Pentas Pelakor

102 10 13
                                    

Baru masuk mobil. Sekali lagi aku dapat melihat seisi hati di kedua bola mata Erina yang selalu cantik. Pakaian setengah formal, tapi tetap sopan menyatu dengan tubuh semampai menggetarkan hati.

Wangi parfum yang entah apa, terasa begitu lembut berkesan feminin, sedang aku selalu suka caranya tersenyum, memadu semua rasa dalam dada untuk berguncang hebat. Aku tak pernah se-deg-degan ini bersamanya.

Terpana.

"Win? Lo gak papa?" Ucapnya sambil melambaikan tangan di depan wajahku, membuat buyar lamunan.

Hening.

"Lo sakit?" Lanjutnya bertanya.

"Sakit, abis jatoh."

"What? Jatoh ... jatoh gimana?" Wajahnya berubah bingung.

"Jatuh cinta."

Senyum Erina seketika mengembang, punggung tangannya menutup mulut sambil tertawa geli. Ia menatapku sambil menggerakkan kepalanya, isyarat agar aku lekas memacu mobil segera.

***

Kami melewati jalur dekat pantai yang langsung terhubung dengan laut lepas, tampak pulau-pulau kecil di kejauhan, langit membiru dengan awan seputih kapas, pasir bersih di bawah sana akan sanggup memanjakan mata hingga membuat Erina tak hentinya memandang dari balik kaca mobil. Lantas ia menoleh padaku dengan tatapan memelas.

"Mau mampir?" Godaku.

"Mau ...," wajahnya sangat lucu. Seperti anak kecil minta es krim. Tak kusangka gadis berperangai kasar itu kadang juga tampak manis.

Oh, ya. Erina sudah jauh lebih dewasa sekarang.

"Ok ... tapi setelah kejutan ini berakhir."

"Oh iya, pokoknya aku pengen si Roby berengsek dan istrinya itu ... ergh," tangannya meremas kotak tisue dan wajah manisnya mendadak sebal.

***

Setibanya ....

Seisi ruangan telah penuh padat. Aku yang di atas panggung dapat melihat betapa menjengkelkannya sepasang kekasih yang duduk paling depan itu, Roby dan istrinya.

Mata mereka menyipit sambil mendangak, tangannya dilipat di dada, seolah menganggap remeh bahwa pentas ini takkan menarik sama sekali.

Lihat saja, Erina. Untukmu, akan kubalaskan penghinaan di pesta pernikahan itu.

"Terima kasih untuk para tamu undangan yang sudah berhadir. Hari ini, panggung spesial dipersembahkan oleh teman kita yang sedang dalam masa bahagia, Robi dan Anisa," ucapku basa basi.

Tepuk tangan seketika menggema seisi ruang. Roby yang tak tahu malu berdiri dan berbalik menghadap penonton sambil merentangkan tangannya lalu melambai-lambai seolah mengatakan, hey lihatlah, pentas ini persembahan gue.

Kau tidak tahu akan jadi seperti apa ferguso.

"Oke, dan yang tak kalah menarik ...."

Aku dapat dapat melihat alis Erina terangkat dan senyum yang mengembang. Ia juga duduk paling depan, tapi dengan jarak tiga orang dari sepasang kekasih kampret itu.

"Khusus hari ini, kedua pasangan kita yang tengah berbahagia, Roby dan Erina. Katanya akan ikut serta dalam pentas kali ini, tepuk tangan sekali lagi dong ...."

Semua orang berdiri bertepuk tangan, tampak antusias.

"Woow."

"Suuit suuit ....."

"Mantaaap!"

"Bakal seru nih. Yang punya acara langsung naik panggung."

"Emang mereka bisa akting?"

Partner Hati (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang