🍒Part Lima🍒

63 20 0
                                    

🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒🍒

~Author Pov❤

Hari demi hari berlalu, Daniel dan Sana semakin dekat. Begitupun dengan pelatihat yang Sana lakukan pada Daniel.

Kini, pria itu mulai bisa tenang saat bersama wanita. Saat di sentuhpun tubuh Daniel tak mengalami penolakan lagi. Tubuh itu mulai terbiasa menerima sentuhan fisik daei wanita. Seperti pegangan atau menyentuh lengan. Tapi jika lebih dari itu, menyentuh dari bagian leher ke bawah, rasa pusing bahkan mimisanpun masih bisa terjadi.

Daniel menoleh pada Sana yang duduk di sampingnya, robot itu tengah membaca buku bertema elektro. Mungkin robot itu ingin mendalami tentang tubuhnya sendiri. Daniel tersenyum, mengingat betapa kerasnya usaha Sana dalam membantunya.

Ia ingat saat Sana menyentuhnya, bahkan menduduki tubuhnya hanya untuk membuatnya tenang karna saat itu ia tak kuasa menahan rasa pusing di kepalanya. Robot itu bahkan rela menunggunya sadar setelah pingsan dalam pelatihan. Robot itu benar-benar baik.

Seandainya Sana itu manusia, mungkin Daniel sudah melakukan tahap pendekata, mengungkapkan perasaan dan menjadikan Sana sebagai kekasihnya. Tapi itu mustahil, ia tidak mungkin menyukai robot.

"Kau terlihat sibuk," Daniel mengejek keseriusan Sana.

"Dan kau juga sibuk menatapku. Aku sampai berfikir kau menyukaiku." Jawab Sana santai, tapi menimbulkan ke gugupan di benak Daniel.

"Itu tidak mungkin."

Sana menaikan wajahnya, memiringkan kepalanya saat menatap Daniel. Ia tersenyum. "Eum, baguslah. Jangan sampai kau menyukaiku, oke?"

Daniel menatap Sana dalam diam. Kenapa ucapannya seperti itu? Bukankah Sana menyukainya? Jika benar, bukankah seharusnya robot itu senang? Ahh, lagi pula apa pedulinya? Ia tidak akan menyukai sebuah robot,'kan?

● ● ●

"Ahh melelahkan sekali."

Lisa merebahkan dirinya diranjang. Pertandingan tinju tadi membuat tenaganya terkuras habis.

"Pelatih DO, apa aku semakin lemah?" Tanyanya pada seorang pria tampan yang ternyata bernama DO KyungSo.

"Tidak. Kau semakin hebat nona Choi."

Lisa menghela nafas. Pandangannya menerawang.

"Tapi saat itu aku bertemu dengan seorang wanita yang hampir meremukan tanganku," Lisa menaikkan tangan kanannya yang saat itu di cengkram oleh Sana.

"Tubuhnya tak berotot, bahkan terlihat lemah menurutku. Tapi saat ia mencengkramku, cengkramannya sangat keras, hingga rasanya tanganku ini akan hancur."

"Mengapa kau tidak membantingnya? Bukankah itu keahlianmu?"

Lisa tersenyum miris, "Jika kau berada dalam cengkramannya, hanya sekedar berfikir melawannya saja tidak bisa. Tangannya dingin, seperti es. Namun kekuatannya seperti baja. Syarafku seakan kaku walau hanya untuk berfikir."

Kyungso mengusap dagunya, cukup heran dengan penuturan yang di lontarkan oleh muridnya ini. Setahunya, Choi LaLisa ini adalah gadis cekatan yang lincah dan kuat.
Tak mungkin ia bisa selemah itu. Apa lagi katanya, gadis yang melawannya waktu itu terlihat lemah.

A Robot's Sacrifice [Saniel Ft Tzuniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang