“Luka, lihatlah aku yang kembali datang.
Bukan sebagai si penakut yang terjerembab
dalam dunia kesunyian, tapi sebagai aku.
Aku adalah aku.”
..
.
Fumi melemaskan ototnya yang kaku akibat duduk berlama-lama di kursi penonton panggung musikal.
“Bagaimana? Tidak buruk, 'kan?”
Fumi memutar bola matanya. Diikuti seulas senyum yang terpatri di bibir ranumnya, Fumi mengangguk.
“Tidak buruk, dan sangat bagus. Menontonnya membuatku ingin turun langsung ke panggung.”
Eunwoo tersenyum puas. Akhirnya membawa Fumi yang dulu kembali ke dunia nyata berhasil dilakukannya. Meski harus menempuh waktu yang lama dan rintangan yang luar biasa berliku, Eunwoo bahagia.
“Kamu bisa melakukannya jika ingin.”
“Eh?”
Fumi menatap bingung wajah Eunwoo yang tak henti-hentinya menebar senyum, “Maksud Kakak?”
“Melakukan musikal. Aku bisa membantumu mewujudkannya.”
Raut wajah Fumi yang semula ceria dengan cepat berubah datar. Pandangannya melayang, entah seperti hilang pergi kemana.
“Kembali menyentuh piano saja sangat sudah cukup untukku, Kak. Kalau aku meminta lebih dari itu, bisa-bisa aku nanti dikutuk karena tidak tahu malu.”
Eunwoo ikut bersedih mendengarkan kalimat Fumi. Begitu takutnya kah Fumi pada dunia yang pernah memenjarakannya?
“Hei Eunwoo!”
Ditengah suasana yang tengah hanyut itu, Eunwoo memalingkan muka ke arah sumber suara. Mendapati seorang laki-laki bertubuh tinggi besar dengan baju yang mencolok serta make up yang berlebihan, Eunwoo mengangkat satu tangannya; melambai.
“Kulihat kau menggandeng seorang wanita sekarang?”
Eunwoo terkekeh mendapati ujaran sang lawan bicara.
“Ini Fumi, yang pernah kuceritakan itu.”
Fumi melongo bingung pada kalimat pengantar Eunwoo. Menceritakan Fumi? Tentang apa?
“Dan Fumi, ini Kak Kenta. Seharusnya sih kau sudah kenal dia dari kursi penonton tadi.”
Kursi penonton?
Fumi menatap lamat laki-laki yang disebut sebagai Kenta oleh Eunwoo. Tubuh yang tinggi besar, pakaian yang berkilau dan mencolok, make up yang tidak biasa untuk seorang laki-laki seumurannya, dan Fumi mengenalnya dari kursi penonton.
“Oh! Kau ¹Gwynplaine kan!” ujar Fumi menebak dengan semangat. Kendati begitu, reaksi Fumi yang tak terduga membuat kedua laki-laki yang kini berada di depannya terbahak-bahak akibat tingkah Fumi.
“Sepertinya sulit ya mengenaliku? Padahal semua wardrobe belum ada yang kulepas loh.”
Fumi menggaruk belakang kepala yang tidak gatal. Malu dibalas seperti itu.
“Dia satu sekolah denganku dan Kak Geonhee dulu.” Fumi langsung ber-Oh ria begitu mengetahui fakta tersebut. Pantas saja suara Kak Eunwoo waktu pesta pernikatan Tante Rua tidak buruk. Sepertinya mereka bergabung dalam tim seni suara. “Dan Fumi adalah keponakan Kak Rua.”
“Kau ingat ketika aku bernyanyi di pernikahan mereka?” Kenta mengangguk pelan menanggapi pertanyaan Eunwoo, “Dia yang mengiringiku. Gadis cantik yang dulu kau incar itu, sekarang dia ada di depanmu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
STACCATTO
Teen FictionKesunyian merenggut paksa dunia Fumi yang semula penuh akan melodi. Mengurungnya seorang diri dalam jurang keputusasaan, sampai tiba saat patahan nada menariknya sedikit demi sedikit ke atas permukaan. Menuntun Fumi kembali pada eksistensi dirinya y...