🐇Part Tujuh🐇

68 14 0
                                    

🐇🐇🐇🐇🐇🐇🐇🐇🐇🐇🐇🐇🐇🐇

~Author Pov❤

"Di rumahku ada banyak kamar, kau bisa tidur di kamar manapun yang kau mau."

Kyungso masuk ke dalam rumah megahnya, menunjukkan pada Sana pada 4 deretan kamar di lantai dua, 2 kamar di lantai satu.

"Pintu yang berwarna putih itu adalah kamarku." Kyungso melirik Sana, menyunggingkan sedikit senyuman miringnya.

"Kau bisa tidur disana jika kau mau."

Sana yang mendengarnya hanya tertawa hambar.

"Ah tidak, terimakasih. Aku akan tidur di lantai satu saja." Sahutnya sambil berjalan ke pintu kamar yang paling pojok. Namun ia berhenti sejenak, kemudian membalikan badannya,

"Jika aku sudah memiliki uang, aku akan mencari hotel atau apartemen, jika aku memang harus tinggal lebih lama disini."

"Kau tidak perlu sungkan, aku tinggal sendiri di sini. Orang tuaku akan kemari dua kali dalam sebulan."

Sana mengangguk dan masuk kedalam kamar. Kyungso hanya menatap nanar pintu kamar yang baru saja di masuki oleh Sana. Entah apa yang ia fikirkan, yang pasti terdapat banyak keraguan di wajahnya.

● ● ●

Di lain tempat, Daniel terlihat khawatir. Berkali-kali ia melirik jam di kamarnya, namun yang ia tunggu belum juga datang.

Daniel mencoba untuk tidak menelpon Sana, walau hanya sekedar menyuruhnya untuk pulang. Karna jujur ia sudah merindukan robot cantik itu.

"Apa dia tidak akan pulang? Apa ia baik-baik saja  di luar sana?" Gumam Daniel, ia mengambil ponsel di meja kecil dan menatapnya, berfikir untuk menelpon Sana. Namun belum sempat ia menekan tombol 'call', Kyungso sudah menelponnya.

Daniel terlihat bingung, ada apa dengan sahabatnya ini? Kenapa Kyungso menelponnye tengah malam? Tapi ia putuskan untuk mengangkatnya.

"Ada apa?"

". . ."

"Apa? Sana ada di rumah mu?"

". . ."

"Ia tidak mau bertemu denganku?"

". . ."

"Ah baiklah. Terimakasih, ku fikir ia sedang berkeliaran di jalanan tadi."

Daniel menghembuskan nafasnya kasar. Di sisi lain ia tenang karna Sana baik-baik saja, tapi di sisi lain ada sedikit luka di hatinya saat robot itu tidak mau dekat dengannya.

Bukankah seharusnya di sini Daniel yang marah? Kenapa malah Sana yang tak mau bertemu dengannya?

♡ ♡ ♡

{Dua minggu kemudian..}

Sana sedang duduk di sebuah cafe, meminum americano sambil menunggu seseorang. Ia melirik arlojinya sekilas, lalu melirik ke arah pintu.

"Dia lama sekali." Gumam Sana terlihat jenuh.

Namun tak lama kemudian, seseorang masuk dan duduk di depan Sana. Meminum americanonya, lalu tersenyum manis seakan tak berdosa.

A Robot's Sacrifice [Saniel Ft Tzuniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang