episode 12

10 0 0
                                    

" Nah kalau masalah dana dan pendapatan itu sudah dijelaskan oleh Ras, kalau modal awal, gue sama Ras udah berkomitmen untuk memulainya dengan modal kita dulu. Kalian tetep bakal dibayar kok, tapi mungkin semester pertama ini tidak terlalu besar, sambil menunggu investor untuk perusahaan start up kita" aku menambahkan setelah Ras menjelaskan tentang pola keuangan dan sumbernya. Dari beberapa menit terakhir hanya aku dan Ras yang berbicara dan menjelaskan. Mereka masih ragu tampaknya, kuyakin salah satu pemikiran mereka adalah keuangan. Memang sedikit sekali yang bekerja kalau tidak memiliki uang, ditambah lagi mereka seharusnya memiliki hak yang lebih tinggi karena pendidikan mereka yang mencapai strata satu. Agus dan Reza hanya terdiam dari awal ekspresi mukanya tidak berubah. Kuyakin mereka akan mendapatkan masalah besar, terutama dalam mengurus keuangan calon perusahaan ini. Ras terkias dari mukanya keraguan. Besaran yang sedikit mengubahnya menjadi sedikit pesimis. Sautan burung menyapa, mengisi kekosongan kami. Andre pun diam. Doni sedikit mengangguk, menelaah apa kiranya yang akan ia pilih. Dan Barkah yang antara menggeleng dan mengangguk beberapa saat. Aku menangkap gestur beberapa detik setelah aku menyeruput teh poci untuk kesekian kalinya. Gula Jawa sudah habis dan terasa hambar. Uap panas teh itu masih tersisa menguap ditengah meja pembicaraan kami.
" Jadi bagaimana tanggapan kalian?" Aku menambahkan.
" Kalau gue sih setuju, gue bosan kerja di hal yang biasa" Doni mengemukakan pendapatnya. Sedikit membuatku bahagia beberapa detik kedepan.
" Gue juga sih" Andre menambah, sambil menatap Doni. Ras tersenyum senang, jantungnya kala itu berdegup lebih kencang menunggu jawaban dari mereka. Mungkin ia merasa bertanggung jawab karena mengundang mereka ke sini dan penuh beban kuyakin.
" Kita ikut suara terbanyak aja" aku dan Ras tertawa jenaka. Ternyata setelah temanku Ari ada juga yang memberiku suaranya pada suara terbanyak.
" Ayo geh kah, masa Lo doang yang enggak nerima?" Ras berbicara setelah mendapatkan empat yes dari teman temannya. Aku terdiam, menurutku seandainya dia menolak, semakin sulit kita untuk mencari teman yang bisa membuat dan mendesain website, ditambah lagi dia teman dekat Ras, setidaknya bisa mengerti apa yang terjadi. Barkah masih berfikir. Agus memainkan jenggotnya yang sudah cukup tebal dan panjang itu.
" Kalo gue, mungkin gue bisa nyoba dulu, yang penting gue nyaman" Barkah berbicara setalah lima detik kemudian. Aku dan Ras bersorak, tim sudah ada sekarang saatnya bergerak.
" Nah setelah ada tim, tugas kita buat satu minggu kedepannya adalah membuat proposal, jadi gue harap, ditempat ini proposal sudah bisa kita naikkan ke arah investor dan untuk sementara keuangan berasal dari gue dan Ras dulu" Kami bersorak ramai. Ternyata mengenalkan satu persatu dan memperkenalkan diri sulit. Khususnya masalah keuangan. Tiada yang mengerti bagaimana kondisi kami sebenarnya. Aku menatap Ras, seakan berkata semangat.
" Baiklah Don, ntar Lo catet apa aja kerja kita sebagai perusahaan start up dan apa manfaat dari perusahaan yang kita bangun ini, serta kemungkinan nilai keuntungan dalam nominal uang beberapa tahun kedepannya" ia mengangguk paham
" Sama jelasin bagaimana sumber keuangan dan kearah mana saja keuangan itu dialirkan, kalau bisa jelaskan di proposal pola penilaian yang transparansi dari pihak investor dan pada pekerja"
" Terus buat Barkah, Lo desain apa yang sudah dijelaskan oleh Doni dalam bentuk proposal kreatif, pokoknya desain mendesain kita serahkan ke Lo"
" Siap" ia mengangguk
" Sama kalau bisa kita sudah siapain website, kalau sewaktu waktu investor mau cek akan kesiapan kita di website kita sendiri" Ras menambahkan, sesekali ia terlihat cerdas juga
" Oke oke bisa diatur itu kok Ras" ia berkata santai, aku hanya bisa mempercayainya.
" Terus Andre, Lo isi tuh website dengan penjelasan yang menarik, terus juga bikin jargon yang unik buat perusahaan kita atau semacam timeline penulisan website itu, dan jangan sampai ada yang salah dalam penulisan" Andre mengangguk, aku sesekali melihat catatan yang sudah aku siapkan sebelum berangkat ke sini, rupanya banyak sekali hal yang harus disiapkan. Aku pun mencari tugas tugas berat lainnya yang bisa aku bagikan itu
" Terus yang terakhir, Reza sama Agus, karena kalian lulusan fakultas ekonomi bisnis, jadi gue serakah sistem keuangan serta pembagian untung rugi di perusahaan ini, termasuk nantinya bakal dimasukkan ke dalam proposal itu" mereka mengiyakan hampir bersamaan. Pembagian tugas selesai.
" Konten proposalnya apa aja?" Tanya Doni.
" Nanti saya kirim kok contoh proposalnya biar kontennya pun tidak terlalu jauh"
" Baik oke oke"
" Oh iya, gue pengen nanya nama Lo siapa ya?" Tanya Barkah padaku tiba tiba merubah suasana.
" Emang gue belum memperkenalkan diri ya?"
" Belom lah" haduh, aku sudah mengobrol jauh sekali dengan mereka, ternyata aku lupa mengenalkan nama. Aku malu, ah sudahlah.
" Oke oke, gue Alam" aku menyebut nama. Mereka masih tertawa. Setidaknya satu persatu mimpi dan langkahku benar. Dan aku seorang pemimpi, mengejar mimpiku. Memang mimpi berbeda dengan realita, tapi tugas manusia itulah yang membuat mimpi menjadi realitas. Manusia dikaruniai hal yang berbeda untuk berusaha. Semangat pantang menyerah.

Hari Ini Adalah Esok Hari Kemarin.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang