🍎Part Tiga🍎

89 20 0
                                    

🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎

~Author Pov❤

Seorang gadis dengan rambut berwarna pirang mendekati Daniel. Wajahnya cantik, walau ada garis-garis yang menunjukkan ia pribadi yang keras.

Gadis itu terus mendekat kearah Daniel, ia menaikan tangannya yang berbalut sarung tinju.
"Oppa kita harus latihan!"

Belum sempat Daniel mengelak, gadis itu sudah meninjunya. Rahang, perut, lengan, bahkan kali menjadi sasarannya. Daniel mengaduh kesakitan, tapi gadis itu terus meninjunya. Hingga akhirnya hidungnya berdarah, dan gadis itu terpekik kaget.

"Omo, Oppa, hidung mu berdarah!"

Daniel tersenyum. Akhirnya penderitaan ini berakhir, batinnya. Namun saat ia menoleh kebelakang, gadis itu muncul lagi dengan sarung tinju yang lebih besar.

"Rasakan tinjuku, Oppa!"

"Andwae!!!"

Daniel terbangun dari tidurnya. Ia terengah-engah. Mimpi itu lagi-lagi menghampirinya, padahal sudah lama ia tak bermimpi seperti itu. Perasaannya langsung gelisah. Apa gadis itu akan kembali?

Daniel menoleh ke samping kirinya, ia terkejut dan langung beringsut menjauh. Sana tidur di sampingnya dengan tenang. Daniel kembali merasa gelisah.

"Sana-ssi, ireona." Panggil Daniel. Tapi Sana tetap tidur.

Daniel mendekat, hendak membangunkan Sana dan menyuruhnya pindah. Ia menggerakan tangannya ke tangan Sana, namun ia menariknya kembali, karna ragu. Bagai mana jika ia pingsan sesudah menyentuhnya?

Daniel mengusap tengkuknya dan turun dari ranjang. Bagai manapun Daniel pria normal, ia bisa saja menerkam Sana jika keinginan primitifnya muncul.

Apa lagi Sana gadis yang cantik dengan tubuh ideal. 36-24-34, ukuran tubuh ideal wanita menurut Daniel. Dan Sana memilikinya. Tapi, apa benar kau bisa melakukannya, Daniel? Kau tidak akan pingsan sebelum menyentuhnya,'kan?

● ● ●

Daniel hendak keluar kamar, tapi matanya beralih pada sebuah stick note yang tertempel di teko kava yang terletak di meja kecil samping kasur. Daniel mengambilnya.

'Sentuh lenganku jika kau ingin aku terbangun. Aku harus beristorahat karna lelah.'

Daniel melirik Sana yang masih tertidur. Kenapa ia harus menyentihnya? Apa ia tidak bisa bangun sendiri? Apa gadis itu tidur seperti kerbau sehingga harus di sentuh agar bangun?"

Daniel mengedigkan bahunya tak mau tahu. Bukan urusannya, fikirnya. Daniel keluar dari kamar.

Malam sudah datang, Daniel kembali memasuki kamar. Matanya melebar, Sana masih tertidur dan posisinya tak berubah.

Daniel mendekat, mengacak rambutnya frustasi. Apa aku harus menyentuhnya agar ia terbangun? Apa tidak ada cara lain? Tiba-tiba sebuah ide masuk kedalam otaknya.

Daniel kembali masuk kedalam kamar dengan sapu di tangan. Ia tersenyum miring.

"Hei, Sana-ssi. Apa kau akan tertidur terus, eoh?" Tangannya menusuk-nusukkan ujung tangkai sapu kepinggang Sana. Namun gadis itu tak bergeming.

A Robot's Sacrifice [Saniel Ft Tzuniel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang