Episode 1

50 1 0
                                    

Bandar Lampung,16 Agustus 2014

Aku bersiap menuju tempat pertemuan antar mahasiswa fakultas komunikasi. Tepatnya di taman hijau lapangan GSG. Pertemuan pertama, setidaknya aku membuat first impression yang baik untuk sebuah babak baru. Pukul delapan pagi, aku sudah siap siap. Mengenakan baju yang seadanya, kaus berkerah putih dan celana jeans. Matahari ditemani dengan awan awan putih, gagah memberi tantangan kepada setiap manusia. Kuyakin bagi pohon dan dedaunan itu adalah hari yang cukup baik bagi mereka. Burung burung melompat dari atap kosanku ke pohon jambu disalah satu ujung kosanku.
Mengenakan sepatu, berjalan menuju arah kaki ini dituju. Jujur, ini pertama kalinya aku ke Lampung, setidaknya kedua kalinya setelah aku tes di universitas ini. Di pinggir jalan penuh dengan mahasiswa dan mahasiswi yang sibuk dengan langkah kakinya. Motor dan mobil berseliweran tak memandang pejalan kaki. Ah, menyebalkan, tidak menghargai pejalan kaki. Beberapa mahasiswa sempat aku tanyakan tentang GSG, mereka memberikan arah ke tempat itu. Ternyata cukup jauh, lima ratus meter dari tempat aku bertanya kepada mahasiswa yang sepertinya rajin dan membawa setumpuk file ditangannya.
Datang ke tempat yang belom pernah aku tuju secara otomatis membuatku tidak tahu menahu kebiasaan disini, bagaimana adat istiadat, atau sekedar gaya hidup disini. Pertemuan yang perdana yang diadakan kakak tingkat di fakultas komunikasi itu bertujuan untuk saling mengenal teman teman satu fakultas. Bagi seorang mantan siswa, hal ini menjadi sebuah kehormatan tersendiri sebelum menginjak dengan sebenar benarnya di bangku kuliah. Langkah demi langkah aku tempuh, chat di grup line sudah hampir berbunyi setiap tiga detik sekali. Beberapa meminta hadir, beberapa lagi bilang kalau perkumpulan sudah dimulai. Dua tiga menit kemudian, akhirnya aku sampai di tempat perkumpulan. Sudah banyak yang berkumpul rupanya, sekitar tujuh puluhan orang lebih. Aku duduk diatas rerumputan bersama yang lain. Menengok kanan kiri, berharap ada satu dua orang yang aku kenal. Dan ternyata tidak ada. Kakak tingkat berdiri di depan menjelaskan tentang kegiatan OSPEK yang akan diadakan esok hari. Rambutnya gondrong, seperti senior senior kuliah pada umumnya. Aku yang duduk di belakang hanya mendengar, menurutku tidak ada yang berubah peraturan dengan peraturan OSPEK yang telah aku baca dari buku panduan yang aku terima saat mengambil jas almamater.
Hari semakin siang, perbincangan masih tidak berhenti, ada yang menambahkan, ada juga yang hanya menambahkan, ada juga yang mencari kenalan mahasiswi baru. Kakak tingkat yang sedang berburu mangsa, menyebalkan.
Perkumpulan selesai diakhiri dengan pemilihan ketua angkatan, dan perkenalan bebas. Aku memperkenalkan diri, begitu juga dengan yang lain, bersalam dengan yang satu dan yang lainnya. Dan mungkin menurutku, disinilah takdir kami bertemu. Aku bertemu dengan Ras. Tak peduli dengan kata sok asik, aku menghampiri seorang laki laki dengan jaket berlengan putih bersandar di batang pohon. Aku mengulurkan tangan mengajaknya berkenalan.
" Alam…" dari salah satu buku yang aku baca, cara memperkenalkan diri orang sukses berbeda dengan orang biasa saja. Salah satunya biasanya orang sukses akan langsung mengenalkan namanya kepada seseorang yang ingin ia kenal, dan aku mencobanya.
" Ras" dia mengulurkan tangannya padaku.
" Lo dari mana Ras?" Tanyaku, mencoba membuka topik bicara
" Gue dari sini Deket, kalo Lo dari mana?"
" Gue dari Cilegon"
" Ohhh Cilegon, Jawa barat ya?"
" Bukanlah Ras"
" Ohhh bukan, Cilegon itu yang deket Merak" dia tertawa becanda, aku juga menanggapi. Perbincangan ringan terus berjalan sedikit tawa menjadi bumbu perbincangan, satu dua orang bergabung ke arah obrolan kami. Hanya bincang yang manjadi omong kosong. Itu perkenalanku dengan Ras.
Hari terus berganti hari, Minggu terus berganti Minggu. OSPEK terus berjalan, tidak ada kegiatan yang menarik untuk dibahas, hanya sebuah kegiatan formalitas dari kampus untuk memperkenalkan apa yang harus dilakukan sebagai mahasiswa, yang rajin akan menjadi rajin, yang malas akan menjadi lebih malas, atau mungkin juga yang rajin akan menjadi malas.
Perjalanan kuliah berjalan semestinya, Ras berjalan dengan semestinya dan aku pun berjalan dengan semestinya. Seperti awal awal kuliah pada umumnya, ada yang sibuk dan terlalu bersemangat dengan kuliah, ada juga yang sebaliknya. Waktu itu aku tidak terlalu dekat dengan Ras. Sampai sebuah pembicaraan yang menarik itu datang

Hari Ini Adalah Esok Hari Kemarin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang