Dira POV
“Kenapa kau berkata yang tidak-tidak?” tanya Il Sung dengan nada suara meninggi sesaat setelah kami berdua duduk di meja yang berjauhan dengan meja sutradara jae Sun.
“Kau benar-benar terlalu baik,” kataku lalu melihat ke arah Eun Mi.
“Kau lihat dia? Dia tidak pacaran dengan managernya. Dia dekat dengan aktor itu. Dia bukan gadis yang baik. Dia mau mengambil semua yang bisa dia ambil,” tambahku.
“Jangan bicara seperti itu tentang Eun Mi,” katanya dengan wajah datar. Aku tahu dia sedang mencoba menata perasaannya. Rasa rindu, sedih, marah, cemburu, dan bahagia. Aku menenggak teh hangat yang baru saja aku pesan sambil melihat ekspresinya.
“Apa?” tanyanya saat melihat aku sibuk mengamatinya. Aku hanya menggeleng. Pandanganku ku tujukan ke arah belakang punggung Il Sung, tepatnya ke arah Eun Mi dan sutradara Jae Sun. Aku bisa melihat Eun Mi menatap ke arah kami berdua. Pandanganku dan Dong Min bertemu sejenak. Ia melambaikan tangan ke arahku lalu aku hanya menundukkan kepala.
“Kau menyukainya?” tanya Il Sung saat melihatku menyapa Dong Min.
“Kau cemburu?” tanyaku lalu meneguk tehku lagi.
Aku benar-benar sedang berada di sebuah skenario drama. Dan aku sadar, bahwa di dalam drama tidak hanya sekedar dialog. Tatapan pun bisa menceritakan banyak hal.
“A..ku??!!” tanyanya dengan nada sedikit mengeras.
“Cemburu?!” tambahnya. Aku hanya tertawa kecil melihatnya seperti itu. Dia memang bertingkah seperti anak kecil.
“Kau cemburu. Padanya,” kataku lalu melihat ke arah Eun Mi.
Dia terdiam sejenak. Kemudian menghela nafas. Aku memutar bola mataku karena gerah melihat polahnya seperti anak kecil setiap menginginkan sesuatu. Biar kutebak, dia adalah seorang anak sulung di keluarganya yang selalu menahan semua keinginannya sejak kecil.
Aku berdiri lalu menaruh uang di meja kemudian berjalan menuju meja tempat para kru film berada. Kalau tidak seperti ini, dia bisa gila jika tidak melakukan apa-apa.
“hey! Bisa kah aku bergabung dengan kalian? Il Sung harus berangkat kerja. Dia seorang bartender yang sangat keren,” kataku lalu melirik ke arah sutradara Jae Sun. Entah mengapa, aku selalu takut dinilai olehnya.
Semuanya melihat ke arah Il Sung seperti terpesona, termasuk Eun Mi. Kalau tidak seperti ini Eun Mi tidak akan pernah melihatnya.
“Aku paling suka minuman buatannya,” tambah sutradara Jae Sun lalu tersenyum kepadaku. Terimakasih, batinku sambil tersenyum kepadanya.
“Benarkah? Bisa kah kau menunjukkan sedikit aksimu?” tanya seorang kru. Aku melirik ke arah Il Sung, melihat responnya. Pandanganku ku alihkan ke Eun Mi yang melihal Il Sung seakan tidak percaya Il Sung yang dulu dia kenal skarang menjadi seorang bartender.
“Nanti saja, kalau skenarioku sudah diterima sutradara kalian ini,” kataku sambil menunjuk sutradara Jae Sun lalu membuat semua orang tertawa. Il Sung mencolekku seakan dia tidak setuju dengan apa yang aku ucapkan.
“Pergilah,” bisikku padanya. Aku tau dia mengorbankan waktunya bekerja untuk bercerita padaku, agar aku bisa membuat cerita yang menarik. Aku tidak ingin menyita waktunya lebih banyak lagi.
“Aku punya banyak teman disini, jangan khawatir,” kataku sambil tersenyum padanya. Dia hanya menepuk kepalaku lalu berlalu meninggalkan kami.
Aku melihat sutradara Jae Sun yang tersenyum melihatku sambil menyedot minumannya. Pandanganku kualihkan kepada Eun Mi yang menatapku dengan tatapannya yang aneh. Sekarang aku menyesali keputusanku untuk bergabung dengan mereka. Tapi, ini satu-satunya cara aku mengatahui cerita dari sisi Eun Mi. Ini pula atu-satunya cara aku mengetahui dunia Eun Mi saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
After That Night
Teen FictionDira, seorang penulis buku best-seller terjebak pada seorang bartender yang tidak punya rumah dan mengemis tempat tinggal gara-gara kejadian satu malam yang ia tidak ingat sama sekali. Belum lagi dia harus menulis dan mengajukan berkas terakhir untu...