84. Jun

3.5K 298 27
                                    

Ini yang paling banyak di request, tapi sejujurnya aku gak tega nulisnya😭😭😭

Kalian harus vote dan comment ya, gak mau tau.

Semuanya bakal dari sudut pandang Jun

Jadi siap siap aja

Biar makin ngefeel, baca dulu partnya Jun 84 di SVT Imagine.

😭😭😭😭

Sadly I should say, happy reading.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

-JUN POV-

Selama aku berkendara menuju kota Busan karena pekerjaan yang menuntutku untuk pergi kesana, entah mengapa hatiku merasa tak tenang.

Mungkin karena aku pergi meninggalkan (y/n) dengan situasi tak mengenakan seperti tadi.

Aku sangat ingin menghubunginya tapi aku takut aku hanya akan memberinya harapan palsu. Aku takut perhatian kecilku dia anggap sebagai sebuah titik terang baginya yang masih mengharapkan cintaku.

Meski aku tak bisa berbohong, bahwa pikiranku kali ini dipenuhi olehnya. Bukan karena aku mulai menyukainya, tapi mungkin lebih karena aku menghawatikannya.

Selama kurang lebih satu tahun menikah dengannya, aku mengetahui beberapa perilaku aneh darinya. Contohnya ketika ia sedang sangat tertekan, ia akan merendam dirinya dalam bath up setelah sebelumnya berusaha menyakiti dirinya sendiri dengan menggores-goreskan silet di area pergelangan tangannya. Dan di dalam lacinya ia memiliki banyak sekali obat tidur dan obat penenang entah untuk apa, karena aku tak pernah menanyakannya.

Ku rasa ia memang mengalami sedikit gangguan pada mentalnya.

"Huh... apa yang harus aku lakukan?" Gumamku bingung

Aku tau (y/n) gadis yang baik, ia hanya sedikit berambisi. Atau mungkin dia terobsesi denganku seperti apa yang ia katakan di pertengkaran kami beberapa saat yang lalu.

Tapi, ambisi dan obsesinya itu benar-benar tak bisa ku kabulkan. Ia terobsesi dengan cintaku yang bahkan sudah dibawa mati oleh Hyebin. Dan sampai kapanpun tak akan ada yang bisa membuatku mencintai gadis lain seperti aku mencintai Hyebinku.

"Kenapa harus aku, (y/n)? Kau bahkan tau aku sangat mencintai Hyebin. Maafkan aku" gumamku lagi.

Sejak menikah dengannya, bayangan Hyebin justru semakin merekat kuat diingatanku. Bahkan aku baru menyadari sumber pertengkaranku tadi hanya karena (y/n) memindahkan amplop berisikan foto Hyebin yang ingin aku buang. Namun sayangnya aku tak bisa membuang semua saksi bisu kebahagiaanku bersama Hyebin itu.









Keesokan harinya saat semua pekerjaanku benar-benar selesai, aku undur diri untuk segera kembali ke Seoul karena firasatku benar-benar tak enak. 

Aku sampai di Seoul pukul empat sore jadi sebelum benar-benar menuju apartement, aku memutuskan untuk membelikan (y/n) makanan hangat. Karena hatiku mengatakan ia tengah sakit.

Dan sesampainya di apartement, aku mendapati seluruh lampu apartement menyala seperti saat aku tinggalkan kemarin.

"(Y/n)?"

Aku memanggilnya karena ku pikir (y/n) sengaja menyalakan lampu apartement di jam seperti ini.

Aku meletakan makanan itu di meja makan sebelum kakiku membawaku ke arah kamar.

Dan betapa terkejutnya aku mendapati (y/n) yang sudah terbaring kaku di atas ranjang sembari memeluk figura pernikahan kami.

Napasku terkecekat saat mendapati bibir gadis itu membiru, dengan segera aku menyentuh tubuhnya yang ternyata sudah sedingin es. Buku-buku jari gadis itu bahkan sudah membiru.

SVT IMAGINE [BONUS] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang