part I (mahkota dengan banyak pengawal)

9 2 0
                                    

Erisa kini berjalan dari luar kelas tanpa tahu arah, dirinya menerka-nerka jalan menuju kantin. kekesalan lah yang menuntunya keluar dari kelas, mencari Lisa dalam waktu sekejap tidak memungkinkan dengan di tiap titik dengan halaman yang begitu luas di sekolah.

Ia terus berjalan dikoridor sekolah kemudian menghembuskan nafas panjang mencoba meluapkan emosinya. Setelah Zero merusak harinya kini sebuah kaleng minuman tiba-tiba mendarat di bahunya. Demi apa, nasib sial selalu menghampirinya. jika dirinya bisa meramalkan waktu, ingin sekali rasanya ia menghindar setelah apa yang terjadi barusan.

Erisa memekik sambil memegangi bahunya.

Hentakkan kaki dengan cepat menghampirinya.

"lo sengaja yah, main itu ada tempatnya" Erisa mengangkat pandangannya, matanya menyinis.

"sumpah gue ngga sengaja, tadi gue mau lempar ke tong sampah itu" Farel memajukan dagunya dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Tidak ada sepatah kata pun lagi dari Erisa, baginya memaafkan dan bersikap tenang adalah hal yang harus ia lakukan sebagai siswa baru. Dirinya kemudian berjalan pergi.

Farel kemudian tersenyum manis melihat Erisa berjalan pergi meniggalkannya, baru kali ini ada cewek yang memperlakukannya dengan gusar disekolah ini. Rasa penasaran akan Erisa timbul dibenaknya.

Farel adalah kapten tim basket, dirinya begitu popular dikalangan cewek setara dengan Zero. Berlarian dilapangan dan membawa bola basket dengan cucuran keringat menjadi alasan mengapa ia disukai banyak cewek di sekolah, terlebih lagi sifat ramah senyumnya.

Argita yang sedang berjalan di koridor sambil menggumam snack terhentak kaget saat Farel si kapten tim basket menghampirinya, pikiran cewek itu melayang dan menyatu dengan timing-timing aneh.

"sori nih tah ganggu, cewe yang itu- tuhh-" farel menunjuk arah utara dari belakang Erisa. "lo tau dia siapa?"

Argita meneguk ludahnya, tanganya terdiam didalam kemasan snack. Badannya mematung tak percaya setelah salah satu pangeran disekolah mencari Erisa.

"Argita, tah, tah-"

Farel mengayunkan tangannya di hadapan Argita yang masih termenung.

Argita mengedipkan matanya beberapa kali, ia mengambil posisi tegap.

"ohhh, dia siswa baru. Namanya Erisa dan gue sekelas sama dia. Emang kenapa?" ditatapnya Farel.

"ok, thank you yah tah" Farel mengangguk paham dan kemudian menenangkan bahu Argita dengan beberapa tepukan.

Farel berlari pergi meninggalkan Argita yang masih terhipnotis karena sikapnya, dirinya bagai terbang dilangit karena sikap Farel.

.....

Bel pulang berbunyi membuat siswa berhamburan kacau.

Erisa menengok jam dipergelangan tangannya, sesuai janji Dalvin akan menjeputnya tepat waktu. Jika kurang semenit ia berjanji akan menjitak sebanyak menit yang dilewati Dalvin.

Jejeran siswa tiba-tiba terkumpul rapi di depan pagar bagai seorang fans yang sedang bertemu idolanya.

Erisa dan lisa menatap heran. Dengan penasaran mereka berjalan menghampiri barisan paling depan.

Saat Dalvin melihat adiknya ia menyingkap kacamatanya dengan sekilas. Semua cewek yang bergrembulan memekik sambil menutup mulutnya.

Erisa tercengang kaget, dirinya berdecih kesal. Ia merasa jijik melihat kelakuan kakanya barusan, ingin sekali rasanya ia menghilangkan diri tepat dimana ia berdiri yang berhadapan langsung dengan kakaknya.

Zero dan Farel menghentikan langkah mereka dan menyaksikan kegaduhan yang terjadi, siapa sangka dua pangeran sekolah sedang menyimak apa yang terjadi barusan. Zero menyipitkan matanya, dengan masa bodoh ia melajukan motornya dengan kencang sedangkan Farel terus menyimak dari kejauhan hingga usai.

Erisa menghentakan kedua kakinya kemudian masuk ke dalam mobil putih itu, wajahnya menekuk. Dalvin meraih senyum kemenangan, ia mengedipkan matanya sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil bersama Erisa.

"ihh.. lo ngapain sih tebar tebar pesona gitu. Bikin jijik" celoteh Erisa dengan melipatkan kedua tangannya didada.

"Sa, Erisa gue tuh ngga tebar pesona tau. Mereka aja yang tiba-tiba bikin barisan semut di depan"

Erisa mengangkat kacamata dengan tinggi-tinggi dari baju Dalvin sebagai tanda bukti. "lah terus ini, buat apaan cobaan"

"lo tau sendirikan Indonesia Negara tropis. lagian gen papa tuh blasteran luar, jelas lah gue ganteng. Membuat cewek terpanah sekali natap gue."

"idihhh..." Erisa memutar kedua bola matanya dengan malas "nanti kalo lu jemput-, gue mau elo tetap tenang dan diem dalam mobil" tegasnya.

"ya ampun sah. Gue udah tepat waktu ngejemput elo- " Dalvin memperlihatkan jam yang disepakati mereka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dirinya bingung setengah mati selalu saja merasa dihakimi.

"yah emang harus gitu" Erisa mengangguk. Menuntut Dalvin adalah kebiasaannya.

Kehadiran Dalvin yang menghadirkan banyak sorotan mata terus menganggu pikiran Erisa. dirinya tidak bisa pikir jika tiap siswa terus menanyai kakaknya , membuatnya risih. Tapi tidak bisa dipungkiri Dalvin memang menawan.

....

Hy jadi setelah BAB III bakal ada pemgenalan authors.

Ohya. Buat yang mau ngenal aku lebih dekat bisa follow ig aku virafutmainnar buat nanya" soal cerita yang aku buat.

Nanti bakal dibales kalau nggak sibuk. ❤❤❤

The Sun LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang