Chapter 2 - Rasa Syukur atas Kehidupan

109 5 0
                                    

Jadi apalagi selanjutnya?


Aku sedang bingung mau ngapain, lalu aku teringat obat sisa yang kumiliki setelah gelombang kehancuran itu. Aku membuat obat dalam jumlah yang banyak untuk jaga-jaga, tapi saat ini mungkin akan lebih baik untuk menjual apa yang gak kubutuhkan.


"Ayo mampir ke toko obat dan kemudian pergi ke toko senjata."


"Tuan Naofumi, hati-hati jangan ceroboh mengenai uangmu. Kalau kamu terus melakukan seperti biasanya, itu cuma akan membuat hidup lebih berat."


"Aku tau."


"Equipment kita saat ini masih bagus. Kenapa harus repot-repot memikirkan hal itu, kan masih belum betul-betul butuh."


"......"


Yah, kurasa dia ada benarnya. Tapi dibandingkan dengan para pahlawan yang lain, equipment yang kami pakai kayak sampah. Aku masih menganggap bahwa mendapatkan equipment yang lebih baik untuk Raphtalia dan kemudian melawan monster yang lebih kuat adalah strategi yang terbaik...


"Selain itu, kita baru saja membeli equipment baru beberapa hari yang lalu. Coba bayangkan apa yang akan dikatakan pemilik toko senjata."


"Yeah..."


Dia benar, pak tua itu memberi banyak bantuan pada kami. Dia memberi kami equipment baru dengan tukar tambah dengan equipment lama kami. Apapun yang mungkin akan kami dapatkan dari dia sekarang, kemungkinan nggak jauh beda dengan yang kami miliki sekarang.


Pemilik toko senjata adalah satu-satunya orang yang membantuku setelah orang-orang bangsat itu memfitnahku—aku menyukai dia. Semua yang kami pakai saat ini, senjata milik Raphtalia dan armorku sendiri, kami membeli dari dia.


Jadi aku ingin terus menghormati dia, dan aku ingin membalas untuk semua yang telah dia lakukan.


"Baiklah. Kita nabung dulu untuk sementara waktu."


"Baik!"


Yang jelas, bukanlah ide buruk untuk membeli equipment baru setelah dompet kami agak gemukan dikit.


"Baiklah, ayo ke toko obat."


Aku masuk kedalam toko, dan saat si pemilik melihatku, dia tersenyum.


"Apa? Apaan itu?"


Pria ini biasanya kelihatan cemberut, yang mana aku menganggap itu sejenis strategi bisnis miliknya. Jadi kenapa dia kelihatan senang? Itu membuatku jengkel.


"Tidak ada. Aku sedang menunggu kau mampir. Menunggu kesempatan untuk bilang terimakasih, kau tau."


"Untuk apa?"


Aku menatap Raphtalia. Kami berdua nggak tau apa yang dia bicarakan.


"Aku punya kerabat di Riyute. Mereka mengatakan bahwa kau menyelamatkan mereka. Mereka memintaku untuk membantumu kalau aku bertemu denganmu."


"Hmm... Begitukah."


Gelombang kehancuran terjadi di dekat kota bernama Riyute, dimana aku memusatkan operasiku saat itu. Ditengah-tengah kekacauan, aku mencurahkan energiku untuk upaya evakuasi, dan kota itu berakhir cukup baik karena hal itu. Saat gelombang berakhir, para penduduk Riyute berkumpul dan mengucapkan terimakasih padaku. Sepertinya kerabat pria ini ada diantara mereka.


"Jadi sebagai ucapan terima kasih aku ingin..."


Si pemilik mengeluarkan sebuah buku dari rak buku yang ada dibelakang dia.


"Apa itu?"


"Kau menjual padaku beberapa ramuan tingkat rendah sebelumnya, yang mana membuatku yakin bahwa cuma itu resep yang kau ketahui. Buku ini memiliki resep-resep yang lebih baik untuk ramuan tingkat menengah. Kurasa kau mungkin sudah siap untuk menerimanya."

Tate no Yuusha no Nariagari Vol 2 Bahasa IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang