[4]

34 5 0
                                    

Happy Reading!!

❄❄❄

Sesuai dengan pengumuman kemarin, sesampainya di sekolah aku segera menuju ruang OSIS. Kulihat sudah ada beberapa orang disana tapi si ketos itu belum datang, cih.

Eh, kenapa aku membahas dia? Kurang kerjaan.

"Pagi, Der!" sapa Farah. Anak OSIS juga, dia sekarang duduk di kelas D. Ya, apa yang kalian pikirkan sekarang, benar.

"Pagi, Far." balasku lalu duduk disampingnya.

"Der, kelas elo udah ngerjain PR IPA belom?"

"Hm. Udah kemaren." jawabku, sedikit bingung.

"Gue liat dong! Kelas gue semua belom pada ngerjain. Katanya pada gak bisa." pintanya, tak ketinggalan ia menunjukkan puppy eyes-nya.

"Hem?" aku pura-pura tidak paham.

"Please dong. Elo kan baik hati dan tidak pelit."

"Haha. Iya-iya. Bentar." ku buka rensleting tasku, lalu ku ambil buku tulisku.

"Nih. Istirahat pertama nanti balikin ke gue ya. Ntar ada jadwal Pak Karno soalnya." lanjutku.

"Yeay. Makasih, Dera." ku lihat ia nampak kegirangan.

"Iya sama-sama. Jangan lupa ntar!" ingatku lagi.

"Siap."

Beberapa menit kemudian muncullah David dan si ketos Cs dari balik pintu. Semua yang ada disana segera duduk di kursi yang sudah disediakan kecuali si ketos dan David yang berdiri di depan.

"Oke. Makasih kalian udah mau nyempetin waktu buat ikut rapat kali ini." kata si ketos.

Kalo bukan karena tugas gue, males banget ikut rapat beginian, tak luput aku memutar bola malasku.

"Langsung aja. Buat rapat kali ini kita bakal bahas panitia-panitianya sama kelengkapan buat acara minggu depan. Disini udah gue atur panitianya yaitu ketua panitia gue, wakilnya David.(Bla bla bla)."

Tak ingin berlama-lama mendengar suaranya, akupun mengalihkan pendengaranku ke suara yang lebih enak didengar. Ku dengar samar-samar namaku disebut di panitia kelas bawah, maksutku panitia tidak terlalu penting.

Oh, sebegitu besarkah ia merendahkanku? Ku dengar tadi Tiwi dimasukan dalam panitia penting. Padahal jabatan kami hampir sama tapi perlakuan kami beda. Oh tuhan, ternyata dia lebih dari apa yang aku kira. Kurasakan rasa tak sukaku dan benci terhadapnya semakin membara sekarang.

❄❄❄

"Deraa, noh dicari atasan elo lagi!!" teriak Aldo dari ambang pintu kelas. Sukses membuat seluruh manusia di kelas itu menengok ke sumber suara. Bahkan manusia luar kelas pun juga sama.

"Apaansi, Do? Bisa gak gausah teriak-teriak? Gue gak budeg, Dodol. Serasa gendang telinga gue udah mau pecah nih." kataku seraya menunjuk telingaku.

"Hehe. Iyaa. Sory, sory."

"Hm. Ada apaan?"

"Biasaa. Gue gak tau." tersenyum kilat lalu pergi entah kemana.

Aku hanya dapat mendengus kesal. Bagaimana tidak, setiap kali ia memanggilku pasti aku akan keluar kelas membawa oleh-oleh darinya, tugas. Makanan pun enak, lah ini tugas. Ya tuhan.

Sekarang aku berani bertaruh, kalau sampai dia tidak memberiku oleh-oleh tugas, aku akan merawat kucing bunting nan galak milik Sarah selama satu bulan, bahkan sampai dia melahirkan. Karena kata orang-orang jika kucing sedang bunting, ia akan menjadi lebih sensitif dan galak dari biasanya. Aku janji!

My Shield Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang