"Biar kutebak, Erina akan menikah dengan Win?"
"Tepat. Tapi aku takkan melanjutkan cerita ini, aku akan menghentikannya."
"Eh, loh kenapa? Lanjut dong, jangan putus di tengah jalan."
"Cerita ini akan dilanjutkan oleh seseorang, dia lebih pantas merangkai alur cerita yang lebih baik dari aku. Akan kutitipkan kisah selanjutnya padanya."
"Kan kalian kolab, aku tahu siapa dia."
"Mm, kau pandai menebak."
"Ayolah jangan menghindar!"
Aku diam. Seolah semalam ada sejuta badai mengendap dalam ruang, dalam hati. Ada hal yang salah. Hal yang seharusnya tidak kulakukan. Tapi terlanjur, aku sudah pernah mengulang kesalahan yang sama dan sekarang aku tak layak dimaafkan. Sekalipun dimaafkan agar jangan hadir lagi, aku tak bisa menjawab kenapa aku berhenti. Kenapa aku tak lagi menulis cerita ini.
"Kenapa diam?" Dia kembali menatapku dalam.
"Ini hanya cerita, bukan kita. Kelanjutan kisahku adalah kamu, dan biarlah cerita ini memilih sendiri siapa yang lebih layak nenuliskannya, tentu bukan aku."
Hening, senja membiru. Malam kelabu. Awan-awan mengejar bintang dan surya sudah hampir tenggelam, malam akan datang. Kenangan akan terpendam, ayo tidur! Sudah waktunya cerita ini berakhir di tanganku dan kembali ke tangannya. Besok, tinta sudah akan berganti.
Tamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Hati (Selesai)
Short StoryErina yang humoris bersanding dengan Win si muka tembok yang hidupnya tanpa disadari sangat dramatis. Mereka dipertemukan dalam satu ruang hati. Mereka sama-sama pernah terluka akibat cinta yang gagal. Lalu perasaan di antara keduanya kembali muncul...