Chapter VI-The ex-

1.1K 18 5
                                    

Dira POV

Il Sung masih berdiri diam di depan kulkas setelah aku mengucapkan kalimat gila itu. Tapi ini satu-satunya cara aku mengetahui bagaimana rasanya pacaran, mencintai, dan dicintai. Ini pula satu-satunya aku tahu apa yang dirasakan pacar Il Sung. Dan ini pula lah satu-satunya cara aku bisa merasakan ekspresi-ekspresi baru buat ceritaku.

“Kau tidak sedang mabuk kan?” tanyanya. Dia lalu mendekat ke arahku dan memegang keningku.

“Kau sedang tidak demam kan? Atau otakmu membeku karena ini awal musim dingin?” tanyanya lalu menuntunku duduk di sofa.

“Sepertinya yang gila itu kamu,” kataku.

“Hah?” tanyanya sambil meletakkan segelas air putih di hadapanku.

“Tidak biasanya kau bersikap berlebihan,” kataku lalu meneguk air putih yang ia berikan.

“Yang bersikap tidak biasanya itu kamu,” katanya dengan suara meninggi. Dia mengatur nafasnya lalu duduk di sofa di hadapanku. Aku mengernyitkan dahiku.

“Kau menyukaiku?” tanyaku.

“hah?!”

“Kau bersikap berlebihan setelah aku mengatakan hal itu,” kataku. Dia merampas air putih yang ia berikan padaku lalu menenggaknya hingga habis.

“Aku hanya perlu mengetahui rasanya menjadi pacarmu, rasanya punya pacar, rasanya menjadi Eun mi,” kataku. Wajahnya tampak lebih tenang, tapi dari matanya aku bisa merasakan dia sedikit kecewa.

“Seseorang berkata padaku bahwa aku perlu merasakan emosi yang sebenarnya. Mungkin seorang artis perlu merasakan emosi yang sebenarnya agar dia bisa mengeluarkan emosi yang tampak nyata saat berakting. Menurutku, seorang penulis juga perlu merasakan emosi itu agar dia bisa menulis dan membuat pembaca merasakan emosi itu,” kataku saat melihat keningnya berkerut.

Dia menghela nafasnya lalu menatapku dengan tatapan yang tidak biasanya. Dari matanya dia tampak bingung. Mungkin memang salahku aku terlalu memaksanya. Tapi, jika dia menjadi pacarku, dia akan lebih mudah bercerita tentang pacarnya.

“Aku belum mengatakan ini. Tapi ceritamu dan Eunmi akan dijadikan naskah drama,” kataku.

Suasana hening. Sepertinya aku terlalu banyak bicara dan membuatnya diam. Hah, benar juga, aku tetap tidak mungkin merasakan emosi yang nyata kalau hubunganku dan dia benar-benar awkward. Mungkin aku tidak bisa menulis apa-apa tentang cerita ini. Aku menyesal melangkah keluar dari genreku yang biasanya.

“Kau mau kemana?” tanyanya saat aku berdiri.

“Aku mau menulis. Itu pekerjaanku,” kataku lalu beranjak menuju kamar.

“Besok sabtu,” katanya lalu terdiam. Aku pun menghentikan niatku masuk ke kamar dan menoleh melihatnya.

“Hah?”

“Besok sabtu, kau mau nonton di bioskop? Aku dan Eunmi sering melakukan itu,” katanya dan berhasil membuat suasana hening.

“Hah?”

“berhenti berkata ‘hah’. Aku ini mengajakmu kencan. Kau bilang kau ingin menjadi pacarku. Lalu kau bilang kau ingin menjadi Eunmi. Dan sekarang saat aku mengajakmu kencan kau hanya berkata ‘hah’,” katanya lalu mengatur nafasnya. Aku diam dan melihat wajahnya.

“Hahahahahahaha,” aku tertawa keras saat melihat ekspresinya. Jadi begini rasanya saat seorang pria mengajakmu. Kau akan merasa bingung awalnya, antara rasa tidak percaya dan ingin dia mengatakannya sekali lagi, lalu kau akan menjadi merasa gembira.

“Kenapa tertawa?” tanyanya sambil mengernyitkan keningnya.

“Haha, tidak apa-apa. Aku hanya mengerti rasanya. Baiklah, sabtu ini kita kencan,” kataku lalu masuk ke dalam kamar.

After That NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang