisnya yang dibuat buat.
Bagas menyodorkan tangannya kepada Sye disertai satu kedipan mata.
"Hai Sye. Gue Bagas.""Huuu dasar bocah." Satu jitakan tangan Belva berhasil mendarat ke kepala Bagas.