Senyuman?
Kehadirannya tak selalu melambangkan sebuah bahagia. Adakalanya menjadi pengganti sebuah kesakitan yang bersembunyi dalam diam beserta luka dan air matanya.
Kyuhyun memeriksakan dirinya ke rumah sakit untuk kedua kalinya. Dia tidak percaya dengan vonis pertama yang diberikan dokter berusia 50 tahun sebelumnya. Kyuhyun mencari opini lain. Namun, hasilnya tetap sama. Vonisnya tetap sama: tidak ada beda; tidak ada kesalahan.
Kapan kebahagiaan itu kekal? Kapan dia bisa meraup bahagia dengan serakah sekali saja dalam belasan tahun hidupnya?
Semua kesepian, luka, cerca, dan gunjingan selalu dia balas dengan senyuman. Belum cukupkah semu itu dia dapati di perjalanan hidupnya?
Wajah Kyuhyun menegang. Jemari tangannya yang bertumpu di tatas pahanya mengepal kuat. Sia-sia sudah usahanya untuk meyakinkan bahwasanya dia baik tanpa adanya penyakit yang tanpa permisi menetap di dalam tubuhnya.
"Osteosarcoma." Itulah kalimat yang keluar dari mulut Donghae. Seorang Dokter muda berusia 27 tahun. Sebenarnya dia enggan mengatakan hal menyakitkan seperti ini. Tapi ini suatu keharusan. Nyatanya, setiap kali dia mengatakan vonis menyakitkan, hatinya menjerit pilu. Dokter muda itu mempunyai hati yang lembut dan mudah menangis. Apalagi pada seorang remaja seperti Kyuhyun. Dengan beraninya memeriksakan kesehatannya seorang diri. Melakukan serangkaian pemeriksaan sampai menunggu hasil dan mengambil hasilnya pun seorang diri. Tanpa ditemani oleh siapapun.
"Dokter tidak bercanda, "kan?" Dengan mata berkaca Kyuhyun berharap ini salah. Dia berusaha lagi dan lagi mengelaknya.
Alis Donghae berkerut. Kyuhyun terlihat tak percaya dan terpancar kesedihan setelah dirinya mengatakan kebenarannya.
Donghae juga sedih mengatakannya tapi kenyataan memang kejam buat Kyuhyun.
"Mianhae. Inilah kebenarannya." Sebutir embun itu terihat menetes dari kedua bola mata Donghae.
Bagaimana Donghae tidak iba dan sedih? Anak lelaki didepannya sungguh manis. Namun juga terlihat melas. Nahasnya, dia telah menorehkan kecewa dengan satu kalimatnya.
"Tidakkah Tuhan begitu menyayangiku? Aku tak punya orang tua. Aku dibesarkan di panti asuhan. Hidupku selalu dalam cerca dan ejekan teman-teman. Lantas Tuhan semakin berbaik hati menitipkan penyakit ini padaku?" ceritanya. Kyuhyun tersenyum namun terlihat dukanya. "Dokter, aku hanya harus tetap tersenyum, bukan? Selalu tersenyum seperti ini."
Donghae semakin pedih hatinya. Rentetan kalimat demi kalimat Kyuhyun membuatnya semakin mengibai anak didepannya. Selain itu, Donghae juga ingin mendekap dan mengatakan kalimt-kalimat penyemangat untuk Kyuhyun. Pasien barunya yang mampu menarik ulur hatinya hingga sesesak ini.
Kyuhyun menatap Donghae. Anak itu tersenyum sejenak. Terlihat gurat kesedihan yang terpancar di kedua bola matanya.
Namun dengan apiknya dia sembunyikan dengan senyuman menawannya.
Walau dengan deretan kalimat dan senyuman yang sedari tadi menghiasi wajahnya. Donghae tahu, kalau di dalam hati anak remaja yang ada di depannya ini pastilah terluka. Bukan hanya tadi, sekarang, dan pasti untuk seterusnya
"Kyuhyun. Kau harus tetap semangat, ne?" Donghae menyalurkan penenangnya lewat sentuhan dan kalimat penyemangat.
Kyuhyun tersenyum kemudian dalam anggukannya. Anak itu membungkuk lantas pergi meninggalkan ruangan Dokter Donghae dengan hati berbalut duka. "Ne. Semoga. Doakan aku ...."
"Kau tidak apa-apa? Apa kau mau berbaring dulu?" Hampir saja Kyuhyun terjatuh. Pandangan anak itu terlihat kosong. Seolah tidak ada benda apapun didepannya. Dia seperti bergerak di lahan luas yang kosong yang tidak memikirkan akan menubruk benda atau apapun yang menghalangi geraknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Slight Smile With Tears
FanfictionKyuhyun dititipkan di panti asuhan oleh Ayahnya saat berumur tujuh tahun. Ayahnya berkata tak mampu menghidupinya karena sang Ayah sudah diberatkan oleh ketiga anak dan istrinya. Jikalau ditambah Kyuhyun, bisa dipastikan ayahnya tidak akan sanggup m...
