16

8.6K 677 105
                                    


Yang tertinggal hanyalah kau dan aku

Dalam senyum dan tatapan mata rindu

Bersenandung teriring debaran merdu

Melangkah maju dalam langkah-langkah terpadu.

Kau dan aku adalah sepotong cinta yang tiba tanpa rencana

Membawa harapan baru yang penuh dengan doa

[Menghitung Hujan]
[16]

Semua mata langsung memandang ke arah Haechan, membuat Haechan merasa canggung luar biasa. Jaemin sendiri tampak tenang, pemuda itu tersenyum dan menghampiri Haechan, "Ayo Chan, aku kenalkan kepada mama dan papa Mark." Gumamnya cepat, meraih tangan Haechan hingga Haechan terlepas dari Renjun yang masih terduduk shock.

Haechan tersendat-sendat mengikuti langkah Jaemin yang menarik lengannya.

"Mama, papa, ini Haechan. Mama dan papa pasti sudah mendengar namanya dari Mark." Jaemin tersenyum ceria, kemudian menepuk bahu Haechan, "Ayo, masuklah ke sana, dokter pasti akan mengizinkan kita menambah satu orang untuk membesuk Mark, apalagi kalau mengetahui itu akan memberikan efek yang bagus bagi kesembuhan Mark."

Semua orang masih terpaku bisu dalam suasana yang canggung, kecuali Jaemin yang memasang wajah ceria, seperti tidak ada hal yang aneh di balik suasana ini. Papa Mark yang kemudian tersadar dan berusaha memecah suasana canggung itu.

"Saya papanya Mark." Gumamnya mengulurkan tangan yang segera di sambut Haechan dengan gugup. "Saya tahu Haechan pasti sangat ingin menengok Mark, iya kan ma?"

Mama Mark yang masih menelusuri seluruh penampilan Haechan dengan tatapan mata menyelidik tampak kaget karena namanya disebut. Dia kemudian menganggukkan kepalanya meskipun tampak tidak rela.

"Silahkan, Mark pasti sangat ingin bertemu denganmu, Haechan."

Dengan Izin dari mama Mark-pun, Haechan masih ragu-ragu, dia benar-benar kebingungan akan keadaan yang tidak diduga-duganya ini. Tetapi kemudian Jaemin mendorongnya dan terkekeh ceria, "Ayo, masuklah ke dalam sana." Gumamnya setengah mendorong Haechan, membuat Haechan mau tak mau melangkah masuk ke dalam ruangan tempat Mark terbaring.

Begitu Haechan masuk dan menghilang di balik pintu, mama Mark langsung menyambar Jaemin dengan pertanyaan, "Kenapa kau lakukan itu Jaemin?” tanyanya tajam.

Jaemin menatap lembut ke arah mama Mark, "Itu yang seharusnya dilakukan, mama. Kita tidak boleh memisahkan dua pasangan yang saling mencintai."

"Tetapi Jaemin... bagaimana denganmu?Kau..."

"Jaemin tidak apa-apa, mama. Jaemin sudah sampai di suatu titik untuk menyadari bahwa Mark mungkin memang bukan jodoh Jaemin, banyak sekali kejadian sebelum ini yang menunjukkan kepada Jaemin akan kenyataan itu." sekilas Jaemin melirik ke arah Jeno yang segera tahu apa maksudnya.

Semua kejadian sebelumnya.... kenyataan bahwa Jaemin adalah anak angkat, kenyataan bahwa Jaemin mempunyai kakak lelaki yang ternyata adalah Lucas.

Jaemin meremas jemari mama Mark, "Jaemin sudah merelakan Mark, mama. Tetapi mama tidak usah kuatir, hal ini tidak akan merenggangkan sayang Jaemin kepada mama, Jaemin akan selalu menjadi anak mama."

Air mata bergulir dari mata mama Mark, laki-laki setengah baya yang masih cantik itu menangis, lalu memeluk Jaemin erat-erat.

[•]

Jeno menggenggam jemari tangan Jaemin erat-erat dalam perjalanan mereka pulang dari rumah sakit, mereka sudah berada di tempat parkir. Dengan sopan Jeno membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Jaemin masuk, dia kemudian duduk di balik kemudi.

Menghitung Hujan (Markhyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang