10

4K 646 159
                                    


Mendung itu yang mengeruhkan hati, tak cukup gelap

Hati masih sendu, dan pertanyaan itu masih kelam

Tak bisa dekat dengan sempurna, tetapi bisa dekat dengan hatimu

Sesederhana itu mimpiku tentangmu
dan kalaupun itu tidaklah mungkin

Akan kutunggu sampai hari berakhir

Atau sampai kita lahir lagi di waktu lain

Saat mimpi yang tak mungkin, menjadi
mungkin

[ M e n g h i t u n g  H u j a n ]
[10]

"Tentang Mark dan Jaemin?" Haechan mengernyitkan keningnya. Siapa itu Jaemin? Haechan berusaha mengorek-korek ingatannya tetapi dia tetap tidak menemukan ingatannya tentang seseorang bernama Jaemin.

Jeno menjawab dengan cepat, "Jaemin, yang kemarin kita bertemu di depan Cascade."

Haechan mengedipkan matanya, "Jaemin.. maksudmu Nana?"

Jeno langsung sadar kalau Jaemin memperkenalkan dirinya sebagai Nana kepada Haechan, "Ya, maksudku Nana."

"Kalau begitu, Mark dan Jaemin.... apakah maksudmu Mark mengenal Nana?" Haechan mengernyitkan keningnya. Kalau begitu kenapa kemarin Jaemin dan Mark bersikap tidak saling kenal? bahkan sepanjang ingatan Haechan, mereka bukan hanya tidak saling menatap, tetapi juga tidak saling menyapa. Sampai kemudian setelah mereka pergipun, Mark sama sekali tidak mengindikasikan bahwa dia mengenal Jaemin.

Haechan mengalihkan pandangannya dan menatap Jeno dengan bingung. Lelaki ini tidak dikenalnya, datang menemuinya ingin menjelaskan tentang Mark dan Jaemin, dari kesimpulan cepat Haechan, mungkinkah lelaki ini adalah kekasih Jaemin?

"Ceritanya sedikit kompleks dan panjang, bisa aku minta waktu, Haechan? mungkin kita bisa duduk di suatu tempat?"

Haechan menatap Jeno, penampilan lelaki ini tampaknya tidak mencurigakan, tetapi bagaimanapun juga Haechan tidak kenal dengan Jeno, apalagi penjahat-penjahat sekarang malahan kebanyakan berpenampilan meyakinkan agar tidak dicurigai.

"Haechan?" teguran Jeno itu mengagetkan Haechan dari lamunan liarnya, membuat pipinya memerah malu ketika menyadari bahwa dia melamun di depan Jeno.

Dengan cepat, Haechan mengambil keputusan paling aman. "Kita bisa berbicara sambil duduk di kantin kampus."

[•]

Kantin kampus sebenarnya bukan tempat yang tepat untuk melakukan pembicaraan serius karena suasananya biasanya ramai. Tetapi untunglah, karena menjelang jam pulang kampus, suasana kantin agak sedikit lenggang. Hanya ada beberapa mahasiswa yang duduk mengobrol dengan tenang di berbagai sudut. Dan tempat ini merupakan tempat ideal bagi Haechan karena tempat umum yang banyak orang merupakan tempat yang paling aman ketika berbicara dengan orang yang baru dikenalnya ini.

Mereka memilih duduk di sebuah sudut yang nyaman, cukup ada privasi untuk bercakap-cakap tapi tetap bisa dilihat dan melihat orang banyak.

Pelayan menawarkan menu dan Jeno memesan minuman jeruk sementara Haechan memesan kopi kesukaannya. Jeno mengangkat alis melihat pesanan Haechan, "Kopi siang-siang?" tanyanya penuh arti
sambil tersenyum.

Haechan membalas senyuman Jeno. "Aku belum minum kopi hari ini. Biasanya sehari satu mug."

Jeno terkekeh mendengarnya. Dia menatap Haechan dan menyadari bahwa pemuda di depannya ini adalah pemuda yang menyenangkan. Seandainya tidak ada konflik yang melibatkan Jaemin yang sangat disayanginya, mungkin mereka bisa berteman.

Menghitung Hujan (Markhyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang