Jingga tengah bersenandung ria, tujuan pemuda itu singgah di Dwisraga. Kelas Sajakyata. Katanya sih, mau ngamen, seperti biasa.
"Sajak, buruan. Adek kelas udah pada lalu lalang. Ayo, keburu pada ilang," ucapnya heboh sembari mengunci opini.
Pemuda milik Jakarta itu menggelengkan sirah, ada saja kelakuan pemuda pembenci senja ini ya? Jingga kalau sudah seperti ini, tandanya arta bulanannya sudah habis entah kemana. Tak enak hati kalau harus meminta ke orang tua.
"Yakin? Kalau kali ini ketauan Kepala Sekolah gimana?"
"Kan kita ngamen, bukan malak kaya si Naren. Aman lah," jawabnya sembari menggandeng mesra gitar akustik miliknya.
Sajakyata terangguk dibuatnya. Keduanya menyeret langkah mencari tempat diplomatis Tritamapa. Pada akhirnya, pinggir Tripadru yang jadi sortirannya.
"Gue main gitar lo yang nyanyi. Biar siswi-siswi banyak mengasihi," ucap Sajakyata sembari bersiap. Sedangkan Jingga terangguk mantap.
[ please play ; dengar sampai selesai.
cantik—aldhi rahman cover]Kata berbalut irama itu seakan menghipnotis telinga. Jingga dan Sajakyata benar sukses menggiring pemudi Tritamapa, membuat mereka menjerit entah mengapa.
Belum lagi Arjuna yang datang bergabung di bagian akhirnya. Ah, ini memang hari keberuntungan mereka.
"Ada Klausa tuh bro. Caper dulu boleh lah," ucap Arjuna sembari menyenggol lengan Sajakyata setelah lagu habis dibuat mereka.
Seulas senyum muncul menghias rupa. Diberikannya gitar akustik pada Jingga dengan seenaknya.
"Gue yang nyanyi, lo yang main. Mau caper dulu sama mantan gue."
"Mau nyanyi lagu apa lo?"
"Bicara."
[ please play ; dengar sampai selesai.
bicara — the overthunes ft monita]Jingga dan Arjuna terangguk. Selanjutnya deru nada milik Sajakyata kian menambah ricuh seisi Tritamapa. Hanya saja, Klausa mengalpa. Pemudi itu, tampak biasa saja. Tapi tak tahu kalau hatinya. Masih di tempatnya, atau sudah mencelos ke Palung Mariana.
"BUAT MANTAN TERCINTA, MAAF, SAYA MASIH BELUM MELUPA."
Kalau ini sudah pasti, akan terlukis rona merah di pipi.
"Lo yang bawa kamera!"
Pemudi bersurai bak samudera itu mencari suara. "Lo manggil gue?" tanyanya sembari menunjuk diri sendiri.
"Ya iya lah. Lo ketua ekstra Trietsa 'kan?" pemuda itu kian mendekati. Sang pemudi malah berniat menghindari. Tapi sebelumnya, sirah terangguk pasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEWU FRASA (TERBIT)
Ficção Adolescente⚝ pls 。 / OO ❝ persahabatan itu, bukan sekedar pembaitan. maknanya memang sesempit rakit di lautan. tapi kalau untuk sekedar diucapkan dengan lisan, ...