Dira POV
Ini salah. Aku benar-benar tidak bisa memikirkan cerita yang menarik. Huwaaa!!!!! apa yang harus aku lakukan? Sudah satu minggu yang lalu aku mengirimkan chapter cerita sebelumnya. Tiga hari lagi aku harus mengumpulkan chapter lanjutan ke editor. Kalau chapter ini aku belum juga memunculkan masalah di cerita ini, cerita ini sama saja cerita mati.
Aku berjalan ke arah pintu kamar yang berada tepat di depan kamarku. Aku menarik nafas kemudian mengetuk pintu kamar itu. Satu kali. Dua kali. Tiga kali. .... Tidak ada respon.
"IL SUNGGGGGGGG!!!!!!!!!" teriakku sambil menggedor pintunya berkali-kali.
Dia keluar dari kamarnya sambil menunjukkan raut wajah tidak nyamannya. Entah sejak kapan dia menjadi bertingkah di rumah ini. Sebagai seorang free loader harusnya dia mau menuruti semua kata-kataku.
"Aku mau kerja nanti malam," katanya sambil berjalan menuju dapur. Aku mengikutinya dari belakang.
"Aku sudah ceritakan semuanya kan? Ya sudah tinggal kamu tulis cerita yang udah aku ceritakan," katanya lalu menenggak air dingin.
Aku tau dia sudah menceritakan semua cerita antara dia dan Eun Mi. Hanya saja, setelah Eun Mi memutuskan untuk ke Seoul terus bagaimana? Il Sung bagaimana? Il Sung masih suka dan peduli dengan Eun Mi. Aku tau itu, tapi bagaimana membuat mereka bersama lagi? Kalau aku jadi Il Sung, aku pasti akan benar-benar mencampakkan orang seperti Eun Mi.
"Ah benar juga!" kataku tersentak.
"Apa?"
"Aku ikut ke bar," kataku.
"Tidak. Tidak boleh. Aku males ngangkat barbel bawel lagi," katanya.
"Barbel? Apaan?"
"Kamu kalau minum nggak pernah kontrol. Habis itu mabok, terus tidur, terus aku harus ngegendong kamu pulang. Kamu berat tau!" katanya.
Sejak kapan dia berubah membangkang seperti ini? Setelah aku sempat memikirkannya sebagai orang baik, sekarang dia bertingkah mirip dengan sutradara Jae Sun. Ada yang salah dengan orang ini. Tangan kananku memegang keningnya dan tangan kiriku memegang keningku.
"A.. apa?" tanyanya gagap. Nah, dia Il Sung yang aku kenal.
"Kamu demam dari kemarin? Kemarin kamu uring-uringan nggak jelas. Tiba-tiba jadi sok cool. Dan ternyata kamu demam," kataku.
Dia mengacuhkanku lalu mulai memasak omlet. Omlet buatan dia memang paling enak sedunia. Sedunia? Sepertinya aku juga mulai berubah dan sering melebih-lebihkan sesuatu. Tapi beneran, omlet Il Sung memang omlet paling enak.
"Mau?" tanyanya melihatku. Aku hanya meresponnya dengan mengangguk.
"Hey. Nggak usah kerja aja," kataku sambil duduk di meja makan. Aku melihat punggung Il Sung. Tampak tidak bertenaga, dia benar-benar terlihat sakit.
"Aku kan cowok. Masa kamu yang nyari uang," katanya. Aku refleks tertawa mendengar ucapannya. Kalau dipikir-pikir kita seperti main rumah-rumahan. Dia suaminya dan aku istrinya yang mempunyai karir lebih cemerlang.
"Kamu mau jadi aktor nggak?" tanyaku.
Dia menaruh omlet di atas piring lalu menaruh satu piring berisi omlet panas di hadapanku dan satu lagi dia taruh di hadapannya. Dia menarik kursi dan duduk tepat di hadapanku. Kalau dilihat-lihat sekarang mukanya benar-benar terlihat pucat.
"Dasar random. Aku menolak," katanya lalu memulai makan omletnya. Il Sung versi sakit adalah Il Sung versi Jae Sun tapi sedikit lebih cool dari Jae Sun.
KAMU SEDANG MEMBACA
After That Night
Teen FictionDira, seorang penulis buku best-seller terjebak pada seorang bartender yang tidak punya rumah dan mengemis tempat tinggal gara-gara kejadian satu malam yang ia tidak ingat sama sekali. Belum lagi dia harus menulis dan mengajukan berkas terakhir untu...