🐻Part delapan🐻

78 20 0
                                    

🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻🐻

'Hallo, MinatoZaki Sana'
'senang bertemu denganmu lagi'
'Hallo, MinatoZaki Sana!'
'Hallo'
'Hallo'
'Sana'

"Akhh!"

Sana terjatuh dari duduknya dan tersungkur ke bawah. Ponsel yang sedari tadi ia pegangpun terlepas. Sana memegang kepalanya yang terasa sakit, walau terasa sakit, tapi bayangan itu terus memasuki fikirannya.

Matanya yang seharusnya melihat jalanan, kini menjadi hitam, seperti orang buta, tapi perlahan pandangan berwarna hitam itu berubah menjadi samar, sebuah selulet sosok yang tak asing muncul di depan matanya yang tengah terbuka lebar.

Terjadi sebuah kode program yang error di dalam chip yang tertanam di tubihnya karna memaksakan sebuah ingatan, karna memaksakan sebuah ingatan, sehingga memory itu kembali terbuka dan menelaah akan siapa sosok dalam kegelapan itu.

Sementara Sana berada di dalam bawah sadarnya karna pengaruh program yang error itu. Secara  otomatis, chip yang berada di dalam tubuhnya mulai memperbaiki dirinya sendiri, memperbaiki sistem yang error, sehingga Sana terlihat seperti orang yang pingsan namun dengan mata yang terbuka lebar.

Daniel yang melihat itu segera mendekat karna khawatir. Namun, baru saja ia hendak melangkah, dua orang berbadan kekar telah mendahuluinya. Menarik Sana yang terlihat tidak fokus, dan membawanya kedalam mobil.

Daniel terkejut, ia segera mengejar mobil itu dan memanggil-manggil nama Sana. Namun mobil itu melaju semakin menjauh, meninggalkan Daniel yang terengah-engah. Ia menyesali dirinya sendiri karna memarkirkan mobilnya dengan jarak yang cukup jauh.

Daniel kembali berlari kebelakang, memutuskan untuk mengambil mobilnya. Namun langkahnya terhenti saat matanya tak sengaja menatap ponsel Sana yang tergeletak jatuh di halte.

● ● ●

"Bos, gadis ini terlihat aneh sejak kmi membawanya." Ujar salah satu pria itu yang memiliki tubuh paling tinggi.

"Benar, ia seperti berada dalam dunia lain, pandangannya kosong walau kami sudah menegurnya berkali-kali." Pria kekar dengan rambut pomade juga ikut menyahut.

Lisa mendekat pada Sana dengan alis yang berkerut. 'Benar, gadis ini terlihat aneh' fikirnya. 'Matanya yang terbuka lebar namun pandangannya kosong, dan tak ada perlawanan sama sekali.' Lanjutnya dalam hati.

Lisa melemparkan amplop coklat pada pemimpin mereka, pria yang juga berotot namun memiliki kulit lebih hitam dari apada yang lain.
Ia membuka amplop itu dan tersenyum.

"Sisanya akan ku berikan saat gadis ini baenar-benar jera hingga tak akan mendekati apa yang sudah menjadi milikku." Pria itu mengangguk setuju.

"Jadi tetap disini sampai gadis kembali normal. Kita tak tahu apa yang bisa gadis ini lakukan bukan?"

Ketiga pria itu mengangguk. "Tapi, kau terlihat sangat kuat di banding dia. Sebenarnya kau tak perlu menyewa kami hanya untuk menghajarnya." Pria berambut pomade itu mengajukan pendapatnya.

Lisa tersenyum sinis dan menatap Sana tajam. "Aku hanya berjaga-jaga, karna aku merasakan sesuatu yang aneh padanya."

Lalu pandangannya beralih dan menatap ke tiga pria kekar itu. "Dan jika ternyata aku benar-benar tak membutuhkan kekuatan kalian, maka kalian boleh berpesta dan menikmati tubuhnya."

Ke tiga pria itu langsung bersemangat mendengarnya.

¤ ¤ ¤

Di lain tempat. Daniel tengah melapor pada polisi tentang khasus penculikan.

A Robot's Sacrifice [Saniel Ft Tzuniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang