Lebih baik kehilangan mimpi daripada kehilangan orang yang berarti dihidup ini.
Seorang wanita yang hampir berusia 35 tahun itu mendapati salah satu anak emasnya tengah menyiram tanaman. Dia melihat wajah ceria dengan dendangan lagu terdengar merdu yang keluar dari mulutnya.
"Pagi Aunty Fang," sapa Kyuhyun kepada Aunty Fang dengan senyum lebar dan sok imutnya. Mengapa Kyuhyun memanggil wanita yang berada di depannya Aunty? Bukannya Ahjumma? Hal itu dikarenakan Aunty Fang bukan orang Korea. Dirinya adalah seorang wanita blasteran Amerika-China.
"Baru tadi malam mengeluh sakit. Kenapa sekarang sudah membantu aunty menyiram bunga? Isitirahat saja di kamar, hmm? Biar adik-adikmu yang membantu bibi menyiram dan yang lainnnya." Adik-adik yang dimaksud adalah anak-anak yang senasib seperti Kyuhyun. Anak-anak yang tinggal se-atap bersama; tanpa ayah dan ibu. Mereka tumbuh dalam suka cita dan menjadi saudara tanpa adanya pertalian darah.
"No. No. No, Aunty! Aku sudah tidak apa-apa. Semalam aku hanya mendrama. Padahal aku baik-baik saja," elaknya. Kyuhun mengeluarkan puppy eyes andalannya. Terlihat menggemaskan. Mana bisa menolak?
"Kau yakin? Sepertinya wajahmu sedikit lesu." Tidak percaya begitu saja. Aunty Fang mengamati setiap inchi wajah Kyuhyun.
"Tidak Aunty. I'm Fine! Okay?" Kyuhyun meletakkan pot penyiram tanaman asal di atas meja kayu. Wajahnya sumringah. Ada pikiran jahil melintas di otaknya. Kyuhyun mengambil cacing tanah dan melingkarkannya di ujung pot penyiram tanaman. Dengan maksud agar Aunty-nya kaget dan ketakutan. Ih, menggelikan. Kyuhyun berucap dalam hati. Dia sedikit geli dan jijik tapi niat buruknya lebih mendominasi.
"Aku akan masuk ke dalam saja kalau begitu. Membantu menyiapkan sarapan," katanya. Berniat untuk cepat-cepat masuk ke dalam.
Aunty Fang sebenarnya tahu. Sejak tadi dia mengamati polah Kyuhyun. Dia menggeleng dan tertawa. Mengambil cacing tanpa rasa jijik dan takut. Dia menarik kerah baju belakang Kyuhyun sebelum anak itu beranjak kabur. "Kau pikir ini menakutkan?" Aunty membalik Kyuhyun agar anak itu menghadap ke arahnya. Dia yang masih memegang cacing tanah itu, memperlihatkannya ke arah muka Kyuhyun sampai anak itu meringis geli dan sedikit jijik.
"Iih Aunty. Jauhkan dari mukaku." Kelopak mata Kyuhyun menyipit karena takut.
"Ingat ya, Kyu, aku tidak takut cacing, jangan sampai lupa lagi, ok?!"
Kyuhyun melongo. "Jadi Aunty tidak takut?" katanya berbisik.
"Tentu saja tidak. Ini bahkan menggemaskan."
"Aunty, jauhkan dari mukaku. Iih!" Kyuhyun bergidik ngeri. Fiuh ....
"Ok. Sudah cukup. Kasihan cacingnya. Sekarang kau masuk ke dalam. Katanya tadi mau bantu-bantu memasak? Apa kau bisa?" Masih dalam mode menahan tawa.
"Apa maksudnya? Aunty mengejekkku? Apa yang tidak bisa kulakukan? Aku bisa!" Kyuhyun mendelik. Matanya mengintimidasi sang aunty.
"Kalau memasak, apa kau bisa? Yang ada berantakan dan gagal semua. Kau hanya pandai menyantap dan berkomentar kalau soal makanan enak!" Sial! Kyuhyun merasa kalah telak!
"Siapa yang bilang aku akan membantu memasak, Aunty? Aku kan tidak bilang begitu. Aku hanya membantu menyiapkan saja di meja makan. Kalau soal memasak ... itu memang aku belum pernah bersungguh-sungguh saja. Jadi ya gitu ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Slight Smile With Tears
FanfictionKyuhyun dititipkan di panti asuhan oleh Ayahnya saat berumur tujuh tahun. Ayahnya berkata tak mampu menghidupinya karena sang Ayah sudah diberatkan oleh ketiga anak dan istrinya. Jikalau ditambah Kyuhyun, bisa dipastikan ayahnya tidak akan sanggup m...
