"Temannya Sajakyata 'kan?" Heru yang tengah asik duduk termangu di kursi bambu itu kian diam membisu.
Pemudi di hadapannya, memang rupanya tak begitu asing kata netra. Habisnya, kadang Heru jua bersua dengannya ketika menunggu Sajakyata.
Dirasa pemuda itu tak membalas tanya, pemudi itu langsung meneriaki asma Sajakyata. Hanya saja naas, piguranya langsung tersumbat oleh hasta sang pemuda. Lalu dengan sengaja, menyeret raganya menjauh dari jangkauan Sajakyata yang tengah mencari dirinya.
"Lo apa-apaan sih!" omelnya setelah Heru menyingkirkan lima jemari dari piguranya.
"Ya habisnya, lo ngapain teriak-teriak? Gue nggak cari Sajak. Cuma lagi lihat-lihat."
"Tumben," gumamnya.
Ya habis bagaimana? Saptapana sudah terlanjur dikenal satu semesta Tritamapa. Mereka tak pernah alpa untuk selalu bersama. Wajar saja kalau pemudi itu salah mengira.
"Ekhm, gue belum tau nama lo," sebuah pernyataan dari Heru terlontarkan. Sebenarnya, ini lebih mirip sebuah pertanyaan.
Lantas pemudi itu menyingit, sedikit memandang sengit dan netranya kian menyipit. "Tapi gue udah tau nama lo," jawabnya.
Heru berdecak. "Ck, nggak peka banget. Gue ngajak kenalan anjir."
Pemudi itu membentuk pigura aksara ke lima belas sembari menganggukan sirah selaras. "Ngomong dong. Tapi, buat apa kenalan?"
"Ya buat dijadikan teman lah. Masa mau dijadikan pacar, emange kowen gelem yen arep dadikna tarok?" ucapnya kesal diringi logat asal tegal.
"Hah? Lo ngomong apa tadi?"
"Nggak ngomong apa-apa. Buruan njir, tinggal nyebutin nama aja apa susahnya."
"Kok maksa? Lagian mana ada orang ngajak kenalan kaya gitu."
Baru saja Heru kembali ingin membuka pigura. Netranya berpapasan dengan Sajakyata yang tengah clingak-clinguk mencarinya.
"Gue duluan. Nanti, kenalannya kapan-kapan." Setelah berkata demikian, pemuda itu segera meninggalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEWU FRASA (TERBIT)
Novela Juvenil⚝ pls 。 / OO ❝ persahabatan itu, bukan sekedar pembaitan. maknanya memang sesempit rakit di lautan. tapi kalau untuk sekedar diucapkan dengan lisan, ...