Elang menatapku sebentar dan menarik daguku mendekat ke arahnya.
Betapa syoknya aku. Elang menciumku dan melumat bibirku.
Tangannya merengkuh pinggangku membuat tubuhku tidak berjarak dengannya.
Suara sorak sorak dan tepuk tangan mengisi kantin.
....
Sontak aku memundurkan tubuhku.Niatku untuk menampar Elang tertunda karena dia tiba tiba bangkit dari duduknya dan beranjak meninggalkan kantin.
Aku pun ikut bangkit dari dudukku. Berniat mengejarnya.
Terdengar suara Sye dan Della yang memanggilku. Namun aku tidak menghiraukannya dan terus melangkah keluar dari kantin.
Ku edarkan pandanganku. Mencari makhluk astral itu.
Kulihat dia masuk ke toilet. Aku pun menghampirinya dengan langkah lebar dan buru buru.
Plakkk
Untuk ketiga kalinya aku menampar pipinya.
Dia menatapku datar dan menaikkan satu alisnya ke atas.
Wajahnya tidak menampakkan rasa bersalah sama sekali. Membuatku semakin jengkel dan kesal.
Aku menatap tajam mata Elang, dadaku sudah naik turun tidak beraturan.
Dan disaat yang tidak tepat ada seorang cowok yang masuk ke toilet.
"Lho ini kan toilet cow-""Shut up!" Bentakku yang kemudian membuat cowok itu memegang dadanya dan berbalik arah tidak jadi ke toilet.
Lalu aku menolehkan kepalaku lagi pada Elang.
"Lo Elang Putra Dirgantara!-""Elang Dirgantara Putra." Potongnya tiba tiba.
"Bodo! Terserah gue! Kenapa sih lo selalu buat gue jengkel. Gue ga kenal siapa lo sebenernya, tapi kenapa lo selalu bikin beban di hidup gue! Apa belom cukup lo ngrendahin harga diri gue waktu itu?! Saking belom puasnya lo ngirim chat ngancem ke gue. Kaya gini yang dibilang cowok. Dan yang terakhir lo udah ngambil first kiss gue! Asal lo tau itu sesuatu yang gue jaga dari dulu dan dengan seenak jidat lo ngambil keperawanan bibir gue!"
Aku meluapkan semua amarahku. Suaraku mungkin bisa terdengar sampai ke luar toilet.
Plakkk
Aku menamparnya lagi.
"Lo adalah orang yang paling gue benci di muka bumi ini!"
Setelah itu aku berbalik badan ingin melangkah keluar, namun tanganku dicekal olehnya.
"Ngancem lo?" Akhirnya dia membuka suara.
Aku membalikkan tubuhku kembali dan berhadapan dengannya lagi.
"Kenapa?! Lupa?!" Ucapku dengan nada menantang.
"Maksud lo?"
Aku tertawa hambar menanggapinya dan merogoh saku mengambil ponsel dan mencari pesan ancaman itu kemudian menyodorkan ponsel ke arah Elang.
Ia menyahut ponsel dari tanganku dengan kasar. Sejenak ia menatap ponselku dengan dahi mengkerut.
"Brengsek!" Tuturnya kemudian melempar ponsel ke arahku dan melangkah keluar dari toilet.
🐙🐙
"Iya dia tiba tiba pergi. Gimana ga kesel coba!" Celotehku pada Della dan Sye.
Aku mondar mandir frustasi di hadapan mereka. Untung saja sekarang sedang jamkos. Jadi aku bebas meluapkan emosi pada kedua sahabatku ini.
"Tapi dia cool tau Al." Ucapan Sye membuatku mengehentikan langkah dan menatap matanya horor.