Hanya ucapan syukur yang dapat Seok Jae dan Jeonghwa lontarkan. Jaejoong sudah melewati masa kritisnya, walau saat ini kondisinya semakin hari semakin buruk, tetapi Seok Jae yakin ia mampu menyembuhkan anaknya.
Malam ini Seok Jae dan Jeonghwa menemani Jaejoong yang masih setia memejamkan matanya, mereka berdua hanya menatap malang nasib sang anak. Seok Jae sudah menghubungi pihak panti untuk membawa Jaejoong saat ini. Bukankah Jaejoong penurut? Ia pasti menuruti keinginannya saat ini, toh demi kesehatan dan kebaikan Jaejoong sendiri, pikir Seok Jae.
Perlahan mata Jaejoong pun terbuka, Seok Jae dan Jeonghwa segera mendekati Jaejoong, mereka berdua tersenyum senang kembali melihat mata indah Jaejoong terbuka.
"Akhirnya kau sadar sayang." Ujar Jeonghwa senang dan mengusap lembut tangan Jaejoong. Jaejoong hanya melirik sekilas Jeonghwa. Seharusnya Jaejoong tidak kembali berada disini, sudah berapa banyak uang yang dikeluarkan karena pengobatannya?
"Dokter Han, aku sudah baik-baik saja. Bisa aku pulang?" Tanya Jaejoong masih dengan sangat lemah.
"Tidak nak, kau disini. Tidak usah memikirkan lainnya, saat ini yang terpenting kau sembuh." Ujar Seok Jae, ia tahu Jaejoong cemas akan biaya Rumah sakit.
"Kita masih mencari donor hati yang terbaik untukmu, kau harus bertahan." Seok Jae meraih tangan Jaejoong dan menggenggam tangan tersebut dengan kuat. Jaejoong hanya terdiam dan melihat genggaman tangan Seok Jae kepadanya.
"Dokter Han, kenapa sangat baik kepada aku? Aku masih sangat baru mengenal anda. Dosen Yoon juga, sudahlah. Aku sudah memaafkan Seunghyun, lagi pula anggap ini takdirku sakit." Jeonghwa terdiam sejenak.
"Jaejoong-ie dengar nak, mungkin memang berawal karena Seunghyun, dan sementara dirimu pun mahasiswa terbaik yang kami punya, tetapi untuk saat ini, aku hanya memperjuangkan anakku untuk sembuh dan kembali sehat." Ujar Jeonghwa, Jaejoong terdiam, apa maksud Jeonghwa? Sementara Jeonghwa dan Seok Jae yakin jika Jaejoong senang akan hal ini, bukannya selama ini Jaejoong terus menanti kedua orangtuanya?
"Memperjuangkan anak anda?" Tanya Jaejoong. Jeonghwa pun mengangguk.
"Kau anakku, aku Ummamu Joongie. Maaf karena kebodohan Umma, tetapi saat ini Umma tidak ingin kehilanganmu." Rasanya tak karuan, mengapa tiba-tiba saja Jaejoong sakit mendengar ini? Ia tidak senang akan ini. Jaejoong melepas tangannya dari genggaman Seok Jae dan Jeonghwa.
"Dosen Yoon sepertinya anda salah. Eum maaf tetapi cara anda menghiburku bahwa anda orangtuaku, itu bukan pilihan tepat." Jeonghwa meloloskan air matanya, apa maksud sang anak?
"Jae, yang Jeonghwa ucapkan benar nak. Ini Appa, kami orangtua kandungmu." Jaejoong menggelengkan kepalanya. Ia terkekeh.
"Dokter Han, jangan bersandiwara, pendirianku masih sama, aku tidak mau merepotkan kalian karena penyakitku ini." Seok Jae dan Jeonghwa terdiam, mengapa rasanya sakit melihat Jaejoong seakan menolak mereka.
"Nak, dengar. Kami tidak berbohong. Maaf karena Appa pernah mengabaikanmu." Ujar Seok Jae kembali dan kali ini sukses membuat dada Jaejoong sesak bahkan matanya memanas. Tidak mungkin, selama ini Jaejoong yakin bahwa orangtuanya menyayanginya, bukan membencinya. Jaejoong sendiri tahu bahwa Seok Jae dan Jeonghwa membenci anaknya.
"Dokter Han, boleh tinggalkan aku sendiri? Aku lelah."
"Jaejoong-ie, biar Umma temani." Sela Jeonghwa.
"Aku ingin istirahat Dosen Yoon. Maaf." Jeonghwa hanya terdiam, bahkan kini Jaejoong menarik selimutnya dan membuang pandangan dari Jeonghwa dan Seok Jae, Jaejoong sendiri sudah mengeluarkan air matanya. Jeonghwa bersikeras akan menemani Jaejoong, tetapi Seok Jae mengajaknya keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Withered Lily✔
FanfictionSeperti bunga lily yang menjadi layu, mungkin itu aku. Lambat laun akan mati pula. Yunjae, Yaoi.