[2]

45 7 0
                                    


Happy Reading!!

❄❄❄

Seseorang tengah berjalan menuju tempat parkiran. Dengan sikap andalannya, berjalan menatap kedepan tak lupa kedua tangannya dimasukan ke saku celana, berjalan melewati koridor sekolah. Tak heran, jika adik kelas selalu diam tak berkutik saat melihatnya. Mungkin tatapan itu, yang membuat mereka diam seketika dan pastinya gelar yang disandangnya.

Ia pun mengenakan helm yang sudah menutup wajahnya dan menaiki motor merah kesayangannya. Dengan gaya sok anak milenial, ia mengendarai dengan santai namun bisa dibilang sedikit ngebut bagi orang yang ia lewati. Melewati gerombolan anak-anak se-sekolahnya.

"Itu siapa sih? Gayanya sok banget. Maen nylonong aja tanpa permisi, klakson kek. Iya gue tau motornya motor mahal. Tapi ya seenggaknya dia nunjukin sikap sopan dikit dong." celetuk siswa yang ia lewati.

"Lo gak tau?" jawab teman sebelahnya.

"Dia emang terkenal dingin banget. Jadi, maklumin ajalah kalo dia kaya gitu." lanjutnya.

"Gak punya tatakrama ya dia?!"

"Udah. Biarin aja."

Dan masih banyak lagi tanggapan siswa lain tentang sikapnya. Cukup jauh memang untuk jarak sekolah dan rumahnya. Entah mengapa ia justru memilih sekolah yang jauh. Memang kata orang-orang anak jaman sekarang memang lebih suka yang berbau-bau ribet.

Sampai dirumah, ia segera meletakkan motornya di garasi rumah. Nampak dua mobil terparkir disana, putih dan hitam. Seperti biasa, ia masuk tanpa permisi ataupun salam.

"Eh, Aden. Udah pulang." ucap seorang wanita paruh baya yang hanya mengenakan pakaian daster.

"Mama mana?" tanyanya. Tanpa membalas sedikitpun pertanyaan tadi.

"Dikamar, Den." jawab wanita itu.

"Papa?"

"Di ruang kerjanya. Aden mau bibi buatin apa?"

"Gausah, Bi. Aku langsung ke kamar aja. Capek." katanya lalu berjalan menaiki anak tangga menuju kamar.

***

Ia langsung membantingkan tubuhnya tempat tidur. Rasa lelah selama sekolah tadi sangat terasa sepenuhnya saat ia membantingkan tubuhnya, tanpa melepas aksesoris sekolah yang masih menempel di tubuhnya.

Ia hanya membaringkan badan tanpa menutup matanya sedikitpun. Menatap langit-langit kamarnya yang bernuansa putih. Dengan perpaduan light grey pada dinding yang terkesan elegan. Tak lupa dengan berbagai foto-foto dirinya yang menempel di dinding dan beberapa barang-barang pribadi miliknya.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan menampakkan sesosok wanita dengan pakaian yang mungkin sedikit tidak cocok dengan usianya. Celana jeans panjang yang sedikit ketat dan baju lengan panjang yang sedikit dilipat ujung lengannya. Tak lupa jilbab yang kedua ujungnya ditali dileher. Terkesan ibu jaman now sekali.

"Udah pulang?" tanyanya, lebih tepatnya basa-basi.

Wanita itu berjalan mendekati putra semata wayangnya yang tidur terlentang di tempat tidur. Ia pun segera membenahi posisi tidurnya, duduk mendekati sesosok wanita yang sudah melahirkannya itu.

"Udah. Ma."

"Mama sama Papa mau pergi ke luar kota bentar lagi. Ya, mungkin tiga sampai empat hari. Ada sedikit masalah sama salah satu cabang yang ada disana. Kamu gapapa kan, Mama sama Papa tinggal? Bi Asih bakal nemenin kamu di rumah kok." Jelas Mareta.

"Iya, ma. Gapapa. Mama sama papa hati-hati ya disana. Tenang aja, aku disini bakal baik-baik aja kok sama Bi Asih." seulas senyum terpancar dari wajah putranya. Walaupun wajah lesunya masih terlihat disana.

My Shield Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang