Chapter 12 - Rumor dari para Pahlawan

36 4 0
                                    

"Huh?"


Kami dalam perjalanan ke desa selanjutnya dan berjalan sekitar satu jam, yang mana aku memgerjakan sesuatu di belakang saat aku menyadari suara aneh.


Berasal dari sisi lain dinding kereta, terdengar suara seseorang yang nafasnya tersenggal-senggal. Aku mengeluarkan kepalaku dan melihat seorang pria berlari disamping kami, ada sebuah tas di tangannya.


"Kenapa kau lari tergesa-gesa begitu?"


Aku menyadari bahwa menunjukkan keingintahuan di saat-saat seperti ini bisa dengan mudah mengarah pada penjualan.


Kami memperlambat kereta agar aku bisa mendengar apa yang dikatakan pria itu.


"Aku harus ke desa di balik gunung itu..."


"Kau mau pergi ke desa yang ada dibalik gunung itu?"


Sepertinya orangtuanya sakit dan dia pergi untuk mendapatkan obat untuk mereka. Filo telah menyusul dia di jalan.


"Ya, dan nggak ada waktu untuk dibuang-buang!"


"Filo, kalau kau berlari secepat yang kau bisa, butuh berapa lama untuk sampai disana?"


"Coba kupikirkan.... Yah, aku bisa lari lebih cepat kalau aku nggak harus menarik keretanya..."


"Baiklah."


Aku menatap Raphtalia, dan dia segera mengangguk, sudah memahami apa yang dimaksudkan.


"Kami akan membawamu kesana dengan bayaran 1 silver."


"Apa?"


Pria itu terkejut.


"Tapi aku barusaja membeli obat... Lihat, aku nggak punya uang yang cukup..."


"Kau bisa memberi kami sesuatu yang senilai dengan 1 silver. Atau beri kami herbal obat kalau ketemu kami lagi. Tentu saja, kau harus menepati janjimu...."


"Oh, yah, kalau begitu nggak masalah..."


"Bagus! Sudah diputuskan! Filo?"


"Oke!"


Aku naik ke punggung Filo, dan menarik pria itu untuk duduk bersamaku.


"Woah!"


Pria itu terkejut, tapi Filo menutupi dia dengan sayapnya dan berangkat dengan kecepatan penuh.


Raphtalia melambaikan tangannya pada kami dari kereta.


"Berangkat!"


"Oh!"


Filo mungkin sekarang berbentuk seperti seekor burung hantu, tapi hal itu nggak memperlambat kecepatannya.


Sebelum kami menyadarinya, kami sudah sampai di rumah pria itu.


"Cepat sekali!"


"Lebih baik kau segera memberi mereka obat. Berhati-hatilah sekarang!"


"Baik!"


Pria itu masuk kedalam rumah, dan aku mengikuti dia dibelakangnya. Kami belum selesai membicarakan soal bayaranku.


Itu adalah sebuah rumah milik petani seperti pada umumnya. Aku bisa mendengar batuk yang keras dari dalam.


"Ma... Ini obatnya, minumlah."


Aku mengikuti suara itu, dan melihat pria muda itu memberikan obat pasa dua orang uang lebih tua dengan wajah yang pucat.


Aku nggak tau obat macam apa itu, tapi kayaknya lebih efektif daripada obat yang ku buat.


"Biar aku yang urus obatnya. Kau rebuslah air dan buatlah sesuatu yang enak."

Tate no Yuusha no Nariagari Vol 2 Bahasa IndonesiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang